172
teknologi tepat guna dari Badan Litbang Pertanian, dukungan infrastruktur pertanian dari Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air, bantuan dan pembinaan usaha
pengolahan dan pemasaran dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian serta dukungan permodalan dari program Dana Penjaminan dimana
pada tahun 2007 perkebunan menerima skitar 35,22 Syahyuti, 2007.
4.7. Analisis Prospektif
Prospektif analisis dilakukan untuk memperoleh strategi rumusan pengelolaan perkebunan kelapa sawit plasma berkelanjutan setelah diketahui
potensi dan permasalahan yang terjadi di lapangan melalui analisis-analisis lainnya. Dari analisis sebelumnya diketahui sebanyak 17 variabel yang berperan
dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit yaitu: luas lahan, status penguasaan lahan, kesesuaian lahan, sumberdaya manusia, modal,
kelembagaan, teknologi, upah tenaga kerja, harga saprodi, harga produksi, kebijakan pemerintah, pendapatan petani, pencemaran lingkungan, aturan World
Trade Organization WTO, konflik sosial, produksi TBS dan kualitas CPO. Langkah awal dari analisis prospektif adalah melakukan analisis
pengaruh timbal balik atau kaitan pengaruhketergantungan influencedependence, ID dari semua variabel terkait. Semua variabel
dimasukkan ke dalam matrik pengaruh variabel dan hubungan otomatis, diurut dari lajur paling kiri ke bawah dan kekanan. Penilaian pengaruh teridiri atas
penilaian pengaruh langsung dari setiap variabel terhadap semua variabel lainnya dengan menggunakan skala dari ”0=tidak ada pengaruh” sampai
”3=pengaruh sangat kuat”. Dengan perangkat lunak Microsoft Excel, semua nilai yang dimasukkan akan diakumulasi untuk memperoleh
pengaruhketergantungan global variabel yang dinilai. Dalam matrik ini, tidak hanya pengaruh langsung, tetapi pengaruh tak langsung dari satu variabel
terhadap semua variabel lainnya juga bisa ditampilkan Bourgeois, 2007 Lampiran 21 dan 22.
Pada pengaruh global, variabel kelembagaan memiliki nilai tertinggi 28, kebijakan pemerintah 24, luas lahan 20, sumberdaya manusia 20, modal
20, status penguasaan lahan 18, pencemaran lingkungan 17, teknologi 17, kesesuaian lahan 16 dan pendapatan petani 16 Tabel 35. Ketergantungan
global tertinggi diperoleh pada variabel pendapatan petani 31, diikuti oleh modal 25, produksi TBS 25, kualitas CPO 22, teknologi 21, harga produksi
173
21, konflik sosial 21, kesesuaian lahan 16, upah tenaga kerja 16 dan status penguasaan lahan 14. Nilai kekuatan global menunjukkan bahwa kelembagaan
memiliki nilai tertinggi yaitu 0,08. Diikuti oleh kebijakan pemerintah 0,06, luas lahan 0,05, status penguasaan lahan 0,04, sumberdaya manusia 0,04, harga
saprodi 0,04, kesesuaian lahan 0,03, modal 0,03, teknologi 0,03 dan pencemaran lingkungan 0,03. Kekuatan global tertimbang, variabel
kelembagaan memiliki nilai tertinggi 2,60, diikuti oleh kebijakan pemerintah 1,86, luas lahan 1,41, sumberdaya manusia 1,33, harga saprodi 1,15,
status penguasaan lahan 1,14, aturan WTO 1,09, modal 1,00, kesesuaian lahan 0,90 dan harga produksi 0,63
Tabel 35. Nilai Pengaruh dan Ketergantungan Global Faktor - Faktor Terkait Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan Di Sei Pagar
Faktor Pengaruh global
Ketergantung- an global
Kekuatan global
Kekuatan global ter timbang
Luas lahan Stt pnguasaan lahan
Kesesuaian lahan SDM
Modal Kelembagaan
Teknologi Upah tenaga kerja
Harga saprodi Harga produksi
Kebijkan pemerintah Pendapatan petani
Pencemaran linkungan Aturan WTO
Konflik sosial Produksi TBS
Kualitas CPO 20
18 16
20 20
28 17
11 15
13 24
16 17
6 14
13 12
12 14
16 14
25
6 21
16 7
21 11
31 13
1 21
25 22
0,05 0,04
0,03 0,04
0,03 0,08
0,03 0,02
0,04 0,02
0,06 0,02
0,03 0,02
0,02 0,02
0,02 1.41
1.14 0.90
1.33 1.00
2.60 0.86
0.51 1.15
0.56 1.86
0.61 0.61
1.09 0.58
0.63 0.50
Tahapan selanjutnya adalah analisis struktur yang meliputi kegiatan penentuan posisi variabel, distribusi variabel dan seleksi variabel. Posisi variabel
dilakukan pada grafik berkuadran 4 dan 2 sumbu yaitu sumbu X horizontal sebagai tempat kedudukan nilai ketergantungan dan sumbu Y vertical sebagai
tempat kedudukan nilai pengaruh dari variabel. Dengan memasukkan nilai pengaruh dan ketergantungan, diperoleh sebaran semua variabel seperti
Gambar 44. Terlihat bahwa variabel-variabel yang memiliki pengaruh tinggi dan ketergantungan rendah sebanyak 6 variabel yaitu: status penguasaan lahan,
luas lahan, kesesuaian lahan, sumberdaya manusia, kelembagaan dan
174
kebijakan pemerintah. Hanya 1 variabel yang memiliki pengaruh dan ketergantungan tinggi yaitu modal. Sebanyak 5 variabel yang mempunyai
pengaruh rendah dan ketergantungan tinggi yaitu harga produksi, teknologi, produksi TBS, pendapatan petani dan kualitas CPO. Sementara itu, variabel
yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan rendah sebanyak 4 yaitu aturan WTO, harga saprodi, pencemaran lingkungan dan upah tenaga kerja.
T Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor Pengelolaan Perkebunan
Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan
KNFLIK SOSL ATURAN WTO
PCMRN LINGKGN PDTN PETANI
KEB PEMRTH HRG PRODUKSI
HRG SAPRODI UPAH TK
TEKNOLOGI KELEMBAGAAN
LUAS LAHAN SDM
MODAL STTS PNGSAAN LHN
KESSAN LHN
PRODUKSI TBS KUALITAS CPO
------ -
0.50 1.00
1.50 2.00