pengusir roh jahat serta dapat pula digunakan untuk mendukung pengobatan. Motif Sasirangan ini dibuat berdasarkan pesanan orang yang akan disembuhkan
dari penyakit atau pengaruh roh jahat, sehingga disebut juga Kain Pamitan permintaan.
Bentuk awal Kain Sasirangan untuk kaum lelaki berupa ikat kepala laung, sabuk dan sarung, untuk kaum perempuan berupa selendang, kerudung,
dan kemben. Sehingga kain ini dinamakan kain Sasirangan yang diwariskan secara turun temurun bagi orang-orang banjar, sehingga menjadi salah satu
kebudayaan masyarakat Kalimantan Selatan yang harus dikembangkan dan dilestarikan.
Agar budaya Banjar ini terlindungi dan tidak diambildiakui oleh negara- negara lain, sebaiknya didaftarkan pada UNESCO walaupun sudah 16 motif atau
jenis Kain Sasirangan di bawah ini yang didaftarkan pada pemerintah melalui Dirjen HAKI Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI.
4.2.3. Bahan Baku dan Bahan Penunjang
a. Kain
Bahan baku Kain Sasirangan adalah kain katun yang terbuat daru benang berbahan baku dasar kapas dan saat ini dkembangkan dengan
menggunakan kain berbahan baku sutera, polyester atau rayon. b.
Pewarna Pada awalnya bahan pewarna mengunakan pewarna alami, seperti
daun pandan, temulawak, akarakar kayu kebuau, jambal, karamunting, mengkudu, gambir dan air batang pohon pisang. Pewarna ini perlu dibuat
terlebih dahulu dan memakan waktu yang lama, maka pengrajin Kain Sasirangan saat ini lebih suka memakai bahan pewarna kimiawi yang mudah
didapat di pasar, serta proses pewarnaannya juga lebih mudah dan cepat.
4.2.4. Penghambat Warna
Uniknya Sasirangan adalah benang yang dijelujur pada kain mempunyai kemampuan yang menghambat penyerapan warna pada kain sehinga terbentuk
gambar sesuai yang diinginkan pengrajin. Hal ini disebabkan bagian kain yang dijelujur benang tidak terserap bahan pewarna dalam proses pencelupan warna.
Pembentukan gambar atau bentuk-bentuk pada kain, selain digunakan benang yang dijelujur bisa juga kain diikat oleh penghambat warna lainnya, seperti tali
raffia, benang ban atau serat nanas. Fungsi penghambat warna adalah untuk menjaga agar bagian-bagian
tertentu pada kain terjaga dari warna yang tidak diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut, penghambat warna harus mempunyai spesifikasi khusus, misalnya:
Mempunyai konstruksi anyaman maupun twist yang padat seperti benang dengan rajut rapat.
Mempunyai kekuatan tarik yang tinggi seperti tali raffia, benag ban atau serat nenas.
4.2.5 Proses Pembuatan
Kata Sasirangan berasal dari kata sirang yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau istilah jahit-menjahit disebut
dismokedijelujur. Kemudian kain yang telah dismoke dicelup dengan warna yang
diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan bernotif dengan corak aneka warna atau garis-garis motif yan menarik sesuai keinginan pengrajin. Lebih
rincinya terlihat dalam uraian proses pembuatan kain Sasirangan sebagai berikut: 1
Gambar Pola Siapkan kertas polos biasa atau karton manila untuk dijadikan pola,
dengan cara mengambar motif atau corak dari berbagai jenis motif Sasirangan, kemudian digunting sehingga terbentuklah pola yang
diinginkan pengrajin. 2
Penyiapan Bahan Kain Siapkan
bahan warna
putih atau
kuning polos
belum bercorakbermotif untuk ditulis atau digambar dengan pola yang telah
dibuat. Biasanya kain-kain yang dijual di toko kain masih mengandung kanji. Padahal kanji tersebut dapat menghalangi penyerapan kain terhadap
zat pewarna. Untuk itu harus dilakukan penghilangan kanji dari kain, dengan cara:
Kain direndam dengan air selama satu atau dua hari, kemudian dibilas namun cara ini mempunyai kelemahan, yaitu prosesnya
terlalu lama dan ada kemungkinan timbul miro organism yang dapat merusak kain.
Kain direndam dalam larutan asam sulfat atau asam chloride selama satu malam, atau hanya membutuhkan waktu dua jam jika
larutan asam tersebut dipanaskan pada suhu 35 C. Setelah itu, kain
dibilas dengan air sehingga kain terbebas dari zat asam.
Kain yang hendak dibuat dimasak dengan larutan enzim Rapisae, Novofermasol, dan lain-lain pada suhu sekitar 45
C selama 30 sd 45 menit. Setelah itu, kain direndam dalam air panas dua kali
masing-masing 5 menit dan kemudian dicuci dengan air dingin sampai bersih.
Gambar 4.5 Proses Pembuatan Kain Sasirangan dan Kunjungan Para Pejabat
4.2.6. Sebaran Industri Kain Sasirangan