Lingkungan Nasional Analisis Lingkungan Strategis dan Kecenderunganya

PNPM, dan Kredit Usaha Rakyat. Selama pelaksanaan program tersebut di Kalimantan Selatan menunjukkan hasil yang baik. Pada tahun 2008 Tabel 5.4 Kalimantan Selatan berhasil menempati peringkat ke-3 sebagai provinsi dengan jumlah penduduk miskin terkecil 6,48 persen setelah DKI Jakarta 4,29 persen dan Bali 6,17 persen. Sehingga atas keberhasilan ini, Pemerintah Pusat melalui Menko Kesra ketika berkunjung ke Provinsi Kalimantan Selatan menyampaikan pengakuan atas keberhasilan Kalimantan Selatan ini.

5.1.2. Lingkungan Nasional

Banyak perubahan sosial, ekonomi, dan politik nasional yang menjadi pertimbangan dalam perkembangan industri nasional dan daerah dan beberapa agenda penting untuk mengatasinya, antara lain : a. Dampak Krisis Ekonomi Pengorbanan dan energi masyarakat banyak terkuras akibat krisis ekonomi yang berlarut-larut, bahkan banyka usaha masyarakat yang bangkrut, rusaknya lingkungan hidup, meningkatnya pengangguran, kurangnya perawatan infrastruktur, pendayagunaan kapasitas terpasang industri rendah, kemampuan ekspor terbatas, dan ketergantungan yang tinggi pada barang-barang impor. b. Lingkungan Usaha yang Belum Kondusif Faktor yang sangat penting dalam membentuk iklim usaha kondusif dan sehat guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan menarik investasi adalah ketenangan berusaha, masalah ketenagakerjaan, kepastian hukum, dan konsistensi kebijakan. Kecenderungan semakin rendahnya kualitas dari keempat faktor tersebut pada akhir-akhir ini menjadi perhatian yang sangat serius dari para investor. Tingkat suku bunga saat ini walaupun sudah lebuh menurun, tetapi pengusaha banyak yang menganggap masih tinggi. Persaingan usaha antara pemodal luar negeri pada saat ini masih tetap unggul dibanding pengusaha yang mengandalkan perbankan dalam negeri, sehingga sangat perlu dibuat langkah-langkah yang konsisten dan ternecana secepatnya untuk memperbaki iklim usaha domestik agar menjasi lebih kondusif. c. Profesionalisme Birokrasi Pada saat ini dirasakan masih dalam proses transisi perubahan paradigma pada jajaran birokrasi dimana pembinaan terhadap dunia usaha industri dari budaya penguasa ke budaya pelayanan public, perlakukannya lebih bersifat memfasilitasi. Kondisi ini sering dengan langkah pembaharuan kebijakan sistem politik dan arah sentralisasi menuju otonomi daerah. Dengan demikian keinginan untuk mewujudkan birokrasi yang bersih, professional, transparan, pro bisnis, dan fasilitatip masih perlu dilakukan perbaikan. d. Perubahan Sistem Pemerintahan dari Sentralistik ke Otonomi Daerah Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Indonesia yang dahulunya cenderung sentralistik, telah berubah ke desentralistik atau otonomi daerah membawa dampak positif dan negative terhadap penyelenggaraan program pemerintahan dan pembangunan secara keseluruhan. Dampak positifnya adalah di berbagai daerah terjadi percepatan dan ketepatan pembangunan, sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan daya gerak dan kualitas pembangunan secara nasional karena masing-masing daerah dapat mengekspresikan kreatifitasnya dan membangun daerahnya sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat lokal. Kecenderungan ini apabila makin menguat, tidak mustahil gerak pembangunan di berbagai wilayah kesatuan Republik Indonesia semakin cepat mengahsilkan peningkatan kesejahteraan rakyat. Sementara itu dampak negative dari otonomi daerah itu sendiri yaitu Pertama, antara pemerintah pusat dengan daerah koordinasinya memerlukan waktu serta tenaga dan Kedua, masing-masing daerah lebih menonjolkan kepentingan daerahnya dibandingkan kepentingan nasional. Agar perubahan ini membuat keadaan menjadi lebih baik, maka pemerintah perlu mendorong dan memupuk sinergi antar daerah.

5.1.3. Lingkungan Global