Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan penelitian diawali dengan pra survei, diikuti dengan survei utama dengan melakukan wawancara ke petani, ketua kelompok tani dan KUD, staf Manajer Inti dan Manajer Plasma P.T Perkebunan Nusantara V kebun Sei Pagar, staf Manajer Inti dan Manajer Plasma P.T Perkebunan Nusantara V Pusat di Pekanbaru, staf dan pekerja PKS Sei Pagar serta Instansi terkait lainnya. Bersamaan dengan itu, dilakukan pengamatan profil tanah untuk mengetahui sifat-sifat tanah yang bisa dilihat dengan observasi langsung di lapangan seperti: ketebalan lapisan tanah, sebaran perakaran, kedalaman air tanah, pH, kondisi batuan, struktur tanah, tekstur tanah dan lain-lain. Selain itu, dilakukan juga pengambilan contoh tanah, air, daun kelapa sawit dan limbah cair PKS yang diteruskan dengn analisis kimia, fisika dan biologi untuk mengetahui sifat-sifat tanah, air dan limbah cair PKS serta status unsur hara tanaman kelapa sawit. Kegiatan selanjutnya adalah editing data, entry dan tabulasi data serta analisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dapat dicapai melalui jalan antar kabupaten ke arah selatan sekitar 20 km dari ibu kota Provinsi Riau yaitu kota Pekanbaru, dengan kondisi infrastruktur terutama jalan sudah baik pengerasan dengan batu dan aspal sehingga dapat ditempuh sekitar 30 menit. Perjalanan diteruskan lagi melewati jalan desa ke arah barat sekitar 5 km dari simpang jalan antara kabupaten. Kondisi jalan desa relatif baik dengan pengerasan dan dilapisi batu dengan waktu tempuh sampai ke lokasi penelitian sekitar 20 menit. Secara administratif, lokasi penelitian mengalami pemekaran wilayah dimana sebelumnya ke empat desa termasuk kedalam satu kecamatan yaitu kecamatan Perhentian Raja, sekarang terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu: 1. Desa Hangtuah dan Desa Sialang Kubang termasuk wilayah Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar 2. Desa Sei Simpang Dua termasuk wilayah Kecamatan Kampar Kiri Hilir, Kabupaten Kampar 3. Desa Mayang Pongke termasuk wilayah Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar Secara geografis, lokasi penelitian terletak pada posisi 0 o 12 – 0 o 20 Lintang Utara dan 101º14 – 101º24 Bujur Timur, topografi datar-berombak 86 dengan ketinggian dari muka laut antara 7-50 meter. Lokasi penelitian termasuk Sub DAS 2 sungai besar yaitu Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Sebelum dibuka untuk kebun kelapa sawit, iklim di lokasi penelitian memang cocok untuk kelapa sawit dengan curah hujan tahunan rata-rata 2472 mmtahun, hari hujan 138, suhu udara rata-rata 26,3 C, dan kelembaban udara nisbi 83 P.T PN V, 1992. Dalam kurun waktu pembukaan dan penggunaan lahan 22 tahun, saat ini, terjadi sedikit perubahan iklim dengan rata-rata curah hujan 2640 mmtahun, hari hujan 144, suhu udara 27 C dan kelembaban udara nisbi 75. Kondisi iklim ini masih mendukung untuk pertumbuhan kelapa sawit. Sejak tahun 1985 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 668KPTSKB.510101985 tentang petunjuk umum pelaksanaan proyek Perkebunan Inti Rakyat, kelapa sawit plasma di lokasi ini dikembangkan melalui pola PIR-Trans seluas 6000 hektar. Pembangunan kebun, infrastruktur penunjang dan pemeliharaan tanaman sampai umur tanaman produktif dilakukan oleh P.T Perkebunan Nusantara V. Kebun dikelompokkan ke dalam 5 Afdeling yaitu Afdeling A seluas 1092 ha, Afdeling B 1500 ha, Afdeling C seluas 1239 ha, Afdeling D seluas 1026 ha dan Afdeling E seluas 1143 ha. Dengan pembagian kebun kelapa seluas 2 hakepala keluarga, didatangkan sebanyak 3000 kepala keluarga petani transmigrasi dari luar daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogya, Jawa Timur dan transmigran lokal dengan proporsi 60:40. Selain kebun kelapa sawit, setiap kepala keluarga memperoleh lahan pekarangan disatukan dengan lahan pangan masing-masing seluas 0.5 ha. Saat ini lahan pangan sebagian besar sudah ditanami dengan kelapa sawit karena tingginya resiko kegagalan pada pengelolaan tanaman pangan karena serangan hamapenyakit, tata air yang susah dikendalikan serta pemasaran produksi tanaman pangan yang tidak stabil. Lahan pekarangan juga ditanami kelapa sawit sehingga setiap kepala keluarga memiliki hampir 2,5 ha kebun kelapa sawit. Untuk memacu perkembangan masyarakat, di masing-masing afdeling kebun plasma dibangun fasilitas umum fasilitas sosial dan ekonomi seperti Sekolah Dasar SD, Koperasi Unit Desa KUD, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, Puskesmas Pembantu, tempat peribadatan, kantor desa dan pasar desa. Semua fasilitas umum tersebut tersedia di masing-masing desa kecuali Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama hanya terdapat di desa Hangtuah dan desa Mayang Pongke, sedangkan Puskesmas Pembantu terdapat di di desa Sialang Kubang dan Mayang Pongke. Dengan fasilitas yang ada tersebut, 87 aktivitas masyarakat bisa berjalan dengan baik antara lain pendidikan, kesehatan, penyediaan kebutuhan keluarga sehari-hari, penyediaan sarana produksi usahatani kelapa sawit dan pemasaran produksi TBS. Khusus kegiatan di bidang perkebunan, Koperasi Unit Desa memegang peranan yang penting baik sebagai penyedia sarana produksi, penghubung antara Perusahaan Inti dengan petani untuk bimbingan teknis ke petani dalam pengelolaan kebun kelapa sawit dan pemasaran TBS. Mengingat beragamnya kondisi masyarakat maka petani membentuk organisasi kelompok tani berdasarkan kelompok hamparan kebun kelapa sawit. Kelompok tani ini merupakan kepanjangan tangan dari KUD dalam mengelola kebun kelapa sawit petani karena bimbingan teknis dari perusahaan inti ataupun pihak lainnya terutama instansi terkait disampaikan melalui kelompok tani. Jumlah kelompok tani berbeda-beda pada masing-masing desa dimana untuk desa Hangtuah jumlahnya 35 kelompok, desa Sialang Kubang sebanyak 33 kelompok, desa Sei Simpang Dua sebanyak 28 kelompok dan desa Mayang Pongke sebanyak 27 kelompok tani Tabel 10. Tabel 10. Koperasi Unit Desa KUD dan Kelompok Tani PIR-Trans Di Kebun Kelapa Sawit Plasma Sei Pagar, 2007 No Desa Nama KUD Jumlah Kelompok Tani 1 2 3 4 Hangtuah Sialang Kubang Sei Simpang Dua Mayang Pongke Karya Manunggal Kusuma Bakti Rukun Makmur Tri Manunggal 35 33 28 27 Pada periode sesudah cicilan petani lunas dan bimbingan teknis dari Perusahaan Inti kurang intensif, kelompok tani menjadi wadah yang berperan penting. Ketua kelompok menjadi lebih sibuk untuk mencari informasi teknologi pengelolaan kebun kelapa sawit yang baik, informasi pengadaan sarana produksi terutama pupuk yang tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan tepat cara pemberiannya. Pertemuan kelompok menjadi semakin sering untuk membahas jadwal pemupukan, panen, pengendalian gulma, pemasaran dan penentuan harga TBS dan lain-lain. Pada beberapa kelompok tani, penggalangan kerjasama kemitraan dengan pihak pemodal atau pihak penyedia sarana produksi juga dilakukan melalui kelompok tani. Komunikasi yang lebih 88 akrab juga dibangun antara lain kelompok tani meminta jenis pupuk yang cocok untuk kelapa sawit, dosis dan cara pemberiannya. Perkembangan komunikasi yang terbentuk antara kelompok tani dengan pihak penyedia sarana produksi tingkat Kabupatenprovinsi mempunyai dampak positif maupun negatif. Segi positifnya adalah terjadinya transfer teknologi untuk membantu petani mengelola perkebunan kelapa sawit khususnya pengelolaan pupuk yang merupakan kunci pemeliharaan produktivitas lahan. Walaupun pengalaman menunjukkan bahwa teknologi yang ditransfer kadang-kadang kurang sesuai dengan kondisi lahan karena pihak penyedia sarana produksi masih memfokuskan pada kuota penjualan produk-produknya sendiri sehingga ada unsur rekayasa paket teknologi yang disesuaikan secara paksa antara sifat- sifat pupuk dengan kondisi lahan dan tanaman kelapa sawit. Segi positif lainnya adalah peningkatan kapasitas building capacity kelompok tani sebagai wadah bagi petani plasma dalam pengelolaan kebun kelapa sawit pada saat bimbingan teknis dari Perusahaan Inti berkurang. Segi negatifnya adalah semakin berkurangnya intensitas komunikasi antara Perusahaan Inti dengan petani plasma yang berujung pada menurunnya penjualan TBS kebun plasma ke PKS Perusahaan Inti. Belum lagi sistem pembayaran PKS non inti lebih baik bagi petani dimana TBS petani dibayar tunai langsung dan kadang-kadang harganya lebih tinggi dari harga TBS di PKS Inti. Di lain pihak, luas kebun Inti lebih sempit sekitar 2800 hektar dibandingkan dengan kebun plasma 6000 hektar yang menunjukkan pentingnya masukkan TBS plasma ke PKS Inti. Dengan kapasitas PKS sebesar 30 ton TBSjam maka PKS sering mengalami kekurangan TBS Idle material sehingga PKS tidak bisa beroperasi setiap harinya melainkan 3-4 hari saja dalam seminggu. Menyadari akan hal ini, PKS Inti telah memperbaiki sistem pembelian TBS petani plasma untuk merangsang petani menjual TBS ke PKS Inti antara lain: pembayaran TBS ditunda hanya 1 minggu terhitung dari saat penyetoran TBS awalnya tertunda 1 bulan, harga TBS juga ditingkatkan mendekati harga PKS non Inti. Bagi keluarga petani, peranan kelompok tani tidak terbatas pada pengelolaan kebun kelapa sawit saja melainkan juga sebagai media untuk menjalankan aktivitas lainnya. Aktivitas tersebut antara lain untuk arisan bapak tani, arisan ibu tani, pembentukan kas kelompok tani, aktivitas sambatan perbaikanpembangunan rumah baru dan aktivitas sosial lainnya seperti gotong royong perbaikan jalan desa, perbaikan sarana ibadah, perbaikan sarana 89 pendidikan dan lain-lain. Dengan demikian, setiap kelompok tani mempunyai karakter tersendiri sesuai dengan latar belakang budaya masing-masing. Untuk mengelola kebun kebun plasma, PTPN V Cabang Sei Pagar mempekerjakan sebanyak 15 tenaga kerja tetap yang terdiri dari manager kebun, asisten kepala, asisten tanaman, asisten keuanganadministrasi kebun dan karyawan pelaksana serta 25 orang tenaga harian lepas Gambar 13. Struktur organisasi tersebut menggambarkan bahwa manager kebun plasma dibantu oleh seorang asisten kepala yang membawahi asisten tanaman dan asisten keuanganadministrasi kebun. Untuk permasalahan administrasi, aktivitas rutin dilaksanakan oleh asisten keuanganasisten administrasi, sedangkan untuk aktivitas pengelolaan kebun secara langsung dilaksanakan oleh asisten tanaman bekerjasama dengan KUD di masing-masing desa. Terhitung sejak hutang petani lunas, mekanisme kerjasama antara asisten tanaman dengan KUD kurang aktif. Kondisi ini berimbas pada perilaku petani dalam memasarkan TBS dan rencana peremajaan pada periode berikutnya. Gambar 13. Struktur Organisasi Kebun Kelapa Sawit Plasma PTPN V Sei Pagar, Kabupaten Kampar, Riau Sebagaimana halnya tanaman keras lainnya, kelapa sawit mempunyai umur ekonomis terbatas yaitu sekitar 25 tahun dan sesudahnya perlu dilakukan peremajaan. Peremajaan memerlukan dana yang besar sehingga petani tidak bisa melakukan sendiri tanpa ada bantuan modal dari pemerintah atau lembaga keuangan lainnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dilakukan pemupukan modal kerja yang dimulai tahun 1995 dengan melakukan perjanjian kerjasama MANAGER KEBUN ASISTEN KEPALA ASS. TANAMAN ASS. KEUANGANADMI KEBUN KARPEL KEBUN 90 antara Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau dengan Direksi Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Nomor: 521Ek.1777-05BP-PDR-PIRKSDiv.AskIII95 tanggal 17 Maret 1995 tentang Program Iuran Dana Peremajaan Tanaman Perkebunan Program IDAPERTA-BUN. Langkah ini dilakukan sebagai respon dikeluarkannya Surat Perjanjian Kerjasama antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Direktur Utama Bumiputera 1912 Nomor KB 650Ea.191.a02.95- 01BP.PIRKSASKII.95 tanggal 1 Pebruari 1995 tentang Program Iuran Dana Peremajaan Tanaman Perkebunan IDAPERTA-BUN. Program ini merupakan kiat dari Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian mengingat bahwa dalam perkembangan dimasa mendatang akan menghadapi hal yang semakin sulit untuk mendapatkan sumber dana dari pemerintah yang sifatnya bantuan dalam jumlah besar berupa kredit lunak jangka panjang. Program ini di set untuk jangka waktu maksimal 20 tahun terhitung sejak kelapa sawit mulai produktif umur 4 tahun sampai tidak produktif umur 25 tahun. Keunggulannya bahwa program ini memiliki unsur proteksi asuransi jiwa. Dalam hal ini, jika petani meninggal dunia maka ahli waris petani mendapat santunan meninggal dunia ditambah dengan nilai premi yang sudah dihimpun saat petani meninggal. Selanjutnya, ahli waris dibebaskan dari kewajiban membayar premiiuran kepesertaan yang semula dilakukan petani semasa hidupnya. Pada akhir dari umur produktif kelapa sawit umur 25 tahun maka ahli warisnya akan memperoleh sejumlah dana untuk melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit. Program ini diaplikasikan mulai tahun 1996 terhadap 3000 kepala keluarga petani PIR Trans kelapa sawit Sei Pagar dengan respon petani yang beragam dari yang menolak sampai setuju. Namun demikian, sampai tahun 2007, sudah hampir semua petani sekitar 90 mengikuti program ini. Sebagian besar petani mengambil Paket C10 besar santunan Rp. 10 000 000 dalam jangka waktu pembayaran premi 10 tahun. Jumlah premi yang harus dibayar petani peserta sekitar Rp. 80 000 – Rp. 97 500 per bulannya. Terdapat 1 unit pabrik kelapa sawit PKS yang mengolah tandan buah segar TBS menjadi crude palm oil CPO dengan kapasitas 30 ton TBSjam. Dengan kondisi tanaman di kebun inti dan kebun plasma, saat ini PKS mampu mengolah TBS sebanyak 9000 tonbulan. PKS ini mempekerjakan sebanyak 125 tenaga kerja meliputi tenaga kerja penyeleksi bahan baku TBS yang diperoleh dari hasil kebun inti dan dibeli dari petani plasma, tenaga administrasi, tenaga 91 mekanik bagian operasional mesin, tenaga kerja mutu kualitas CPO, tenaga pengelola limbah PKS limbah padat dan limbah cair dan manejer PKS. Kondisi PKS saat ini masih bisa beroperasi dengan efektif dan efisien. Hal ini terlihat dari Neraca Bahan Oil Content dimana dalam 100 bahan mentah TBS akan menghasilkan 22,17 crude palm oil CPO dan 5,22 minyak inti sawit. Kualitas CPO yang dihasilkan sudah memenuhi standar mutu yang ditetapkan pemerintah antara lain kadar asam lemak bebas 5 yaitu 2- 3 Lampiran 7. Hasil sampingan berupa limbah padat tandan buah kosong, cangkang dan ampas kulit buah dan limbah cair air kondensat dan air hidrosiklon. Untuk limbah cair, langsung dibuang melalui saluran pembuangan dan ditampung di kolam penampungan limbah cair, sedangkan untuk limbah padat cangkang dan ampas daging buah, dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar dalam rangkaian pembangkit listrik tenaga uap PLTU. Uap yang dihasilkan dari boiler sebagian digunakan sebagai penggerak turbin listrik dan sebagian lagi digunakan kembali dalam rangkaian PKS untuk proses pengolahan TBS. Melalui mekanisme ini, dihasilkan tenaga untuk menggerakkan generator listrik sebesar 700 kwh, dimanfaatkan untuk penerangan kantor dan perumahan karyawan serta energi untuk operasional PKS. Mulai tahun 2000, limbah padat lainnya yaitu tandan buah kosong, 50 dimanfaatkan langsung sebagai pupuk organik, disebar pada gawangan tanaman pada kebun inti dengan dosis 15 ton tandan buah kosongha. Sisanya 50 dibakar dalam incenerator, hasil pembakaran berupa abu incenerator dimanfaatkan sebagai pupuk organik dengan cara menaburkan pada piringan tanaman kelapa sawit di kebun inti. Belum ada laporan penelitian mengenai dampak dari aplikasi tandan buah kosong dan abu incenerator terhadap produksi kelapa sawit. Namun demikian, pengamatan secara selintas dilapangan menunjukkan belum adanya perbedaan produksi antara tanaman dengan perlakuan tandan buah kosong ataupun abu incenerator dengan tanaman yang tanpa menggunakan kedua jenis pupuk tersebut. Limbah cair yang bersumber dari air kondensat dan air hidrosiklon ditampung pada kolam penampungan limbah. Terdapat 10 kolam penampungan limbah cair kolam nomor 1 sampai nomor 10 yang disusun sedemikian rupa sehingga kolam penampungan terakhir nomor 10 terletak ditepi sungai sehingga mudah membuang limbah. Pada setiap kolam, limbah diberi perlakuan fermentasi anaerob dengan menaburkan mikroorganisme perombak anaerob. 92 Perlakuan ini diatur agar air limbah pada kolam ke 10 sudah tidak menimbulkan dampak negatif dan bisa dibuang langsung ke sungai anak Sungai IyeeLampiran 8 maupun dampak negatif terhadap air sumur pantau Lampiran 9. Sejak tahun 2003, pengelolaan limbah cair sudah bisa menerapkan sistem Land Aplication LA dimana limbah cair PKS bisa dimanfaatkan sebagai sumber pupuk atau bahan pembaik tanah dengan cara memberikan limbah cair langsung ke lahan. Dalam sistem ini, limbah cair dipantau sifat-sifat kimianya terutama kadar Biologycal Oxygen demand BOD sebagai syarat dari limbah cair untuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Nilai BOD yang memenuhi syarat tersebut adalah 3500, sehingga perlakuan fermentasi anaerob di PKS penelitian diatur sedemikan rupa dan sistem LA bisa diterapkan mulai kolam penampungan nomor 4, dengan nilai BOD antara 2000 – 3000. Limbah cair dipompa dari kolam ke saluran LA, selanjutnya dialokasikan ke kebun kelapa sawit inti sebagai pupuk organik. Berbasis pada pengetahuan dan kemampuan tenaga kerja PKS, mekanisme pengolahan TBS, kualitas CPO yang dihasilkan dan pengolahan limbah maka PKS Sei Pagar diajukan sebagai salah satu nominasi perusahaan yang memenuhi standar keselamatan kerja melalui jalur ISO 9000 Versi 2000. Semua elemen PKS ditata dalam satu sistem yang disebut Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja SMK-3. Dengan sistem ini, evaluasi selama satu tahun menunjukkan tidak pernah adanya kecelakaan diwaktu kerja 0 incidentyear dan berhak memperoleh penghargaan berupa Gold Flag dari Departemen Tenaga Kerja. Sebagai komoditas unggulan yang pengembangannya pesat, kehadiran perkebunan kelapa di suatu wilayah pengembangan berdampak negatif pencemaran terhadap lingkungan terutama komponen tanah, air dan udara serta menurunkan keanekaragaman hayati. Untuk mengetahui dampak tersebut, di lokasi penelitian telah diterapkan Rencana Pengelolaan Lingkungan RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan RPL dengan Nomor persetujuan RKL- RPL: RC.220690BIV1994 tanggal 18 April 1994, yang dinilai oleh Tim AMDAL Departemen Pertanian PTPN V, 1996. Matriks pelaksanaan RKL disajikan pada Lampiran 10 dan matriks pelaksanaan RPL pada Lampiran 11. Dampak terhadap kualitas udara dipantau dengan mengukur emisi gas buang yang dihasilkan oleh PKS dan kualitas udara ambien di sekitar lokasi 93 PKS. Jarak dan arah pengukuran kualitas udara ambien tergantung dari arah angin, misalnya arah angin dari selatan, maka pengukuran dilakukan sebelum lokasi PKS sebelah timur, di lokasi PKS dan di sebelah barat PKS. Variabel yang diukur adalah SO 2 , CO, NO 2 , hidrokarbon, partikel dan kebisingan yang dibandingkan dengan Kepmen LH No.41 Tahun 1999 Tabel 11. Untuk gas buang genset, variabel yang diukur adalah kadar SO 2 , CO 2 , NO 2 , hidrokarbon, partikel dan kebisingan. Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan Kepmen LH No. 13 Tahun 1995. Khusus untuk kebisingan, hasil pengukuran dibandingkan dengan Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 Tabel 12. Tabel 11. Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Di Pabrik Kelapa Sawit Sei Pagar Tahun 2006. Hasil pengukuran Awal Saat ini Variabel Baku Mutu I II Rata- rata Sd de Sblm PKS Di PKS Ssdh PKS Rata- rata Sd de Partikel μgNm 3 CO μgNm 3 SO 2 μgNm 3 NO 2 μgNm 3 Hidrokarbon μgNm 3 Kebisingan dls A 230 10 4 385 50 160 35,0 38,8 0,98 15,5 6,5 45,1 0,82 17,7 9,01 41,9 0,9 16,6 7,76 3,15 0,08 1,1 1,25 95,2 ttd 1,05 14,42 49 52,1 126,5 37,2 2,54 20 74,8 64,7 105,1 Ttd 1,92 17,49 58,5 52,8 108,9 37,2 1,84 17,20 60,8 56,53 13,1 0,00 0,61 2,28 10,6 5,78 Terjadi perubahan kualitas udara ambien akibat penggunaan lahan sebagai perkebunan kelapa sawit, tetapi masih memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Pada saat awal, tidak dilakukan pengamatan hidrokarbon dan kebisingan karena belum ada pencemaran dari kedua variabel tersebut. Walaupun terjadi peningkatan setelah pembukaan lahan, kadar partikel, CO, SO 2 , NO 2 dan hidrokarbon tergolong baik dan masih dibawah nilai ambang batas NAB yang diperbolehkan. Nilai variabel hidrokarbon masih di bawah NAB, sedangkan kebisingan melebihi NAB. Pengukuran kebisingan dilakukan di sekitar PKS, di luar areal pemukiman karyawan maupun petani plasma sehingga tidak mengganggu kondisi kesehatan karyawan dan petani plasma. Namun demikian, perlu dilakukan penataan areal PKS yang lebih baik sehingga kebisingan yang disebabkan oleh operasi mesin-mesin untuk masa mendatang juga tidak mengganggu kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar kebun. Pencemaran udara juga dimungkinkan oleh gas buang dari genset dan boiler PKS sehingga dilakukan pengukuran gas buang setiap tahunnya. Hasil pengukuran yang dilakukan pada tahun 2006 menunjukkan belum adanya pencemaran oleh gas buang dari PKS yang terlihat dari nilai variabel partikel, 94 SO 2 , NO 2 dan opasitas masih dibawah standar baku mutu. Namun demikian, tindakan antisipasi pencemaran terus dilakukan dengan melakukan perawatan genset dan boiler PKS secara berkala dan intensif mengingat masih adanya kecurigaan dari masyarakat akan kontribusi pencemaran oleh PKS masih tinggi. Tabel 12. Hasil Pengukuran Gas Buang Genset dan Boiler Pabrik Kelapa Sawit Sei Pagar Tahun 2006. Hasil pengukuran saat ini Variabel Baku Mutu Genset Boiler Rata-rata Sd dev Partikel mgNm 3 SO 2 mgNm 3 NO 2 mgNm 3 Opasitas 350,0 800,0 1000,0 35,00 202,75 31,94 174,60 28,00 194,67 34,95 157,62 20,00 198,71 33,45 166,11 24,00 3,43 1,51 8,49 3,40 Air permukaan air sungai dan air sumur merupakan komponen yang rentan terhadap pencemaran oleh aktivitas perkebunan kelapa sawit. Pencemaran bersumber dari air limbah PKS, penggunaan herbisida, penggunaan pupuk serta limbah rumahtangga. Aktivitas rumahtangga masyarakat mandi, nyuci dan memasak tidak memanfaatkan air permukaan sehingga pemantauan kualitas air permukaan lebih difokuskan untuk pertanian dengan mengacu kepada Kepmen LH No. 28 Tahun 2003, Baku Mutu Air Sungai kelas II dan Permenkes No. 416MENKESPERIX1990. Aktivitas rumahtangga masyarakat menggunakan air tanah air sumur dengan cara membuat sumur pantek kedalaman 20-30 meter. Limbah cair PKS sebelum tahun 2003 dibuang ke kali Iyek, setelah diberi perlakuan fermentasi anaerob diikuti fermentasi aerob untuk memperbaiki sifat- sifat fisik, kimia dan biologi sampai memenuhi nilai ambang batas NAB yang diperbolehkan Tabel 13. Total padatan terlarut, total suspensi terlarut dan beberapa variabel kimia terutama logam berat menunjukkan peningkatan konsentrasi pada tahun 1996 dibandingkan dengan tahun 1995, walaupun nilainya masih di bawah NAB. Sifat biologi memperlihatkan perbaikan dari tahun 1995 ke tahun 1996. Secara umum, hal ini menunjukkan diperlukannya pengelolaan limbah cair yang lebih hati-hati. Kemungkinan kinerja mesin PKS perlu dikontrol lagi untuk menurunkan kadar logam berat yang terbawa pada limbah cair. Kombinasi dengan perlakuan fermentasi anaerob dan aerob 95 diharapkan limbah yang dibuang ke sungai tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Tabel 13. Kualitas Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Di Sei Pagar yang Dibuang ke Sungai Iyek, Tahun 1995 dan 1996. Hasil pengukuran tahun Variabel Baku Mutu 1995 1996 Rata-rata Sd dev . Sifat fisika: Temperatur C TSS mgl Padatan terlarut mgl Sifat kimia: Nitrogen sbg Nmgl pH KadmiumCdmgl TembagaCumgl Timah hitam Pbmgl SengZn mgl Air raksa mgl Besi terlarut mgl Sulfida mgl Sianida mgl Sifat Biologi: BOD mgl COD mgl Minyak, lemakmgl 27-28 250 2000 50 6,0-9,0 0,10 3,00 1,0 10,0 0,01 10,0 0,10 1,0 100 300 25 27 125 1250 22,65 6,85 0,06 1,33 0,02 2,77 Ttd 5,12 0,04 0,08 86 188 18,76 27 137 1345 27,15 7,05 0,05 1,41 0,02 3,22 Ttd 6,77 0,06 0,06 79 164 16,88 27,00 131 1297,5 24,9 6,95 0,055 1,37 0,02 2,995 Ttd 5,945 0,05 0,07 82,5 176 17,82 0,00 6,00 47,5 2,25 0,10 0,007 0,04 0,00 0,225 - 0,825 0,005 0,01 3,50 12,00 0,94 Seiring dengan gencarnya isu pemanfaatan bahan organik sebagai sumber pupuk dan ditemukannya teknologi pengelolaan limbah PKS yang lebih baik maka sejak tahun 2003 limbah cair PKS dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang diterapkan langsung ke kebun. Sistem ini disebut Land Application LA dimana limbah cair diberi perlakuan fermentasi anaerob, diikuti fermentasi aerob dengan kadar BOD sebagai fokus perhatian sampai mencapai nilai 3500 mgltr. Metode aplikasi LA yang diadopsi di lokasi penelitian adalah ”flatbed system” dimana air limbah dialirkan melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan sekunder. Dosis pengaliran limbah 12,6 mm ekivalen curah hujan ECHhabulan. Dengan sistem ini, diharapkan limbah cair bisa meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit sekitar 16-66 Deptan, 2006. 96 Untuk meyakinkan minimnya dampak negatif dari limbah pada sistem LA, konsentrasi variabel lainnya juga dipantau dan diukur agar nilainya tidak melebihi NAB. Dari hasil pengukuran limbah cair PKS sebagai bahan sistem LA tahun 2005 dan 2006 menunjukkan bahwa kualitas limbah cair PKS di lokasi penelitian tergolong baik dimana semua variabel yang diukur nilainya dibawah ambang batas Tabel 14. Terdapat logam yang tergolong logam berat terutama timah hitam Pb, tembaga Cu dan seng Zn. Logam-logam ini mungkin berasal dari mesin PKS yang haus ataupun berasal dari tanah yang terserap bersama dengan unsur hara lainnya. Tabel 14. Kualitas Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Di Sei Pagar Tahun 2005 dan 2006 Hasil pengukuran tahun Variabel Baku Mutu 2005 2006 Rata-rata Sd dev . BOD mgl TSS mgl Total nitrogen sebagai N pH COD mgl KadmiumCdmgl TembagaCumgl Timah hitam Pbmgl SengZnmgl 3500 1500 500 6,0-9,0 6000 0,30 3,00 1,10 8,55 1637 1105 319,0 8,3 2216 0,061 0,220 0,345 0,255 1413 1280 270,2 7,6 2114 0,094 0,145 0,238 0,167 1525,00 1192,50 294,60 7,95 2165,00 0,078 0,183 0,292 0,211 112,00 87,50 24,4 0,57 51,00 0,014 0,028 0,057 0,045 Sungai utama yang melewati lokasi penelitian adalah Sungai iyek, merupakan anak Sungai Kampar Kiri, dimana sebelum tahun 2003 dipakai sebagai pembuangan limbah cair sesudah diberi perlakuanpenetralan dengan sistem fermentasi anaerob diikuti fermentasi aerob. Oleh karena itu, kualitas air sungai dilakukan pada Sungai Iyek di lokasi hulu sebelum melewati lokasi dan di hilir sesudah melewati lokasi Tabel 15. Secara umum, kualitas air sungai di bagian hulu PKS lebih baik dibandingkan dengan di bagian hilir PKS. Hal ini tercermin dari nilai variabel fisika, kimia dan biologi yang diukur. Variabel fisika antara lain total padatan terlarut dan total suspensi terlarut masing-masing sebesar 11,5 mgltr dan 6,4 mgltr di hulu, sedangkan di hilir nilainya masing- masing 25,0 mgltr dan 12,25 mgltr. Variabel kimia terlihat dari nilai nitrogen, fosfat, florida dan H2S di hulu masing-masing sebesar 0,26 mgltr, 0,10 mgltr, 0,15 mgltr dan 0,001 mgltr sedangkan di hilir nilainya masing-masing 0,90 97 mgltr, 0,215 mgltr, 0,35 mgltr dan 0,002 mgltr. Variabel biologi terlihat dari nilai variabel BOD, COD, minyak dan lemak serta total Coliform di hulu masing- masing 2,08 mgltr, 6,02 mgltr, 22640 μgltr dan 44,38100 ml air. Di sungai bagian hilir, nilai variabel-variabel tersebut lebih tinggi masing-masing sebesar 2,49 mgltr, 14,74 mgltr, 48100 μgltr dan 76,50100 ml air. Kondisi tersebut menunjukkan adanya kontribusi bahan pencemar yang berasal dari aktivitas PKS melalui pembuangan limbah cair. Tabel 15. Kualitas Air Sungai Iyek Di Kebun Kelapa Sawit Plasma Sei Pagar Tahun 2005 dan 2006 Hasil Pengukuran Tahun Hulu Hilir Variable Baku mutu Awal 2005 2006 Rata-rata 2005 2006 Rata- rata Temperatur C Pdtn larut mgl Pdtn suspensi mgl pH BOD mgl COD mgl DO mgl Total P mgl Total N mgl Kadmium mgl Tembaga mgl Seng mgl Flourida mgl Nitrit mgl H 2 S mgl Mnyk. dan lmk. μgl Fenol μgl Ttl. Colifom100ml 28 10 3 200 6-8,5 20 30 4 0,2 10 0,01 0,05 1,00 1,00 0,05 0,002 10 5 1 10 3 27 146 22,6 6,0 2,44 6,55 3,15 0,002 0,009 Ttd Ttd 0,003 0,01 0,003 0,002 6637 Ttd 30 27 10,5 5,8 7,4 2,48 6,15 3,07 0,05 0,20 0,0015 0,01 0,04 0,10 0,02 0,001 16625 ttd 40 27 12,0 7,0 6,2 1,67 5,89 3,33 0,15 0,31 0,024 0,064 0,022 0,20 0,03 0,001 22640 ttd 49 27 11,5 6,4 6,8 2,08 6,02 3,20 0,10 0,26 0,013 0,033 0,031 0,15 0,025 0,001 19633 ttd 44,38 28 23,0 11,5 6,3 1,69 15,7 6,50 0,16 0,7 0,004 0,008 0,022 0, 50 0,02 0,001 37000 Ttd 80 28 27,0 13,0 6,08 1,29 13,78 6,10 0,27 0,11 0,014 0,05 0,034 0,20 0,05 0,003 59200 Ttd 73 28 25,0 12,25 6,19 1,49 14,74 6,30 0,215 0,90 0,009 0,029 0,028 0,35 0,035 0,002 48100 Ttd 76,50 Dalam kurun waktu 1 tahun yaitu tahun 2005 dan 2006, kualitas air Sungai Iyek di bagian hulu maupun bagian hilir relatif sama. Nilai variabel fisik dan biologi yang diamati cenderung lebih tinggi pada tahun 2006, sedangkan variabel kimia cenderung tetap bahkan tahun 2006 lebih rendah dibandingkan tahun 2005. Yang perlu dipertimbangkan adalah konsentrasi senyawa nitrit, fosfat dan sulfat terlihat mendekati nilai batas ambang yang kemungkinan berasal dari penggunaan herbisida untuk pengendalian gulma dan pupuk untuk meningkatkan produksi. Kadar logam yang mendekati nilai ambang batas adalah 98 kadmium, tembaga dan seng yang kemungkinan berasal dari bahan pembawa carrier pupuk dan herbisida. Diperlukan usaha untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan herbisida sesuai dengan karakter bahan aktifnya yang tidak menimbulkan residu baik di air maupun tanah. Secara umum, terjadi penurunan kualitas air sumur pantau akibat penggunaan lahan sebagai kebun kelapa sawit selama kurun waktu 22 tahun yang terlihat dari meningkatnya nilai variabel yang diukur terutama variabel kimia Tabel 16. Konsentrasi senyawa nitrat sebagai N meningkat dari 0,02 mgltr menjadi 1,565 mgltr, amonia sebagai N dari 0,66 mgltr menjadi 0,94 mgltr, khlorida dari 8,77 mgltr menjadi 22,4 mgltr, sulfat dari 12,08 mgltr menjadi 41,20 mgltr, seng dari 0,004 mgltr menjadi 0,06 mgltr, kadmium dari tidak terukur menjadi 0,002 mgltr dan tembaga dari tidak terukur menjadi 0,009 mgltr. Kualitas air sumur pantau dalam kurun waktu 1 tahun yaitu tahun 2005 sampai 2006 relatif sama. Dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan, kualitas air sumur pantau yang dipakai untuk aktivitas rumahtangga termasuk baik dimana semua variabel yang diukur nilainya di bawah ambang batas. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan air sumur pantau aman untuk kesehatan masyarakat karena belum tercemar oleh aktivitas perkebunan kelapa sawit. Tabel 16. Kualitas Air Sumur Pantau Di Kebun Kelapa Sawit Plasma Sei Pagar Tahun 2005 dan 2006 Hasil pengukuran Tahun Variabel Baku mutu Awal 2005 2006 Rata-rata Sd dev . pH BOD mgl DO mgl Nitrat sbg N mgl NH 3 -N mgl Khlorida mgl Sulfat mgl Seng mgl Kadmium mgl Tembaga mgl Timbal mgl 6,0-9,0 3,0 15 10 10 600 400 15 0,005 0,02 0,05 6,01 2,88 7,04 0,02 0,66 8,77 12,08 0,004 ttd ttd Ttd 5,91 2,9 5,04 1,10 0,96 24,5 41,9 0,08 0,001 0,008 0,01 5,54 2,63 5,05 2,03 0,91 20,3 40,49 0,04 0,003 0,010 0,01 5,73 2,77 5,05 1,565 0,94 22,4 41,20 0,06 0,002 0,009 0,01 0,22 0,135 0,005 0,465 0,025 2,10 0,71 0,02 0,001 0,0014 0,00 Lahan merupakan modal utama dalam membangun perkebunan kelapa sawit dan tidak lepas dari dampak pengelolaan oleh petani. Berdasarkan Peta Citra Landsat, diketahui penggunaan lahan di lokasi penelitian adalah untuk semak belukar, hutan sekunder, kebun campuran, karet, kelapa sawit, ladang, 99 pabrik kelapa sawit PKS dan pemukiman serta fasilitas umum Tabel 17, Lampiran 12. Penggunaan lahan untuk kelapa sawit mendominasi dengan total luasan 16 650 ha dimana seluas 8813 ha dikembangkan oleh PTPN V melalui pembangunan kebun inti seluas 2813 ha, kebun plasma dengan sistem PIR- Trans seluas 6000 ha dan kebun sistem Kredit Koperasi Primer untuk Para Anggota KKPA seluas 7191 ha. Animo masyarakat kelihatan cukup tinggi dimana seluas 646 ha kebun kelapa sawit dikembangkan oleh masyarakat dengan modal swadaya. Kondisi perkebunan yang dikembangkan dengan modal swadaya masyarakat kurang baik pertumbuhan dan produksinya karena pengelolaannya kurang baik, dengan sarana produksi benih seketemunya, pemupukan tidak teratur, tata air jelek sering tergenang dan TBS dipanen lebih awal. Tabel 17. Penggunaan Lahan Di Kebun Kelapa Sawit Plasma Sei Pagar dan Sekitarnya, 2007 Sebaran ha Jenis penggunaan lahan Luas ha Kebun Luar kebun Belukar Hutan sekunder Kebun campuran Karet Kelapa sawit menghasilkan Kelapa sawit belum menghasilkan Ladang Areal pabrik kelapa sawit Pemukiman dan fasilitas umum 4636 996 5992 5211 13246 3404 3293 123 2271 - - - - 7837 - - 123 2271 4636 996 5992 5211 5409 3404 3293 - - Jumlah 39231 10231 29000 Konversi penggunaan lahan dari hutan sekunder manjadi kebun kelapa sawit berakibat pada perubahan keanekaragaman hayati flora dan fauna. Struktur, keanekaan dan komposisi flora di perkebunan kelapa sawit merupakan vegetasi monokultur yang didominasi oleh kelapa sawit, tetapi masih terdapat tumbuhan lainnya yang tumbuh secara liar di sela-sela barisan kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan tahun 1992, menunjukkan adanya 22 jenis tumbuhan liar di sela barisan kelapa sawit, di antaranya yang dominan adalah Akar pakis Stenochlaena palusteris, Paitan Axonopus compressus dan Bambuan 100 Brachiaria sp. Tabel 18. Selain itu, terdapat juga jenis yang sub dominan seperti Pakis rasam Gleichenia linearis, Mikania Mikania cordata dan kacangan Pueraria javanica. Diketemukan juga tumbuhan liar yang tumbuh pada batang pohon kelapa sawit yaitu Paku Neprolepisbisserata dan Kadaka Asplenium nidus dan anakan kelapa sawit yang jatuh karena TBS umur tua atau rontok saat panen dilakukan PTPN V, 1992. Tabel 18. Jenis Tumbuhan Pada Sela Barisan Kelapa Sawit Di Kebun Kelapa Sawit Plasma Sei Pagar, 1992 No Nama DaerahIndonesia Nama Ilmiah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Akar pakis Paitan Bambuan Paku rasam Seduduk Mikania Kacangan Gempur watu Piti-piti Kadaka Ficus sp. Rubu-rubu Bujang semalam Kacangan Anggrung Pakis tiang Kerisan Siani Emilia Bisoro Suplir Alang-alang Stenochlaena palustris Anoxopous compressus Brachiaria sp. Gleichenia linearis Melastoma malabraticum Mikania cordata Pueraria javanica Borreraria hispida Drymaria cordata Asplenium nidus Ficus sp. Hyptis brevipes Ageratum conyzoides Calopogonium muconoides Trema orientalis Alsophila glauca Cyperus sp. Scyspus sp. Emilia sonchifolia Ficus septica Adiantum tenerum Imperata cylindrica Sumber: PTPN V 1992 . Sebagaimana halnya flora, fauna juga mengalami perubahan akibat penggunaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Hasil pengamatan Bagian Bina Lingkungan PTPN V 1992 diketahui bahwa fauna yang hampir mengalami kepunahan adalah jenis Rusa Cervus unicolor, Kijang Muntiacus muntjak, Gajah Elephas Maximus, Bebe Helarotus malayanus dan Harimau Sumatera. Sampai tahun 1992, fauna yang berkembang dan mendominasi di areal kebun kelapa sawit adalah Kelas Mammalia, Reptilia, Amphibia, Pisces dan 101 Aves. Kelas Mammalia didominasi oleh 3 jenis yaitu Kondit Sus acrofa, Lasun Melogale cinerea dan Tikus Ratus sp.. Kelas Reptelia didominasi oleh 7 jenis yaitu Ular Sanca Phyton sp., Ular Sendok Naja sputatrik, Ular Hijau Dryophis sp., Kadal Mabuia multifasciata, Hap-hap Draco volans, Acrochordus granulatus dan Biawak Varanus salvator. Dari Kelas Amphibia didominasi oleh 3 jenis yaitu Katak Kecil Rana sp., Katak Pohon Poly pedatus lencomystak dan Kodok Bufo melanostictus. Di perairan areal kebun sawit sungai-sungai kecil hidup dan berkembang ikan Gabus, Lele, Tawes, Takang, Pantan, Sepat, Barau dan Puyuh. Klas Aves didominasi oleh jenis Balam Streptopelia chinensis, Jalak Acridotheres javanicus, Kerucuk Phyinonotus goiavier Kacer Capsychus saularis, Sesep madu, Elang, Cucuk udang, Ayam hutan dan Alap-alap. Sedangkan fauna yang berkembang di pekarangan jenisnya tidak sebanyak di kebun kelapa sawit, hanya terdapat Mammalia, Amphibia dan Aves. Mammalia yang hidup adalah jenis Tikus Ratus sp., Amphibia dari jenis Katak Kecil Rana sp dan Kodok Bufo melanostictus. Klas Aves didominasi oleh burung jenis Burung Gereja Passer montanus, Burung Pipit Lonchura mallaca dan Burung Perinjak Prinia familiasis. Dalam usaha meningkatkan produksi kelapa sawit, tahun 1985 diintroduksikan fauna serangga penyerbuk kelapa sawit SPKS jenis Elaedobius cameronicus dan serangga peredator ulat api jenis Eucanthecona sp.. Selain itu, flora yang diintroduksikan ke areal perkebunan adalah jamur jenis Cordyceps sp. yang menyerang cocon ulat api sebagai salah satu hama utama perusak daun kelapa sawit. Pengamatan di lapangan menunjukkan sampai saat ini belum diketemukan jenis hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi TBS secara signifikan. Melihat luasan dan vegetasi di sekitar kebun, pengembangan kelapa sawit di lokasi penelitian masih memungkinkan pada lahan yang digunakan sebagai belukar seluas 4636 ha, hutan sekunder seluas 996 ha, kebun campuran seluas 5992 ha dan ladang seluas 3293 ha. Dilihat dari kondisi pemasaran TBS, nampaknya animo masyarakat termasuk petani sawit plasma semakin kuat untuk menanam kelapa sawit karena harga TBS saat penelitian terus meningkat sampai sekitar Rp. 1600 - Rp. 2100kg. Dengan tingkat harga tersebut, petani memiliki kemampuan untuk menabung yang tinggi sebagai modal untuk perluasan lahan dengan cara membeli dari masyarakat lokal. 102 Masalahnya, harga lahan sudah mahal dan status lahan kadang-kadang masih sengketa sehingga menghambat pengembangan kebun kelapa sawit. Kondisi iklim daerah tropis basah sangat mempengaruhi pembentukan jenis tanah dimana berdasarkan Peta Satuan Lahan Land Unit yang dibuat oleh Sudihardjo et al.1990, lokasi penelitian terdapat 13 satuan lahan yaitu D2.1.2, D2.1.3, AU1.2.1., AU1.2.2, Af1.3, Pf3.2, Pfq1.1, Pfq2.1, Pfq5.4, Pfq7.3, Pq2.1, Pq4.2 dan Pq7.2. Sedangkan jenis tanah yang ditemui adalah Typic Haplosaprists, Terric Haplohemists, Humic Dystrudepts, Typic Dystrudepts, Kandiudults dan Hapludults dengan karakter seperti disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Karakter Berbagai Jenis Tanah dan Penyebarannya Di Kebun Kelapa Sawit Plasma Sei Pagar dan Sekitarnya Karakter Tanah Sebaran ha Jenis tanah Tekstur K-dd Me100 P-tsd. Ppm KTK Me100 pH Kjnhn Al Kebun Luar kebun Typic Haplo- saprists Terric Haplo- hemist Humic Dystru- depts Typic Dystru- depts Kandiudults Hapludults Bahan- organik Bahan- organik Halus- sedang Sedang Halus- sedang Halus- Sedang Sedang Sedang Rendah- sedang Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah -sedang Rendah -sedang Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah 4-4,5 4-4,5 4-4,5 4-4,5 4-4,2 4-4,2 Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 8500 750 781 200 6470 5764 5374 8609 1012 1771 Jumlah 10231 29000 Jenis tanah di lokasi penelitian didominasi oleh Typic Haplosaprists dan Terric Haplosaprists dari satuan lahan kubah gambut D1.2.1 dan D2.1.3. Ini menunjukkan sebagian besar tanah termasuk tanah organik dengan kondisi gambut pada tingkat kematangan sedang hemik dan matang saprik. Selain itu, gambut ini juga tergolong gambut dangkal 60 cm dan gambut sedang 60- 140 cm. Jenis tanah ini, kombinasi dengan pengelolaan sangat menentukan produktivitas lahan lokasi penelitian. Pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik tanah meliputi bibit, pemeliharaan, panen dan penanganan pasca panen bisa meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan. Hal ini berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia petani. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui bimbingan dan pelatihan oleh pihak terkait menjadi kunci utama untuk mencapai kondisi perkebunan kelapa sawit yang optimal. 103 Kehadiran perkebunan kelapa sawit di lokasi penelitian tidak saja mempengaruhi peningkatan pendapatan petani plasma, tetapi juga mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kebun. Ini merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap perubahan persepsi masyarakat dalam menerima kehadiran kebun sawit. Hasil pemantauan pihak PTPN V menunjukkan adanya peningkatan pendapatan petani plasma dan masyarakat sekitar kebun sawit, demikian pula munculnya usaha-usaha perekonomian baru seperti jasa transportasi ojek, servise motor, pasar desa dan lain-lain Tabel 20. Pendapatan petani, buruh kebun sawit, pedagang, jasa transportasi ojek dan jasa servise motor pada periode awal masing-masing sebesar Rp. 3 774 000, Rp. 2 172 000, Rp. 2 361 000, Rp. 2 100 000 dan Rp. 1 980 000 per tahun. Pendapatan ini masih di bawah pendapatan per kapita level Provinsi Riau sebesar Rp. 3 886 800 per tahunnya. Dengan berjalannya waktu, pertumbuhan pendapatan petani plasma dan masyarakat sekitar kebun lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan per kapita level Provinsi Riau. Hal ini berkaitan dengan laju peningkatan produktivitas kelapa sawit yang menopang peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kebun. Sampai tahun 2006, pendapatan petani plasma rata-rata Rp. 28 072 000 per tahun, diikuti oleh pendapatan jasa servise motor Rp. 18.540 000 per tahun, pedagang Rp. 17 524 000 per tahun, buruh perkebunan Rp. 15 920 000 per tahun. Semua pendapatan tersebut lebih tinggi dari pendapatan per kapita level provinsi Riau sebesar Rp. 15 120 000 per tahun dan pendapatan perkapita nasional tahun 2006 sebesar Rp. 13 190 387 per tahun. Tabel 20. Matapencaharian dan Prakiraan Pendapatan Petani Plasma Di Sei Pagar serta Masyarakat Sekitarnya Pendapatan RpTahun Incomekapita RpTahun 1992 2006 No Mata pencaharian 1992 2006 Riau Riau Nasional 1. 2. 3. 4. 5. Petani plasma Buruh perkebunan Pedagang Jasa transportasi Jasa servise motor 3 774 000 2 172 000 2 316 000 2 100 000 1 980 000 28 072 000 15 920 600 17 524 800 12 900 000 18 540 000 3 886 800 3 886 800 3 886 800 3 886 800 3 886 800 15 120 000 15 120 000 15 120 000 15 120 000 15 120 000 13 190 387 13 190 387 13 190 387 13 190 387 13 190 387 Income per kapita Nasional tahun 2006 berdasarkan harga berlaku tahun 2000 BPS, 2007 104 Hanya pendapatan jasa transportasi ojek sebesar Rp. 12 900 000 per tahun, di bawah pendapatan per kapita Provinsi Riau maupun nasional. Rendahnya pendapatan jasa transportasi dimungkinkan oleh meningkatnya daya beli petani terhadap sepeda motor yang merubah perilaku petani yang cenderung membeli yang baru dari pada menggunakan jasa transportasi ojek. Sejalan dengan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat di sekitar perkebunan kelapa sawit juga semakin membaik. Hal ini terlihat dari pendapat masyarakat terhadap kehadiran perkebunan kelapa sawit Tabel 21 . Adanya perbaikan infrastruktur, kesempatan kerja, pengendalian konflik menyebabkan perbaikan dalam persepsi masyarakat terhadap perkebunan kelapa sawit. Sementara frekuensi konflik masih tetap ada yang bersumber dari ketidak tahuan masyarakat terhadap batas-batas areal perkebunan kelapa sawit, kurangnya kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat dan kecemburuan terhadap pendapatan pengelola perkebunan. Tabel 21. Pendapat Masyarakat Terhadap Kehadiran Perkebunan Kelapa Sawit Di Sei Pagar. Persepsi masyarakat No Variabel Awal Saat ini 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pendapat masyarakat terhadap kegiatan perkebunan kelapa sawit Pendapat masyarakat terhadap PKS Kesempatan kerja dengan adanya perkebunan kelapa sawit Penerimaan masyarakat terhadap perkebunan kelapa sawit Konflik di masyarakat dengan adanya perkebunan kelapa sawit Orang yang disegani masyarakat dan dijadikan panutan dalam penyelesaian konflik -Senang 55 -Tidak senang 45 -Menguntungkan 66 -Tidak menguntungkan 34 -Meningkat 78 -Tetap 22 -Bisa diterima dan berbaur 75 -Tidak menerima 25 -Meningkat 60 -Tetap 40 -Pemuka agama 85 -Lurah 11 -Tokoh pemuda 4 -Senang 85 -Tidak senang 15 -Menguntungkan 86 -Tidak menguntungkan 14 -Meningkat 98 -Tetap 2 -Bisa diterima dan berbaur 95 -Tidak menerima 5 -Meningkat 40 -Tetap 60 -Pemuka agama 75 -Lurah 18 -Tokoh pemuda 7 Untuk meningkatkan persepsi dan penerimaan masyarakat terhadap perkebunan kelapa sawit, pihak pengelola PTPN V telah merintis dan membina masyarakat melalui Program Usaha Kecil dan Koperasi PUKK. Hal ini mengacu pada Keputusan Menteri Negara BUMN No. 236 Tahun 2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang mewajibkan kepada pengelola untuk mengalokasikan keuntungan sebesar 2,5 untuk kegiatan sosial bagi 105 masyarakat sekitar perkebunan. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain merehabilitasi fasilitas kesehatan, pendidikan, tempat ibadah dan infrastruktur.

4.2. Sifat Fisik dan Degradasi Lahan

Dokumen yang terkait

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Analisis biaya dan penerimaan produksi CPO di PTPN V SEI Pagar Kabupaten Kampar Propinsi Riau

0 6 118

Perneliharaan Tanarnan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di Kebun lnti dan Plasma PIR Trans Sei Tungkal PT Agrowiyana, Jambi

0 11 89

Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan (Studi Kasus PIR Perkebunan Plasma Sei Pagar, PTP Nusantara V Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

0 3 1

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sel Tapung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

1 14 40

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sel Tepung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau)

0 11 40

Pengembangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan pada Lahan Kering Masam (Studi Kasus Kebun Plasma Sei Tapung PTPN V, Kabupaten Rokan Hulu, Riau)

0 12 40

Aplikasi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit sebagai Pupuk Organik di Kebun Sei Batang Ulak Kabupaten Kampar Provinsi Riau

0 4 40

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Kebun Sei Batang Ulak Pt Ciliandra Perkasa, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

0 10 53

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604