Rantai Pasok Beras Desain Model Sistem Pembangunan Agroindustri Berbasis Padi Dengan Pola Divestasi

8 Gambar 2.2 Rantai pasok beras domestik dan beras impor Peningkatan Pendapatan Petani Padi dan Pembangunan Agroindustri Seringkali terjadi bahwa peningkatan produksi padi tidak selalu diikuti dengan peningkatan pendapatan petani. Bahkan ada kecenderungan pendapatan petani semakin menurun jika dibandingkan dengan peningkatan produk industrinya Saragih 2009. Dengan pengembangan agroindustri yang merupakan usaha untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian akan berdampak positif terhadap pendapatan petani. Melalui modernisasi subsektor agroindustri dalam skala nasional, penerimaan nilai tambah dapat ditingkatkan sehingga pendapatan ekspor dapat lebih besar lagi. Sebagai contoh beras diolah menjadi produk kosmetika, misal menjadi bedak kecantikan facial powder atau bedak bayi baby powder maka nilai tambah yang diperoleh menjadi sangat besar. Besarnya multiplier effect akibat berkembangnya subsektor agroindustri, meliputi semua industri dari hulu sampai pada industri hilir. Hal ini disebabkan karakteristik agroindustri yang memiliki kelebihan dibanding industri-industri lainnya. Berikut ini adalah beberapa karakteristik agroindustri: 1. Memiliki keterikatan yang kuat baik dengan industri hulu maupun industri hilir. 2. Menggunakan bahan baku sumberdaya alam yang dapat diperbaharui renewable. Penggunaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui menunjukkan bahwa agroindustri dapat dikembangkan dalam jangka panjang. 3. Memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar domestik maupun pasar global, khususnya produk-produk pertanian tropika. 4. Dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar, baik yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan. 5. Seterusnya salah satu peran penting agroindustri khususnya agroindustri berbasis padi dapat digunakan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan petani padi.

2.2 Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen

Saat pemanenan adalah merupakan tahap penting untuk menghasilkan padi dengan kualitas yang prima. Penentuan saat panen padi haruslah ditetapkan dengan cermat agar dapat diperoleh hasil panen yang maksimal. Bila tanaman padi dipanen dini, maka masih terdapat cukup banyak bulir-bulir padi yang belum bernas. yang nantinya kalau sudah kering akan berpotensi menjadi butir hampa. Semakin tinggi kadar butir hampa tentunya akan semakin menurunkan rendemen gilingnya. Beras Impor Petani Pedagang Pengumpul Gudang DivreSubdivre BULOG Konsumen: Raskin Gol. Anggaran Penggilingan Padi Pedagang Besar Konsumen Pengecer Operasi Pasar 9 Demikian juga tanaman padi kalau lambat dipanen. akan semakin banyak tingkat kehilangannya. Butir-butir gabah akan semakin mudah rontok dan banyak tercecer ketika dipanen dan rawan terhadap serangan hewan pemakan padi seperti burung dan tikus. Begitu pula metode pemanenan juga harus dilakukan dengan baik. Sesungguhnya metoda pemanenan dan penanganan pasca panen mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya peningkatan produksi beras karena dapat menekan kehilangan losses hasil panen dan sekaligus dapat meningkatkan mutu padi. Volume kehilangan hasil panen padi pada operasi hasil pemanenan dan pasca panen di Indonesia masih cukup tinggi yaitu mencapai 10.82 BPS 2007. Dengan memperhatikan angka produksi beras domestik tahun 2010 yang mencapai 38 juta ton beras. Berarti beras yang hilang karena kurang cermatnya pemanenan dan penanganan pasca panen dapat mencapai 4.1 juta ton beras. Proses pemanenan umumnya dilakukan dengan memotong batang padi bagian bawah menggunakan sabit. Sejak proses pemanenan inilah mulai tercecernya hasil panen di sawah. Hentakan atau pukulan sabit menyebabkan beberapa butir padi terlepas dari tangkainya. Tahap berikutnya adalah proses perontokan. Umumnya perontokan dilakukan dengan cara banting. Tahap ini merupakan tahapan dengan tingkat kehilangan hasil yang cukup besar Patiwiri 2006. Proses berikutnya adalah pengeringan gabah. Proses ini merupakan tahap yang cukup kritis dalam upaya mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen sekitar 25, perlu dikeringkan hingga mencapai kadar air 13- 14. Saat ini proses pengeringan gabah dilakukan dengan cara penjemuran. Permasalahan muncul apabila musim panen terjadi pada musim penghujan. Pada kondisi ini diperlukan mesin pengering, namun hingga kini penggunaan mesin pengering belum berkembang, sehingga gabah yang dihasilkan mutunya rendah. Setelah gabah kering, proses berikutnya adalah penggilingan gabah sehingga dihasilkan beras. Dengan proses penggilingan yang baik, dapat dihasilkan beras bermutu baik dan rendemen yang tinggi. Sebaliknya jika proses ini kurang baik, maka dihasilkan beras dengan mutu yang kurang baik pula dan rendemennya pun rendah. Umumnya kondisi penggilingan-penggilingan padi yang ada pada saat ini kondisinya sudah tidak memadai lagi.

2.2 Pendekatan Sistem

Permasalahan perberasan dan peningkatan pendapatan petani padi pada tingkat lokal ataupun nasional, bukanlah permasalahan yang sedarhana. Permasalahan ini sesungguhnya cukup komplek, bahkan cenderung sangat komplek. Berbagai faktor terlibat di dalamnya dan saling berinteraksi. Penyelesaian permasalahan ini secara sederhana atau secara parsial tidaklah akan memberikan hasil yang memuaskan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang bersifat holistik, sibernetik dan efektif yaitu dengan pendekatan secara sistem Eriyatno 2012. Marimin dan Maghfiroh 2010 mendefinisikan sistem adalah suatu kesatuan usaha, terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan dalam lingkungan yang komplek. Visi kesisteman dalam arti luas adalah pola pikir ilmiah untuk pengkajian yang memerlukan telaah berbagai hubungan yang relevan, komplementer dan