xxi
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 5 Yogyakarta.
3. Bagi Sekolah Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi SMA lain mengenai bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara
pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Yogyakarta sehingga sekolah lain dapat mencontoh hal-hal positif dari aspek pelaksanaan pembelajaran.
Penelitian juga dapat digunakan oleh SMA lain sebagai acuan atau bahan perbandingan untuk memperbaiki dan melengkapi pelaksanaan yang telah
dilaksanakan di sekolah tersebut.
G. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman maupun keambiguan makna, dilakukan pembatasan istilah dalam penelitian ini. Batasan istilah-istilah
yang terdapat dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Pembelajaran Pembelajaran berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan. Pembelajaran sebagai proses pengubahan perilaku siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mampu menjadi
mampu, dari yang tidak terampil menjadi terampil, dan seterusnya. Pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yaitu guru, siswa, tujuan,
materi, metode, media dan evaluasi.
xxii
2. Keterampilan berbicara
Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok
secara lisan, baik secara berhadapan ataupun jarak jauh.
xxiii
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaranHamalik, 2001: 57. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses belajar yang penting, yaitu bagaimana siswa dapat
aktif mempelajari materi pembelajaran yang diperoleh sehingga dapat dikuasai dengan baik. Guru harus memahami dan mengetahui prinsip dan karakteristik
siswa dalam belajarnya agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai secara optimal. Pada penelitian kali ini pembelajaran yang dijadikan acuan pengamatan
dan wawancara adalah konsep pembelajaran menurut pendapat dari Mulyasa 2002:100. Konsep pelaksanaan pembelajaran tersebut mencakup tiga hal pokok,
yaitu tes awal, proses pembelajaran, dan tes akhir. Berdasarkan konsep pelaksanaan pembelajaran tersebut peneliti dapat mengetahui pelaksanaan
pembelajaran berbicara yang dilakukan oleh guru dan kontribusinya terhadap prestasi yang diperoleh siswa dalam perlombaan keterampilan berbicara.
Pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan tes awal. Tes awal ini memiliki banyak kegunaan dalam melalui proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan, yaitu untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses
xxiv
pembelajaran. Tes awal dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan Mulyasa, 2002: 101
Kedua, pembentukan proses pembelajaran ini dimaksudkan sebagai kegiatan dari pelaksanaan pembelajaran, yaitu bagaimana tujuan-tujuan belajar
direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun
sosialnya Mulyasa, 2002: 101. Hal ketiga adalah tes akhir pelaksanaannya untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran, salah satunya untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu
maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir Mulyasa, 2002: 102.
B. Komponen Pembelajaran Berbicara
Suatu sistem mempunyai komponen pembelajaran masing-masing, komponen pembelajaran menurut Tarigan dan Djago Tarigan 1986:7 meliputi
sejumlah komponen yaitu siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi.
Komponen tersebut dijadikan aspek pengamatan dan wawancara. Komponen pembelajaran Tarigan dan Djago Tarigan tersusun lengkap sehingga dapat
membantu peneliti memperoleh informasi yang akurat tentang komponen pembelajaran apa saja yang digunakan oleh guru dan kontribusinya terhadap