Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4

1.2. Perumusan Masalah

Perkebunan kelapa sawit merupakan usaha yang sudah terbukti memegang peranan penting bagi perekonomian nasional, baik secara makro maupun mikro. Namun demikian, aktivitas dalam proses produksi dan pengolahan pasca panen memunculkan beberapa permasalahan di lapangan. Permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian dapat dikelompokkan kedalam aspek teknis, sosial ekonomi dan aspek lingkungan. Permasalahan dalam aspek teknis meliputi: 1. Pemeliharaan tanaman pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman=OPT dan panen TBS belum dilaksanakan secara benar. Berkaitan dengan pemupukan pengadaan jenis pupuk yang diperlukan petani jarang tepat waktu. Selain itu, dosis, cara dan frekuensi pemberian pupuk masih di bawah standar yang dianjurkan baik oleh instansi terkait maupun pihak PTPN V. Hal ini berpengaruh langsung terhadap produktivitas lahan dan umur ekonomis kelapa sawit. 2. Rendahnya kuantitas dan kualitas produk komoditas perkebunan yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan penyerapan inovasi teknologi produksi dan pasca panen. 3. Kurang berfungsinya irigasi yang dibangun pada saat pembukaan kebun sehingga kondisi tata air yang ada saat ini tidak bisa berfungsi optimal untuk mengendalikan banjir di musim hujan. Hal ini berdampak terhadap kerusakan infrastruktur yang dibangun seperti jalan antara desa maupun jalan kebun yang meningkatkan upah tenaga kerja terutama untuk panen dan transportasi. Permasalahan di bidang ekonomi meliputi: 1. Tingginya tingkat penjualan TBS ke PKS non inti sehingga menyebabkan rendahnya efisiensi pengembalian kredit petani maupun usaha pemupukan modal untuk peremajaan IDAPERTABUN. 2. Tingginya penawaran kredit oleh lembaga pelepas uang Bank lokal dan rentenir sehingga petani banyak terjebak hutang di luar kredit kebun sawit. Hal ini berujung pada tingginya tunggakan kredit petani dalam melunasi hutang kebun ke bank pelaksana melalui KUD. 3. Dalam hal penentuan harga TBS, posisi tawar-menawar bargaining position petani terhadap pihak lainnya perusahaan inti, instansi terkait dan pihak swasta non inti masih lemah sehingga selalu tersisihkan dalam penentuan 5 harga produk perkebunan TBS sehingga harga TBS masih dibawah harga penawaran PKS non inti. 4. Meningkatnya biaya hidup petani berkaitan dengan perubahan pola hidup petani yang menyebabkan alokasi pendapatan untuk pemeliharaan kebun menurun. Permasalahan yang berkaitan dengan aspek sosial meliputi: 1. Lemahnya kerjasama antar institusi terkait baik pada tingkat kabupaten, kecamatan dan desa dalam memberdayakan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. 2. Rendahnya motivasi petani untuk mengelola kebun sawit secara mandiri terutama dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. 3. Peranan KUD sebagai media penyedia dan penyalur sarana produksi pupuk dan obat-obatan maupun aspirasi petani masih belum optimal. 4. Rendahnya intensitas pembinaan petani oleh perusahaan inti melalui KUD yang menyebabkan pemeliharaan kebun dibawah standar anjuran. Permasalahan lingkungan yang masih terjadi di lapangan adalah: 1. Sebagian besar unsur hara yang diberikan melalui pemupukan hilang terbawa aliran permukaan yang mencemari lingkungan terutama badan air permukaan. 2. Masih terjadi degradasi lahan akibat aplikasi pemupukan yang belum tepat jenis, tepat waktu, tepat dosisi dan tepat cara pemupukan. 3. Pengendalian hamapenyakit dan gulma masih terfokus pada cara kimia sehingga mencemari badan air permukaan. Semua permasalahan ini perlu dicarikan solusinya dalam rangka mengurangi dampaknya terhadap petani dan lingkungannya. Secara ringkas, solusi permasalahan pengelolaan kebun kelapa sawit plasma berkelanjutan dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana keragaan kesesuaian lahan, faktor pembatas kesesuaian lahan dan produktivitas lahan kebun kelapa sawit plasma di lokasi penelitian? 2. Bagaimana fungsi produksi tandan buah segar TBS petani kelapa sawit plasma di masa mendatang dalam merespon harga sarana produksi dan produksi, kebijakan pemerintah, teknologi dan harga komoditas pesaing? 3. Bagaimana kinerja dan keterkaitan kelembagaan yang bisa mendukung pengelolaan kebun kelapa sawit plasma berkelanjutan dari instansi terkait? 6 4. Bagaimana model alternatif pengelolaan kebun kelapa sawit plasma berkelanjutan yang diharapkan bisa meningkatkan produktivitas lahan dan disaat yang sama bisa mengurangi pencemaran lingkungan, memperbaiki kondisi sosial ekonomi petani plasma? 5. Skenario strategis bagaimana yang dapat mendukung implementasi model pengelolaan kebun kelapa sawit plasma berkelanjutan?

1.3. Tujuan Penelitian

Dokumen yang terkait

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Analisis biaya dan penerimaan produksi CPO di PTPN V SEI Pagar Kabupaten Kampar Propinsi Riau

0 6 118

Perneliharaan Tanarnan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di Kebun lnti dan Plasma PIR Trans Sei Tungkal PT Agrowiyana, Jambi

0 11 89

Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan (Studi Kasus PIR Perkebunan Plasma Sei Pagar, PTP Nusantara V Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

0 3 1

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sel Tapung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

1 14 40

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sel Tepung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau)

0 11 40

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sei Tapung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau)

0 12 40

Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau

0 4 40

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Kebun Sei Batang Ulak Pt Ciliandra Perkasa, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

0 10 53

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604