16
masalahnya selalu menggunakan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen untuk dapat menemukan jawaban yang tepat.
Objek dalam matematika tidak hanya untuk dipahami, namun objek tersebut juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah matematika. Permasalahan penalaran dan
perhitungan merupakan permasalahan yang banyak dijumpai. Maka dari itu, guru harus dapat mengaitkan pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari dari siswa.
Selain fungsi matematika, Depdiknas dalam Prihandoko 2006: 21 juga menyebutkan tujuan pembelajaran matematika untuk satuan pendidikan sekolah dasar
adalah untuk melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam
menyampaikan masalah. Dari uraian di atas, peranan matematika di sekolah memang penting adanya. Hal
itu meruntut kepada bagaimana cara bernalar sistematis dan logis dalam cara untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika. Dengan berlogika dalam
berpikir matematika menggunakan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen yang bertujuan untuk menemukan jawaban yang tepat dalam setiap permasalahan seputar
matematika.
B. Pemetaan Kurikulum Matematika di Kelas II
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, pembelajaran matematika kelas II semester 2 tahun pelajaran 20162017 adalah sebagai
berikut:
17
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas II semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua
angka 3.1 Melakukan perkalian bilangan yang
hasilnya bilangan dua angka 3.2 Melakukan pembagian bilangan dua
angka 3.3 Melakukan operasi hitung campuran
Geometri dan Pengukuran
4. Mengenal unsur-unsur bangun datar sederhana
4.1 Mengelompokkan bangun datar 4.2 Mengenal sisi-sisi bangun datar
4.3 Mengenal sudut-sudut bangun datar
Dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar pada pembelajaran matematika kelas II tersebut, Standar Kompetensi yang diambil dalam penelitian ini
adalah Standar Kompetensi Bilangan, yaitu melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka. Kompetensi Dasarnya adalah melakukan pembagian
bilangan dua angka. Dengan Indikator sebagai berikut: a Mengenal arti pembagian sebagai pengurangan yang beruntun;
b Mengenal arti pembagian dengan cara pengelompokan.
C. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Menurut Piaget dalam Izzaty 2013: 104, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir usia 7-12 tahun, dimana konsep yang pada awal
masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas, sekarang menjadi lebih konkret. Guru perlu memahami bahwa semua siswa memiliki kebutuhan
meskipun intensitas kebutuhan bervarisi antara siswa yang satu dengan yang lain sesuai
18
dengan tahapan perkembangannya. Kuswono 2013: 155, mengemukakan bahwa anak tidak dilihat sebagai orang dewasa muda, tetapi harus dilihat dari struktur kognitif pada
setiap proses yang berbeda. Pengembangan melalui tahapan berdasarkan pada karakteristik urutan perkembangan. Setiap tahap memberikan kemajuan dalam urutan
yang sama. Tidak ada tahapan yang terlewatkan, dan saling berhubungan dengan periode usia nyata kronologi dan mental, meskipun perbedaan individual dapat
diamati secara jelas secara kualitatif. Sumantri dan Permana 1998: 12 mengemukakan bahwa masa usia sekolah
dasar merupakan tahapan perkembangan penting dan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Wilayah perkembangan siswa tentu saja berbeda sesuai
dengan tingkat usianya. Yusuf 2004: 24 membagi wilayah perkembangan siswa SD yaitu masa kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas tinggi sekolah dasar.
1. Masa kelas-kelas rendah SD, yaitu usia 6 atau 7 tahun sampai usia 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak pada masa kelas rendah yaitu:
a. Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi apabila jasmaninya sehat maka banyak prestasi yang diperoleh.
b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional. c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri menyebut nama sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain. e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suat soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
19
f. Pada usia 6 – 8 tahun, anak menghendaki nilai rapor yang baik, tanpa mengingat
apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. 2. Masa kelas-kelas tinggi SD, yaitu usia 9 atau 10 sampai 12 atau 13 tahun. Beberapa
sifat khas anak-anak pada masa ini yaitu: a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini
menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran
khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor bakat-bakat khusus.
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini
pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
e. Pada masa ini, anak memandang nilai angka rapor sebagai ukuran yang tepat sebaik-baiknya mengenai prestasi sekolah.
f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat bermain bersama-sama. Menurut Piaget dalam Darmodjo dan Kaligis 1991: 19, dalam tahap operasional
konkret kemampuan anak untuk berpikir sedikit abstrak selalu harus didahului dengan pegalaman konkret misalnya untuk menambah 2 dengan 3 menjadi 5 harus dilakukan
20
melalui benda nyata lebih dahulu, misalnya dengan kelereng. Kemampuannya untuk mengadakan klasifikasi juga masih bersifat konkret dalam arti memahami bentuk
luarnya saja misalnya warna, panjang, besar, tidak dan belum dapat mengklasifikasikan atas dasar berat. Sehingga siswa dalam tahap ini masih sangat membutuhkan benda-
benda konkret untuk menolong pengembangan kemampuan intelekualnya. Tabel 2. Tahapan Operasional Konkret Piaget Kuswono, 2013: 157
Seriaton Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk,
atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke
benda yang paling kecil.
Classification Kemampuan untuk memberi
nama atau
megidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda- benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animism anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan.
Decentering Anak mulai memertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar dan pendek lebih sedikit
isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat
diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan
sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Conservation Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, jika anak diberi cangkir
yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tau bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu
akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Elimination of
Egocentrism Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah, tetapi kempuan penyesuaian diri terkendali.
21
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa sekolah dasar berada pada tahap perkembagan kognitif operasional konkret sehingga
dalam proses belajarnya, siswa membutuhkan benda-benda serta contoh konkret. Siswa kelas II sekolah dasar merupakan siswa kelas rendah dengan karakteristik yang berbeda
jika dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Karakteristik yang dimiliki siswa kelas rendah yaitu 1 Masih adanya kecenderungan memuji diri sendiri, 2 Suka
membandingkan dirinya dengan yang lain, 3 masih mengutamakan peraturan pokok, 4 prestasi belajar dipengaruhi kesehatan jasmaninya.
D. Tinjauan tentang Hasil Belajar