Rekomendasi Kesimpulan dan Rekomendasi .1 Kesimpulan
43
5 SIMULASI SISTEM DINAMIK PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI PADI BERPOLA DIVESTASI
Letak Indonesia yang berada di sekitar garis khatulistiwa dan beriklim tropis basah menjadikan wilayah ini mendapatkan energi radiasi matahari
sepanjang tahun dan curah hujan tahunan yang cukup banyak, antara 700-4000 mm. Kondisi ini memungkinkan petani untuk mengusahakan berbagai macam
budidaya tanaman, ternak dan ikan sepanjang tahun. Nelayan pun dapat menangkap ikan di laut hampir sepanjang tahun pula. Dengan kondisi alamnya
yang mendukung usaha pertanian ini, mestinya Indonesia dapat maju dengan dukungan pertanian dan industri yang berbasis hasil pertanian atau agroindustri.
Dillon 2009 menyatakan bahwa jika dilakukan investasi di bidang agroindustri maka akan diperoleh dampak ganda pada perekonomian nasional.
Pertama, peningkatan produk substitusi impor. Pada saat pendapatan riil masyarakat menurun, mereka akan mengalihkan konsumsinya kepada barang-
barang substitusi yang harganya lebih murah dan terjangkau. Kedua, melalui peningkatan pangsa ekspor produk agroindustri, sehingga dapat diperoleh
devisa dalam jumlah yang lebih besar. Peluang pasar yang begitu besar, baik di dalam negeri atau luar negeri, dapatlah dimanfaatkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi terutama di pedesaan.
Namun kenyataan yang terjadi hingga saat ini sektor agroindustri belum mencapai kemajuan seperti yang diharapkan. Berbagai produk pertanian
diekspor masih dalam bentuk asalan, bukan dalam bentuk produk hilir yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Dengan membangun dan memodernisasi sektor agroindustri dalam negeri paling tidak akan didapat nilai tambah produk agroindustri dan penyerapan
tenaga kerja dalam jumlah yang cukup signifikan. Kemajuan sektor agroindustri juga akan menstimulir kemajuan sektor budidaya pertanian di
bagian hulu dan sektor bisnis produk agroindustri di bagian hilir.Begitu banyaknya potensi jenis-jenis agroindustri Indonesia, maka pada penelitian ini
dipilih satu jenis agroindustri yang menjadi hajat hidup masyarakat Indonesia, yaitu agroindustri berbasis padi atau penggilingan padi dengan produk utama
beras.
Beras adalah produk serealia yang dihasilkan tanaman padi Oryza sativa yang telah mengalami serangkaian proses penanganan pasca panen.
Proses penanganan pasca panen ini umumnya terdiri atas pemanenan, perontokan,
pengangkutan, pengeringan,
pembersihan, penyimpanan,
pengupasan sekam dan penyosohan. Kini beras telah menjadi produk yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok bagi sebagian besar
umat manusia. Selain sebagai bahan pangan pokok, beras juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri, baik industri pangan, farmasi, kosmetika
ataupun industri lainnya.
Betapa vitalnya peranan beras bagi masyarakat Indonesia, telah dipahami baik oleh pakar perberasan sendiri maupun khalayak luas. Beras telah menjadi
bahan pangan pokok yang kebutuhannya selalu meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Bila beras cukup tersedia di pasar-pasar di seluruh wilayah pemukiman penduduk pada tingkat harga yang terjangkau daya beli, maka akan dapat
44 tercipta kondisi yang aman bagi masyarakat. Sebaliknya bila terjadi gejolak
harga beras dan persediaannya terbatas, maka akan dapat menimbulkan keresahan sosial Patiwiri 2006.
Problematika pengadaan beras bagi kebutuhan domestik hingga kini masih merupakan problem besar yang tampaknya sulit diselesaikan secara
tuntas. Problem perberasan nasional tampaknya cenderung akan semakin kompleks mengingat kebutuhan terhadap beras meningkat terus mengikuti laju
pertambahan penduduk. Sementara itu konsumen pun cenderung memilih beras yang berkualitas super seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan
ataupun status sosial.Jumlah produksi beras domestik yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, telah menjadikan Indonesia sebagai negara
pengimpor beras. Bahkan produk pangan lainnya juga banyak yang diimpor, sehingga menjadikan negeri agraris ini menjadi negara net importir pangan
Abubakar 2007.
Sudah seharusnya untuk produk pangan beras ini diberikan perhatian yang besar dan diupayakan dengan sungguh-sungguh untuk mengurangi
ketergantungan dari pasokan impor. Dengan kata lain, harus diupayakan pasokan beras domestik yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan beras
dalam negeri. Faktanya hingga kini belum ada perusahaan baik swasta ataupun milik pemerintah yang tertarik dan menekuni bidang produksi beras.Pernah
muncul gagasan untuk membangun rice estate, namun hingga kini belum ada realisasinya.
Bagaimana seharusnya agar Indonesia bisa mencapai swasembada beras secara berkelanjutan? Bagaimana pula dengan nasib petani padi? Hingga kini
para petani tetap setia berkiprah dalam budidaya tanaman padi namun hidupnya belum dapat dikatakan sejahtera ataupun berdaya. Pernyataan ini
merupakan inti permasalahan atau problem statement yang perlu dicarikan solusi terbaiknya.
Penelitian-penelitian sebelumnya tentang pembangunan agroindustri umumnya berfokus pada aspek material dan teknologis belaka, seperti
peningkatan produksi ataupun aplikasi teknologi terapan. Demikian pula penelitian-penelitian yang menyangkut peningkatan pendapatan petani sifatnya
masih parsial, seperti penyediaan modal dan paket-paket teknologi. Dapat dikatakan masih sulit untuk mendapatkan penelitian yang menggabungkan
aspek pembangunan agroindustri, peningkatan produksi dan sekaligus peningkatan pendapatan petani yang dikemas dalam satu perusahaan bisnis
yang running well.
State of the art penelitian ini adalah maju selangkah dari penelitian- penelitian terdahulu, yaitu dengan menggabungkan aspek pembangunan
agroindustri, peningkatan produksi beras dan peningkatan pendapatan petani yang didisain dengan pola divestasi. Pola divestasi inilah yang menjadi unsur
kebaruan atau novelty pada penelitian ini.
Pada pola divestasi ini pada awalnya dibangun satu atau beberapa unit agroindustri saja, agar dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat tumbuh,
berkembang dan menjadi unit agroindustri yang sehat. Sementara itu secara paralel masyarakat setempat terutama petani dan pedagang padi setempat
dipersiapkan dengan program pemberdayaan. Program ini dimaksudkan agar kelak mereka dapat mengambil alih dengan jalan divestasi secara
45 bertahap.Seterusnya dana yang dapat diperoleh dari proses divestasi ini dapat
digunakan untuk membangun agroindustri di tempat lain. Pembangunan agroindustri padi melibatkan usaha di bagian hulu dan
bagian hilir.Masing-masing usaha saling berinteraksi. Bila setiap usaha tersebut dapat dibangun secara simultan, akan menghasilkan resultan yang saling
memperkuat, sebaliknya bila ada salah satu usaha yang tidak berkembang, maka akan menjadi faktor pembatas untuk kemajuan agroindustri berbasis padi
ini.
Usaha-usaha yang ada pada bagian hulu diantaranya adalah industri benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, jasa pengolahan tanah, usaha
budidaya padi, industri wadah kemasan dan lain sebagainya. Sementara itu berbagai usaha pada bagian hilir diantaranya adalah pakan ternak, pati beras,
tepung beras, minuman berbahan beras, industri kosmetik facial powder dan lain sebagainya.
Keterlibatan usahaindustri tersebut dalam pembangunan agroindustri berbasis padi menuntut perlunya kerjasama yang sinergis, yang saling
menguatkan dan saling menguntungkan. Pembangunan agroindustri berbasis padi dengan pola divestasi diharapkan akan lebih mudah untuk
diimplementasikan, dapat meningkatkan pendapatan petani, produksi beras domestik dan pembiayaan pembangunan yang lebih hemat.
Akhirnya, penelitian tentang pembangunan agroindustri berbasis padi dengan pola divestasi ini sangat penting untuk segera dilakukan, untuk
menghasilkan model sistem pembangunan agroindustri
yang dapat meningkatkan pendapatan petani, produksi beras domestik dan pembangunan
agroindustri berbasis padi dengan biaya yang sehemat mungkin.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Melakukan simulasi peningkatan jumlah unit penggilingan padi modern
yang dibangun dengan pola divestasi. 2. Melakukan simulasi peningkatan produksi beras dan pendapatan petani bila
dibangununit penggilingan padi modern secara divestasi. 3. Melakukan estimasi pembiayaan pembangunan agroindustri berbasis padi
modern.
5.1 Prosedur Analisis 5.1.1 Kerangka Pemikiran
Beras sebagai bahan pangan pokok sudah merupakan produk strategis yang harus dikelola sebaik mungkin baik menyangkut aspek volume pasokan,
distribusi, harga dan mutunya. Dari sisi volume pasokan harus diupayakan jangan sampai terjadi kekurangan, sebab dapat menimbulkan gejolak sosial
apabila sampai terjadi kekurangan pasokan.
Menjadi cukup rawan dan berisiko apabila untuk memenuhi kebutuhan beras domestik mengandalkan pasokan dari impor. Belum tentu negara
produsen beras yang memiliki surplus beras secara otomatis akan mengekspor kelebihan berasnya ke pasar internasional. Negara surplus beras pun masih
46 perlu memiliki cadangan beras guna mengantisipasi keperluan-keperluan yang
sifatnya mendadak. Indonesia pun perlu mengamanankan pasokan beras guna mencukupi
kebutuhan domestik.Bagaimanapun juga adanya beras impor haruslah dipandang sebagai upaya darurat yang harus segera dicari solusinya agar
kebutuhan beras domestik seluruhnya dapat dicukupi dengan produk beras domestik pula.
Terdapat banyak cara untuk mencapai swsembada beras, diantaranya adalah dengan:
1. Ekstensifikasi, yaitu perluasan lahan tanaman padi, sehingga produksi padi
dapat meningkat 2.
Intensifikasi, yaitu upaya untuk meningkatkan produktifitas per luasan lahan. Pada cara ini biasa digunakan varietas padi berproduktifitas tinggi.
3. Diversifikasi, yaitu upaya penganekaragaman sumber pangan karbohidrat.
Selain digunakan beras, digunakan pula karbohidrat dari sumber tanaman lain, baik umbi-umbian serealia lain ataupun buah-buahan. Dari kelompok
umbi biasa digunakan cassava, ubi jalar dan kentang sedangkan dari kelompok buah adalah pisang dan sukun dari serealia antara lain jagung.
4. Mereduksi kehilangan pasca panen.
5. Menghilangkan kebiasaan buruk sebagian anggota masyarakat yang biasa
menyisakan nasi di piring dan akhirnya dibuang di tempat cucian piring. Fokus pada penelitian ini adalah usaha untuk mereduksi kehilangan pasca
panen.Penanganan pasca panen tanaman padi yang belum baik menyebabkan terjadinya kehilangan hasil panen. Kehilangan hasil panen ini masih cukup
tinggi, sekitar 20 persen.Kehilangan hasil panen terjadi sejak operasi pemanenan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, pengilingan dan juga
penyimpanan.
Memperhatikan angka produksi GKG tahun 2013 yang mencapai sekitar 68.59 juta ton, kalau kehilangan pasca panen dapat direduksi 5 saja,maka
akan diperoleh tambahan pasokan GKG sebanyak 3.43 juta ton. Ini adalah jumlah GKG yang besar. Upaya untuk mereduksi kehilangan pasca panen
ditempuh dengan dua jalur yang saling mendukung yaitu pemberdayaan petani padi dan pembangunan agroindustri berbasis padi. Upaya pemberdayaan petani
dipandang cukup vital agar harkat dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan.
Lewat upaya pemberdayaan ini pula petani disadarkan pentingnya menekan kehilangan pasca panen.Petani disadarkan agar bekerja lebih cermat
dalam penanganan pasca panen. Lingkup pemberdayaan petani paling tidak mencakup tiga aspek yaitu:
Capacity building atau peningkatan kapasitas SDM petani Hardskill, yaitu penguasaan teknik pemanenan, perontokkan, pengeringan,
penggilingan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan gabahberas. Softskill, yaitu manajemenpengelolaan usaha misalnya usaha penggilingan
padi. Langkah selanjutnya adalah membangun agroindustri modern berbasis
tanaman padi. Agroindustri ini didesain dengan mengadopsi prinsip-prinsip green production, yaitu:
1. Profitability
2. Quality of life