Nilai R Nilai K Nilai LS Nilai C

59 A = R X K X LS X C X P semakin menurun. Erosi tanah merupakan faktor utama dari degradasi lahan sehingga penentuan tingkat erosi menjadi penting untuk menduga tingkat degradasi lahan. Erosi tanah diprediksi dengan menggunakan pendekatan persamaan prediksi kehilangan tanah secara komprehensif atau dikenal dengan The Universal Soil Loss Equation USLE Troeh et al., 2004. USLE merupakan model kotak kelabu untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah, yang memungkinkan menduga rata-rata laju erosi tanah, pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu, untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan tindakan konservasi tanah yang mungkin dilakukan atau sedang diterapkan Arsyad, 1989. Rumus pendugaannya adalah: Dimana: A = Besarnya erosi tanah yang mungkin terjadi tonhatahun R = Besarnya faktor curah hujan dan aliran permukaan didekati dengan Indeks Erosi Hujan Wischmeier, EI 30 . K = Faktor kepekaan erodibilitas tanah kehilangan tanah per unit erosivitas hujan pada lahan kosong dengan kemiringan 9 dan panjang lereng 22,1 m. LS = Panjang dan kecuraman lereng C = Faktor pengelolaan penutup tanah tanaman P = Faktor tindakan pengelolaan tanah konservasi tanah. Nilai dari masing-masing variabel pada rumusan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai R

Nilai R didekati dengan Indeks Erosi Hujan Wischmeier El 30 yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan perkalian antara energi hujan total E dengan intensitas hujan maksimum selama 30 menit l 30 tahunan. Besarnya nilai R digunakan rumus berikut: Dimana: El 30 = Indeks erosi hujan bulanan RAIN = Curah hujan rata-rata bulanan dalam cm DAYS = Jumlah hari hujan rata-rata per bulan MAXP = Curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan El 30 tahunan adalah jumlah El 30 bulanan El 30 = 6,119RAIN 121 DAYS -0,47 MAXP 0,53 60

b. Nilai K

K merupakan faktor erodibilitas tanah yang besaran nilainya didekati berdasarkan nilai K beberapa tanah yang ada di Indonesia atau dengan menggunakan rumus berikut Kurnia dan Suwardjo, 1984, dalam Arsyad, 1989: Dimana: M = Persentase pasir sangat halus diameter 0,05-0,1 mm dan debu diameter 0,05-0,02 mm X 100-persentase liat a = persentase bahan organik b = Kode struktur tanah yang dipergunakan dalam klasifikasi tanah granuler sangat halus=1; granuler halus=2; granuler sedang- kasar=3 dan berbentuk blok, blocky plat, masif=4 c = kelas permeabilitas profil tanah sangat lambat=6; lambat=5; lambat-sedang=4; sedang=3; sedang-agak cepat=2 dan cepat=1 Setelah data-data tersebut diperoleh maka besarnya nilai K bisa diperoleh dengan menggunakan Nomograf Erodibilitas Tanah.

c. Nilai LS

Nilai LS merupakan faktor panjang dan kemiringan lereng yang dihitung antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng dan kecuraman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang terletak pada kecuraman lereng 9 dan panjang lereng 22 meter. Nilai LS didekati dengan menggunakan Nomograf Faktor LS atau dengan persamaan sebagai berikut: LS = 00138 , 00965 , 0138 , 2 s s X + + Dimana: X = Panjang lereng dalam meter S = kecuraman lereng dalam persen

d. Nilai C

Faktor C dalam USLE adalah nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang bertanaman dengan pengelolaan tertentu terhadap besarnya erosi tanah tanpa tanaman dan diolah bersih. Dengan demikian, faktor C mengukur pengaruh bersama antara jenis tanaman dan pengelolaan yang diterapkan pada sebidang lahan. Besarnya nilai faktor C didekati berdasarkan pengelolaan tanaman menurut Arsyad 1989 seperti pada Tabel 4. 100K = 1,292{2,1M 1,14 10 -4 12-a + 3,25b-2 +2,5c-3 61 Tabel 4. Nilai Faktor C pada Berbagai Kondisi Pengelolaan Tanaman No Macam penggunaan Nilai faktor C 1. Tanah terbuka tanpa tanaman 1,00 2. Sawah 0,01 3. Tegalan tanpa disepesifikasi 0,70 4. Ubi kayu 0,80 5. Jagung 0,70 6. Kedelai 0,399 7. Kentang 0,40 8. Kacang tanah 0,20 9. Padi 0,561 10. Tebu 0,20 11. Pisang 0,60 12. Akar wangisereh wangi 0,40 13. Rumput B.D tahun pertama 0,287 14. Rumput B.D tahun kedua 0,002 15. Kopi dengan penutup tanah buruk 0,20 16. Talas 0,85 17. Kebun campuran: - Kerapatan tinggi - Kerapatan sedang -Kerapatan rendah 0,10 0,20 0,50 18. Perladangan 0,40 19. Hutan alam: -Serasah banyak -Serasah kurang 0,001 0,005 20. Hutan produksi: -Tebang habis -Tebang pilih 0,50 0,20 21. Semak belukarpadang rumput 0,30 22. Ubi kayu + kedelai 0,181 23. Ubi kayu + kacang tanah 0,195 24. Padi – sorgum 0,345 25. Padi + kedelai 0,417 26. Padi + mulsa jerami 4 tonha 0,096 27. Padi + mulsa Crotalaria sp. 3 tonha 0,387 28. Kacang tanah + gude 0,495 29. Kacang tanah + kacang tunggak 0,571 30. Kacang tanah: - + mulsa jerami 4 tonha - +mulsa jagung 4 tonha - +mulsa Crotalaria sp. 3 tonha - +mulsa kacang tunggak - +mulsa jerami 2 tonha 0,049 0,128 0,136 0,259 0,377 31. Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami 0,079 32. Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman 0,357 33. Alang-alang 0,001 62

e. Nilai P

Dokumen yang terkait

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Analisis biaya dan penerimaan produksi CPO di PTPN V SEI Pagar Kabupaten Kampar Propinsi Riau

0 6 118

Perneliharaan Tanarnan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di Kebun lnti dan Plasma PIR Trans Sei Tungkal PT Agrowiyana, Jambi

0 11 89

Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan (Studi Kasus PIR Perkebunan Plasma Sei Pagar, PTP Nusantara V Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

0 3 1

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sel Tapung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

1 14 40

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sel Tepung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau)

0 11 40

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sei Tapung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau)

0 12 40

Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau

0 4 40

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Kebun Sei Batang Ulak Pt Ciliandra Perkasa, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

0 10 53

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604