didapat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha secara nyata adalah nilai penjualan, upah pekerja, bahan baku, dan pendidikan pengusaha.
2.6. Kerangka Pemikiran
Dalam era liberalisasi dan globalisasi ekonomi telah terjadi perubahan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian baik di Provinsi
Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin, Indonesia, maupun di dunia internasional. Ketatnya persaingan di sektor industri yang mempunyai peranan
cukup besar bagi perekonomian Indonesia paling terasa dampaknya. Pembangunan dan pengembangan sektor industri agar mampu bertahan bahkan
maju dalam arena persaingan seperti saat ini akan jadi motor penggerak perekonomian nasional, bahkan provinsi Kalimantan Selatan di masa depan.
Demikian halnya terhadap industri Kain Sasirangan, terjadi persaingan yang cukup ketat dan terasa dampaknya bagi perekonomian Kota Banjarmasin.
Hal ini dapat dilakukan dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan industri Kain Sasirangan untuk mampu bertahan, bahkan maju dalam arena
persaingan seperti saat ini, bukan mustahil Kain Sasirangan akan jadi motor penggerak perekonomian Kota Banjarmasin bahkan Provinsi Kalimantan Selatan
di masa depan. Untuk itu, industri Kain Sasirangan perlu memiliki daya saing yang tinggi karena kuatnya struktur industri, tingginya peningkatan niali tambah
dan tingginya produktivitas di sepanjang rantai nilai produksi, serta dukungan dari seluruh sumber daya produktif yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Selatan
dan bangsa Indonesia.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Konseptual
Pertumbuhan Ekonomi
Regulasi Pemerintah
Informasi Pasar
Produk
OutletJalur Pemasaran
Peran IKM Sasirangan terhadap Perekonomian
Perkembangan IKM Sasirangan
Alternatif Sumber
Bank-Non Bank
Persyaratan Bankable
dan Bunga
Bantuan Pemerintah
Daerah Produktivitas
Keahlian Tenaga
Kerja Pembentukan
Sentra Usaha Penyerapan Tenaga
Kerja PDRBOutput
Sektor UKM
Permodalan Akses Pasar
Tenaga Kerja dan Produksi
Perijinan Usaha
Pembinaan dan
Promosi Strategi Pengembangan
Sasirangan
Masalah nasional yang sedang mengemuka dan dialami pula oleh Provinsi Kalimantan Selatan terutama di Kota Banjarmasin di antaranya, tingginya angka
pengangguran dan kemiskinan, rendahnya pertumbuhan ekonomi, melambatnya perkembangan ekspor, lemahnya sektor infrastruktur, dan tertinggalnya
kemampuan di bidang penguasaan teknologi. Pembangunan dan pengembangan industri Kain Sasirangan di Kota Banjarmasin merupakan bagian dari
pembangunan nasional, sehingga derap pengembangan industri Kain Sasirangan harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan
ekonomi, budaya maupun sosial politik di Kota Banjarmasin. Bagi Provinsi Kalimantan Selatan masalah pokok yang sedang dihadapi
oleh industri Kain Sasirangan yaitu: Pertama, ketergantungan yang tinggi dari Pulau Jawa terhadap bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi maupun
komponen. Kedua, keterkaitan antar sektor industri dan industri Kain Sasirangan dengan sektor ekonomi lainnya relatif masih lama. Ketiga, kurang lebih 90
kegiatan sektor industri tekstil terletak di Pulau Jawa. Keempat, masih lemahnya peranan kelompok industri kecil dan menengah IKM dalam sektor
perekonomian.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Lokasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian Suharsimi 1998:103. Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku usaha, konsumen, dan pembuat
kebijakan IKM Sasirangan. Populasi dari IKM Sasirangan di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 52 unit yang sebagian besar 45 unit berada di Kota
Banjarmasin. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode sampling secara acak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 yang
dimulai dengan persiapan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan laporan penelitian.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dengan memberikan kuesioner dan
wawancara kepada beberapa usaha industri batik sasirangan, konsumen Sasirangan, dan pembuat kebijakan pemerintah. Sementara data sekunder
diperoleh dari data nasional Badan Pusat Statistik BPS pusat, Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, LSI IPB, media massa dan media elektronik serta instansi dan literarur terkait lainnya.
Data primer yang dibutuhkan yaitu informasi usaha, kondisi umum dari IKM Sasirangan, permodalan, ketenagakerjaan, kapasitas produksi, nilai produksi,
dan nilai tambah serta pemasaran output. Data sekunder yang dibutuhkan adalah