5
Gambar 1.1 Keterkaitan antar bab pada penelitian ini
1.3 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek sebagai berikut: 1.
Aspek peningkatan produksi padi dibatasi sejak kegiatan pemanenan padi. 2.
Aspek jenis-jenis produk dibatasi beberapa produk yang dapat dihasilkan oleh masyarakat setempat, yaitu: beras dan tepung beras, dengan produk
sampingan bekatul dan sekam. 3.
Lokasi penelitian dibatasi pada salah satu sentra produsen beras di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Cianjur.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini setidaknya dapat digunakan sebagai: Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Tinjauan
pustaka Bab 3 Metoda
Bab 4 Teknologi Penggilingan
Analisa Investasi Bab 7
Pembahasan Bab 5 Simulasi
Sistem Dinamik
Bab 6 SPK Cerdas Gilpamor
Bab 8 Kesimpulan
Saran
6 1.
Bahan masukan bagi instansi pemerintah seperti Kementerian Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan Nasional, Pemerintah
Daerah untuk membangun agroindustri berbasis tanaman padi. 2.
Informasi bagi BUMN ataupun badan usaha swasta yang tertarik untuk menekuni agroindustri berbasis tanaman padi.
3. Referensi bagi ilmuwan yang berminat untuk meneliti aspek: pengembangan
agroindustri, pemberdayaan masyarakat tani ataupun pembangunan sektor pertanian.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rantai Pasok Beras
Secara fisik, model rantai pasok beras yang umum dapat ditemui hingga kini adalah seperti terlihat pada Gambar 2.1. Pasokan beras domestik hanya berasal
dari hasil panen tanaman padi milik petani. Umumnya petani mengelola tanaman padi pada sawah-sawah dengan penguasaan lahan yang relatif kecil, kurang dari
0.5 ha.
Gambar 2.1 Rantai pasok beras domestik Teknik budidaya tanaman padi yang digunakan relatif masih sederhana.
Begitu pula dengan teknologi pasca panen yang diterapkan juga masih sederhana sehingga angka susut pasca-panennya dapat mencapai 10.82 BPS 2007. Secara
nasional produksi gabah kering giling GKG pada tahun 2012 yang lalu tercatat 68,59 juta ton , seperti terlihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Luas panen, produksi gabah dan produktifitas tanaman padi di Indonesia
tahun 2008 - 2012
Tahun Luas Panen
juta ha Produksi gabah
juta ton GKG Produktifitas
ton GKGha
2008 2009
2010 2011
2012 12.33
12.88 13.25
13.20 13.44
60.33 64.40
66.47 65.76
68.59 4.89
4.99 5.02
4.98 5.10
Sumber: BPS 2013
Persoalan serius akan muncul apabila produksi beras domestik tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri. Jalan yang biasa ditempuh
adalah dengan mengimpor beras dari negara lain yang surplus beras seperti Thailand dan Vietnam. sehingga model rantai pasoknya akan berubah dengan
munculnya komponen beras impor. Lembaga yang ditugasi untuk melakukan ini adalah Badan Urusan Logistik BULOG. Selanjutnya Perum BULOG akan
menyalurkan beras impor ke daerah yang memerlukan via DIVISI REGIONAL DIVRE yang ada di daerah tersebut. Oleh DIVRE. beras impor akan disalurkan
lagi ke instansi vertikal di bawahnya. yaitu SUB DIVISI REGIONAL SUB DIVRE. SUB DIVRE ini selanjutnya akan menyalurkan beras impor kepada
distributor-distributor rekanan. Dalam keadaan normal stok beras yang dimiliki BULOG disalurkan untuk memenuhi program Raskin. Model rantai pasok yang
mencakup beras impor ini seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Petani Pedagang
Pengumpul
Gudang DivreSubdivre
BULOG Konsumen:
Raskin Gol. Anggaran
Penggilingan Padi
Pedagang Besar
Konsumen Pengecer
Operasi Pasar
8
Gambar 2.2 Rantai pasok beras domestik dan beras impor
Peningkatan Pendapatan Petani Padi dan Pembangunan Agroindustri
Seringkali terjadi bahwa peningkatan produksi padi tidak selalu diikuti dengan peningkatan pendapatan petani. Bahkan ada kecenderungan pendapatan
petani semakin menurun jika dibandingkan dengan peningkatan produk industrinya Saragih 2009.
Dengan pengembangan agroindustri yang merupakan usaha untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian akan berdampak positif terhadap
pendapatan petani. Melalui modernisasi subsektor agroindustri dalam skala nasional, penerimaan nilai tambah dapat ditingkatkan sehingga pendapatan ekspor
dapat lebih besar lagi. Sebagai contoh beras diolah menjadi produk kosmetika, misal menjadi bedak kecantikan facial powder atau bedak bayi baby powder
maka nilai tambah yang diperoleh menjadi sangat besar.
Besarnya multiplier effect akibat berkembangnya subsektor agroindustri, meliputi semua industri dari hulu sampai pada industri hilir. Hal ini disebabkan
karakteristik agroindustri yang memiliki kelebihan dibanding industri-industri lainnya. Berikut ini adalah beberapa karakteristik agroindustri:
1.
Memiliki keterikatan yang kuat baik dengan industri hulu maupun industri hilir.
2. Menggunakan bahan baku sumberdaya alam yang dapat diperbaharui
renewable. Penggunaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui menunjukkan bahwa agroindustri dapat dikembangkan dalam jangka panjang.
3. Memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar domestik
maupun pasar global, khususnya produk-produk pertanian tropika. 4.
Dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar, baik yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan.
5. Seterusnya salah satu peran penting agroindustri khususnya agroindustri
berbasis padi dapat digunakan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan petani padi.
2.2 Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen
Saat pemanenan adalah merupakan tahap penting untuk menghasilkan padi dengan kualitas yang prima. Penentuan saat panen padi haruslah ditetapkan
dengan cermat agar dapat diperoleh hasil panen yang maksimal. Bila tanaman padi dipanen dini, maka masih terdapat cukup banyak bulir-bulir padi yang belum
bernas. yang nantinya kalau sudah kering akan berpotensi menjadi butir hampa. Semakin tinggi kadar butir hampa tentunya akan semakin menurunkan rendemen
gilingnya.
Beras Impor Petani
Pedagang Pengumpul
Gudang DivreSubdivre
BULOG Konsumen:
Raskin Gol. Anggaran
Penggilingan Padi
Pedagang Besar
Konsumen Pengecer
Operasi Pasar