percepatan dan ketepatan pembangunan, sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan daya gerak dan kualitas pembangunan secara nasional
karena masing-masing daerah dapat mengekspresikan kreatifitasnya dan membangun daerahnya sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
lokal. Kecenderungan ini apabila makin menguat, tidak mustahil gerak pembangunan di berbagai wilayah kesatuan Republik Indonesia semakin
cepat mengahsilkan peningkatan kesejahteraan rakyat. Sementara itu dampak negative dari otonomi daerah itu sendiri
yaitu Pertama, antara pemerintah pusat dengan daerah koordinasinya memerlukan waktu serta tenaga dan Kedua, masing-masing daerah lebih
menonjolkan kepentingan daerahnya dibandingkan kepentingan nasional. Agar perubahan ini membuat keadaan menjadi lebih baik, maka
pemerintah perlu mendorong dan memupuk sinergi antar daerah.
5.1.3. Lingkungan Global
Lingkungan internasional juga mengalami perubahan yang cukup mendasar, seperti yang terjadi di dalam negeri. Beberapa kecenderungan
internasional yang berpengaruh pada perkembangan industri nasional, dapat dicatat sebagai mana uraian berikut :
a. Isu serta Praktik Globalisasi dan Liberalisasi Ekonomi
Isu dan praktik globalisasi serta liberalisasi makin melanda ekonomi dan perdagangan dunia, seperti munculnya berbagai keputusan
lembaga ekonomi internasional, yaitu WTO yang mendorong laju globalisasi dan liberalisasi ekonoi dunia. Sekarang masih menjadi
perdebatan antar negara maju dan negara berkembang berkaitan dengan isu dan praktik globalisasi ini. Negara-negara maju menghendaki negara
berkembang membuka akses pasar seluas-luasnya bagi produk negara maju, namun di sisi lain negara maju melakukan proteksi terhadap produk
pertanian mereka melalui subsidi yang relatif besar. Terjadi kecenderungan saat ini bahwa globalisasi dan liberalisme
ekonomi tidak memihak negara-negara berkembang, malah lebih memberikan peluang yang lebih luas bagi negara maju untuk mendapatkan
keuntungan semata. Untuk memajukan perekonomian Indonesia sebagai masyarakat dunia tentu juga berkepentingan dengan isu di atas, dimana
kecenderungan perkembangan globalisasi ini harus dicermati secara proporsional sehingga tidak merugikan Indonesia.
Dalam forum G20 dimana Indonesia saat ini sebagai anggota, bersama negara berkembang lainnya harus melakukan berbagai usaha
menanggulangi dampak isu tersebut dan juga melobi berbagai lembaga dunia dan negara yang perekonomiannya lebih kuat. Indonesia melalui
WTO melakukan langkah tersebut di atas untuk mendapatkan keseimbangan dan keadilan pasar dalam perekonomian dunia. Dengan
demikian perumusan kebijakan industri nasional perlu memperhatikan kecenderungan ini agar mampu mengantisipasi dan menselaraskan
perkembangan ekonomi dan perdagangan di masa depan. b.
Isu terorisme Maraknya terorisme dunia juga melanda Indonesia, dimana hal ini
mempengaruhi iklim investasi dan usaha di dunia termasuk Indonesia
sehingga mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan pula. Dampak terorisme terhadap perekonmian dunia, antara lain adalah premi asuransi
untuk pengiriman barang ataupun tenaga ahli dan fasilitas industri menjadi tinggi, terjadinya peningkatan yang tinggi untuk daya pengamanan, dan
takut mendapatkan kerugian yang tinggi sehingga volume perdagangan berkurang. Kecenderungan ini harus diatasi dengan sangat serius dan harus
dituangkan dalam kebijakan pembangunan industri. c.
Kerjasama Internasional Indonesia telah melaksanakan beberapa perjanjian dan kesepakatan
untuk kerjasama internasional dengan berbagai organisasi dunia, misalnya dengan WTO, Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional IMF baik
yang belum mengikat maupun yang sudah mengikat. Perjanjian dan kerjasama juga dilakukan di tingkat regional dan multilateral dengan
APEC, ASEAN, dan organisasi lainnya yang sudah mempengaruhi perjalanan perekonomian Indonesia saat ini dan masa mendatang. Dampak
positif terjadi dengan dibukanya pasar baru bagi produk-produk Indonesia di kawasan ASEAN setelah dilakukan melalui kesepakatan AFTA.
Memperhatikan kecenderungan ini, maka industri Indonesia harus meningkatkan mutu hasil produksinya dan mempunyai daya saing yang
tinggi sehingga mampu mensejajarkan bahkan melebihi negara-negara di kawasan ASEAN lainnya. Jika industri Indonesia tidak melakukan
peningkatan mutu hasil produksi dan tidak mempunyai daya saing tinggi, bukan mustahil masyarakat tidak akan membeli produk dalam negeri.
Eksportir Indonesia saat ini juga menghadapi hambatan teknis TBT = Technical Barrier to Trader, seperti masalah kesehatan isu flu
burung, flu babi, dll, masalah keamanan, keselamatan terror bom Bali, bom Marriot, dll dan lingkungan hidup pencemaran udara, pencemaran
sungai, pembakaran hutan, dll. Ini sebenarnya hanya isu yang digunakan untuk melakukan proteksi pada hasil industri dan juga konsumen negara-
negara yang melakukan hambatan ini. Ada juga hambatan lain yang menimpa pengusaha Indonesia, misalnya tuduhan dumping, sementara
negara lain melakukan subsidi terhadap hasil industrinya. Untuk mengurangi ketimpangan perdagangan antara negara
berkembang dengan negara maju perlu dilakukan komitmen pengambilan langkah positif yang dapat menjamin negara berkembang mendapatkan
perdagangan internasional sesuai dengan kebutuhan ekonomi dan melaksanakan kesepakatan serta perjanjian WTO seutuhnya. Terbuka luas
peluang perdagangan luar negeri dengan adanya prefensi perdagangan yang sifatnya unilateral dari negara-negara maju terhadap negara-negara
berkembang dengan adanya Global System of Trade Preferences among Developing Countries
GSTP dan General System of Preferences GSP untuk saling memberikan keuntungan dalam perdagangan.
d. Munculnya Raksasa Industri Baru
Kemajuan dunia industri Asia Timur di luar Jepang juga mulai terjadi dengan munculnya raksasa industri baru, seperti Korea, Republik
Rakyat Cina RRC, Vietnam dan Thailand, serta Malaysia yang semakin memperkuat perekonomian mereka. Terjadi kecenderungan hasil produk
industrinya mulai mempunyai daya saing yang tinggi, sehingga mulai merambah
pasar dunia
ternasuk Indonesia.
Indonesia harus
memperhatikan ancaman ini dengan memperbaiki industri dan kebijakan perdagangan yang mendorong industri dalam negeri agar mampu
meningkatkan daya saing yang lebih tinggi.
5.2. Profil dan Karakteristik Responden