Sekilas Tentang Kain Sasirangan

pengembangan sektoral, maka fungsi Kota Banjarmasin dalam lingkup Provinsi Kalimantan Selatan seperti disebutkan dalam Rencana Umum Tata Ruang RUTR Kota Banjarmasin Tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Pusat pelayanan wilayah belakang hinterland. Kota Banjarmasin ditetapkan sebagai kota yang memiliki kemampuan sebagai pusat pelayanan jasa, perdagangan dan sosial terhadap wilayah belakangnya. b. Pusat komunikasi antarwilayah karena memiliki lokasi strategis. c. Pusat industri manufaktur karena memiliki fasilitas dan prasarana yang memadai untuk berlangsungnya kegiatan industri serta memiliki akses, baik terhadap bahan baku dan pemasaran produksi. d. Pusat permukiman dan pusat administrasi pemerintahan.

4.2. Gambaran Umum Industri Kain Sasirangan

4.2.1. Sekilas Tentang Kain Sasirangan

Sasirangan berasal dari kata sirang. Sirang diambil dari bahasa banjar yang artinya rajut atau dirajut. Untuk lebih memudahkan dalam pengucapan atau mengingat kata tersebut maka kata sirang itu ditambah awalan dan akhiran, menjadi sasirangan. Kita sering mendengar kain jumputan asal Palembang. Kata jumputan itu berasal dari kata jumput artinya diikat. Kalau kita perhatikan antara kain sasirangan dan kain jumputan, kelihatannya ada sedikit persamaan, baik dilihat dari warna maupun motif. Bahan baku kain dan bahan pewarna yang digunakan oleh pengrajin jumputan, sebagian juga ada digunakan oleh pengrajin sasirangan. Perbedaaan dengan kain jumputan yaitu menggunakan tali raffia yang sudah dikecilkan untuk mengikat motif dan merajut, sedangkan kain sasirangan itu lebih dominan menggunakan benang untuk menyirang atau merajut sehingga ketika proses akhir selesai, benang yang melekat pada kain itu dilepas maka motifnya lebih terlihat. Pola atau motif yang nampak itulah yang dinamakan sasirangan. Untuk mendapatkan motif sasirangan yang bagus diperlukan ketelitian pengrajin bagian sirang atau rajut, jika penusukan jarum yang mengikuti pola motif yang ada pada lembaran kain itu jaraknya tidak terlalu jauh dan juga menarik ikatan benangnya pada masing-masing motif itu kuat, maka hasilnya akan jauh lebih baik dan motif sasirangan terlihat jelas. Gambar 4.3 Jenis-jenis Motif Kain Batik Sasirangan Proses pembuatan kain sasirangan cukup rumitunik, dikerjakan melalui tahapan mulai dari mendesign motif, merajut, mencelup, membuka rajutan, mencuci dan menyetrika. Keseluruhan penyelesainnya dikerjakan oleh masing- masing pengrajin sesuai dengan keahliannya dan tidak menggunakan alat mekanis. Untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan pemilihan bahan baku dan pewarna yang berkualitas, kalau menggunakan bahan warna yang berkualitas maka hasilnya akan baik pula, ini bisa dilihat dengan kecerahan warna yang lekat pada kain itu tidak kelihatan buram, awet, dan tahan lama. Jika para pengrajin mau menggunakan bahan warna yang bagus dan berkualitas maka kesan sebagian masyarakat yang mengatakan kain sasirangan itu luntur, akan hilang sendirinya apabila para pengrajin tersebut mau berusaha untuk itu, namun perlu diketahui bahwa bahan pewarna bagus tentu harganya jauh lebih mahal dan ini tentu sangat mempengaruhi harga pokok produksi, sehingga wajar kita temui ada perbedaan harga antara masing-masing pengrajin, tergantung bahan warna produk mana yang mereka gunakan. Selain, itu Kain Sasirangan adalah kain yang didapat dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Pada dasarnya teknik pewarnaan rintang mengakibatkan tempat-tempat tertentu akan terhalang atau tidak tertembus oleh penetrasi larutan zat warna. Prosesnya sering diusahakan dalam bentuk industri rumah tangga, karena tidak diperlukan peralatan khusus, cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif maupun corak tertentu, melalui teknik jahitan tangan dan ikatan. Sebagai bahan baku kainnya, yang banyak digunakan hingga saat ini adalah bahan kain yang berasal dari serat kapas katun. Hal tersebut disebabkan karena pada mulai tumbuhnya pembuatan kain celup ikat adalah sejalan dengan proses celup rintang yang lain seperti batik dan tekstil adat. Untuk saat ini pengembangan bahan baku cukup meningkat, dengan penganekaragaman bahan baku non kapas seperti : polyester, rayon, sutera, dan lain-lain. Desaincorak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benangjenis bahan pengikat. Dengan mengkombinasikan antara motif- motif asli yang satu dengan motif asli yang lainnya, maka kain kain sasirangan makin menarik dan kelihatan modern. Selain itu motif-motif tersebut dimodifikasi sehingga menciptakan motif-motif yang sangat indah namun tidak meninggalkan ciri khasnya. Adapun corak atau motif yang dikenal antara lain Kembang Kacang, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Turun Dayang, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan, Kulit Kayu, Sarigading, Parada dll. Produk barang jadi yang dihasilkan dari kain Sasirangan yaitu Kebaya, Hem, Selendang, Jilbab, Gorden, Taplak Meja, Sapu Tangan, Sprei, Mukena, Baju Koko, kaos, kemeja, dress, blus, tas, gamis, dompet, tempat tissue, tudung saji, baju anak-anak, sajadah, sandal, bungkus stoples, dan hiasan lampu yang mengadopsi unsur kain sasirangan.. Penggunaan Kain Sasirangan ini pun lebih meluas yaitu untuk busana pria maupun wanita yang dipakai sehari-hari baik resmi atau tidak. Gambar 4.4 Produk-produk Sasirangan 4.2.2 Sejarah Kain Sasirangan Pada abad XII di Kalimantan Selatan hidup seorang Patih Negara Dipa bernama Lambung Mangkurat yang bertapa di atas rakit Balarut Banyu selama 40 hari 40 malam hingga tiba di daerah Rantau kota Bagantung. Lambung Mangkurat melihat seonggok buih dan mendengar suara seorang wanita dari dalamnya, ternyata wanita itu adalah seorang ratu yang bernama Putri Junjung Buih. Untuk dapat melihat wujud dari Putri Junjung Buih. Lambung Mangkurat harus memenuhi syarat-syarat yang diajukan putri, yaitu Lambung Mangkurat harus membuat sebuah istana Batung dan selembar kain yang ditenun dan diberi warna dengan cara pencelupan oleh 40 orang putri dengan motif wadipadi waringin dengan batasan waktu satu hari. Kain hasil pencelupan tersebut digunakan oleh masyarakat setempat untuk membuat pakaian adat yang digunakan keturunan para bangsawan dan kalangan rakyat biasa saat melaksanakan upacara adat. Masyarakat Kalimantan Selatan pada zaman dahulu percaya bahwa kain ini mempunyai kekuatan magis sebagai alat pelindung yang mampu menangkal gangguan makhluk halus dan menjadi alat pengusir roh jahat serta dapat pula digunakan untuk mendukung pengobatan. Motif Sasirangan ini dibuat berdasarkan pesanan orang yang akan disembuhkan dari penyakit atau pengaruh roh jahat, sehingga disebut juga Kain Pamitan permintaan. Bentuk awal Kain Sasirangan untuk kaum lelaki berupa ikat kepala laung, sabuk dan sarung, untuk kaum perempuan berupa selendang, kerudung, dan kemben. Sehingga kain ini dinamakan kain Sasirangan yang diwariskan secara turun temurun bagi orang-orang banjar, sehingga menjadi salah satu kebudayaan masyarakat Kalimantan Selatan yang harus dikembangkan dan dilestarikan. Agar budaya Banjar ini terlindungi dan tidak diambildiakui oleh negara- negara lain, sebaiknya didaftarkan pada UNESCO walaupun sudah 16 motif atau jenis Kain Sasirangan di bawah ini yang didaftarkan pada pemerintah melalui Dirjen HAKI Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI.

4.2.3. Bahan Baku dan Bahan Penunjang