Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan sejak kelas I sampai kelas VI. Mata pelajaran matematika ini merupakan mata pelajaran yang terintegrasi antara kelas I hingga kelas VI. Mata pelajaran matematika yang berada di kelas awal kelas I, II, III merupakan pembelajaran dasar dari materi yang akan diteruskan di kelas lanjut kelas IV, V, VI. Menurut Subarinah 2006: 1 matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Dengan sifat abstraknya tersebut, maka diperlukan suatu metode penyampaian matematika yang sesuai dan tepat untuk siswa. Dalam penyampaian materi tersebut, guru harus dapat memilih metode yang sesuai untuk dibawakan ke dalam kelas dengan mengacu pada perkembangan usia anak sekolah dasar pada umumnya. Sementara kita mengetahui bahwa menurut teori Piaget, tahap perkembangan anak usia SD masih dalam tahap berpikir operasional konkret. Dengan masa operasional konkret tersebut, maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat dalam membelajarkan matematika guna membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Banyak anak terutama anak usia sekolah dasar yang tidak menyukai mata pelajaran matematika. Hal ini serupa dengan pendapat Pitadjeng 2006: 1 yang 2 mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak menyukai matematika, termasuk juga anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar SD-MI. Kebanyakan mereka masih menganggap mata pelajaran matematika ini merupakan sesuatu yang sulit untuk dipelajarinya. Hal tersebut juga banyak didukung oleh faktor lainnya, seperti halnya guru yang membosankan dalam mengajar, maupun guru yang menyeramkan dalam mengajarakan matematika sendiri. Hal-hal tersebut akan menambah rasa malas bahkan takut dalam mempelajari mata pelajaran matematika. Dari sikap yang negatif tersebut, tentu saja mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa. Efek domino yang dapat terjadi dari permasalahan tersebut, anak bisa saja semakin tidak menyukai bahkan membenci matematika. Karena mereka takut mempelajari matematika, maka dapat dipastikan hasil belajar anak akan semakin menurun. Sudjana 2005: 22 dalam bukunya menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud merupakan kemampuan masing-masing individu siswa untuk dapat menerima, memahami dan mengolah materi dari pengalaman belajar mereka. Dengan perbedaan masing-masing individu siswa, tentunya akan membuat hasil belajar mereka bervariasi. Variasi ini mencakup kenaikan hasil belajar dan penurunan hasil belajar. Penurunan hasil belajar siswa mungkin terjadi dikarenakan masih monotonnya guru dalam membelajarkan matematika kepada siswa di kelas. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, mengerjakan soal, pemberian materi baru, dan berulang terus dalam pembelajaran kelas. Hal tersebut dapat 3 dipastikan membuat siswa merasa bosan dalam mempelajari mata pelajaran matematika. Oleh karena itu dapat dikatakan tujuan belajar matematika tidak tercapai secara optimal. Sekarang ini, perkembangan teknologi sudah semakin pesat. Perkembangan teknologi ini juga diiringi dengan pemakaiannya yang tak luput juga dari dunia anak. Perkembangan teknologi mempunyai dampak yang positif maupun negatif bagi manusia. Menurut psikolog Dra. A. Kasandra Putranto yang dikutip dalam Kompas tanggal 30 September 2015, mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi memiliki dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Dampak positifnya, antara lain, gadget dapat mempermudah komunikasi, mengembangkan kehidupan sosial, dan akses informasi jadi cepat. Sementara salah satu dampak negatifnya, yaitu mengurangi interaksi sosial secara langsung dengan orang di sekitar kita. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan teknologi yang terlalu berlebihan dapat mengurangi interaksi sosial. Hal tersebut juga dapat berdampak pada siswa yang terbiasa menggunakan gadget sehingga mereka akan cenderung menjadi pribadi yang individualis. Dalam upaya melakukan pembelajaran yang optimal, perlu ada suatu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan siswa tadi. Pemilihan metode pembelajaran merupakan suatu hal yang penting bagi guru untuk melakukan suatu skenario pembelajaran. Penggunaan metode akan mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Banyak sekali metode yang dapat diambil oleh guru 4 untuk dapat diterapkan dalam membelajarkan matematika pada siswa. Dalam semua metode pembelajaran, tentu saja terdapat kelebihan, kelemahan dan teknik yang disarankan. Hal itulah yang membuat mengapa tidak semua metode dapat diterapkan untuk semua pembelajaran. Dalam mengajarkan materi pembelajaran, terdapat suatu metode yang dinamakan permainan edukatif. Permainan edukatif, yaitu suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik Ismail, 2006: 119. Metode ini menggunakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bagi siswa sehingga diharapkan dapat membuat siswa memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah. Metode permainan edukatif ini lebih memerapkan kepada sikap sosial siswa dengan berbagi sesama teman. Dengan menggunakan metode permainan edukatif ini diharapkan siswa akan bersosialisasi dengan temannya dan siswa akan merasa senang dalam mempelajari matematika yang nantinya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Dalam mata pelajaran matematika SD kelas II semester genap, salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah mengenai operasi bilangan. Dari observasi yang dilakukan, kebanyakan siswa masih kesulitan dengan melakukan operasi bilangan. Hal ini ditunjukkan dengan 53 siswa yang masih mendapat nilai di bawah KKM. Kriteria Ketuntasan Minimum KKM pada mata pelajaran matematika adalah nilai 7,0. 5 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru kelas II SD Negeri Demakijo 1, kelas tersebut masih memerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan tidak menggunakan metode permainan edukatif sebagai salah satu cara dalam membelajarkan matematika kepada siswa. Guru masih sebatas menjelaskan pembelajarannya secara konvensional dengan ceramah dan pemberian contoh. Hal ini menjadi monoton mengingat banyak metode yang dapat digunakan oleh guru, termasuk juga metode permainan edukatif. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, menurut peneliti penting untuk diadakan perubahan dalam membelajarkan matematika di sekolah dasar. Metode permainan edukatif dipilih peneliti untuk digunakan dalam pengajaran matematika. Permainan yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam games dimana dalam melakukan permainan ini siswa harus mematuhi aturan-aturan bermain yang disepakati bersama. Dengan metode ini, diharapkan siswa akan merasa senang mempelajari matematika yang akan berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah “Efektivitas Metode Permainan Edukatif Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas II di SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman Tahun Ajaran 20162017 .” 6

B. Identifikasi Masalah