Definisi industri kecil lainnya adalah kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai asset kurang dari Rp 600 juta di luar
nilai tanah dan bangunan yang digunakannya Departemen Perindustrian, 1991. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1999, nilai
investasi perusahaan industri yang seluruhnya sampai dengan satu miliar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tenpat usaha, kewenangan pembinannya
berada pada direktorat Jenderal Industri Kecil dan Dagang Kecil Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2000.
Tabel 2.1 Pengelompokan Kegiatan Usaha ditinjau dari Jumlah Pekerja
Skala Usaha Kelompok
Jumlah Tenaga Kerja
Usaha Kecil Kecil I
– kecil Kecil II
– kecil 1
– 9 orang 10
– 19 orang
Usaha Menengah Besar
– kecil Kecil
– menengah Menengah
– menengah Besar
– menengah 100
– 199 orang 201
– 499 orang 500
– 999 orang 1000
– 1999 orang Usaha Besar
…………………………… 2000 pekeja
Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
2.5. Penelitian-penelitian Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan analisis shift share dan metode LQ telah banyak dilakukan sebelumnya, seperti Usya 2006 yang melakukan penelitian
tentang perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang dengan menggunakan analisis Shift Share menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi
di Kabupaten Subang. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi perekonomian Kabupaten Subang walaupun pertumbuhannya
lambat. Berdasarkan analisis Location Quotient menunjukan bahwa di Kabupaten
Subang terdapat empat sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor bangunan atau konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Terdapat
lima sektor non basis yang terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengnaguatan dan
komunikasi serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Menurut Sondari 2007 yang membahas tentang sektor unggulan dan
kinerja ekonomi wilayah Provinsi Jawa Barat periode tahun 2001-2005 dengan menggunakan analisis Location Quotient. Kesimpuan dari penelitian tersebut
adalah sektor yang menjadi sektor basis marupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari lima sektor: gas dan air bersih, sektor industri
pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor non basis terdiri dari sektor pertanian, sektor galian dan pertambangan, sektor
bangunan dan konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa.
Sementara itu untuk penelitian yang menggunakan analisis SWOT di antaranya dilakukan oleh Agung Wibowo 2009 yang meneliti tentang kinerja
dan strategi pengembangan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor, menyimpulkan hasil kinerja usaha kerajinan sepatu cukup bagus, keuntungan
yang diperoleh pengrajin sepatu sangat dipengaruhi oleh volume produksi yang ditentukan oleh grosir sepatu, dan besarnya upah didasarkan atas jumlah barang
yang diproduksi dan jenis pekerjaannya. Menurut Laswati 2009 yang meneliti tentang tingkat keuntungan dan
penyerapan tenaga kerja pada industri kecil sandal di Desa Sirnagalih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor menggunakan analisis SWOT. Kesimpulan yang
didapat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha secara nyata adalah nilai penjualan, upah pekerja, bahan baku, dan pendidikan pengusaha.
2.6. Kerangka Pemikiran