63
“Bapak tidak malu, Bapak bangga karena kamu adalah satu diantara yang terbaik di sekolah ini walaupun kamu seorang pengamen,” Pak
Rahman menutupi guru lainnya Do’a hlm. 61.
Selain itu, Kepala sekolah juga memberikan ijin kepada Dina untuk mendampingi Cindy yang mengikuti lomba cerdas
cermat. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Dina teringat Cindy, “Bolehkah Dina ijin Pak,” Dina tak pernah sungkan, kalaupun ditolak sudah wajar.
“Ijin untuk apa Nak?” tanya Kepala sekolah. “Ijin pulang Pak?” tubuh Dina sedikit tegak.
“Memangnya kenapa?” Pak Rahman menarik kursinya lebih dekat. “Adik saya hari ini mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah se-
Jakarta Selatan Pak, saya ingin bisa melihat dan memberikan semangat kepadanya,” wajah Dina sangat serius, berharap Pak Rahman mengerti.
Tapi Pak Rahman justru balik bertanya, “Adik kamu ngamen juga.” “Iya Pak,” Dina mengangguk.
“Adik kamu ada berapa?” “Dua Pak.”
“Semuanya mengamen juga?” Pak Rahman baru tahu kalau Dina mempunyai adik.
“Benar Pak,” jawab Dina. “Dan semuanya sekolah?” Pak Rahman takjub.
“Iya Pak,” Dina tak sungkan. “Apa cita-cita kalian semua?” Pak Rahman ingin tahu motivasi Dina
dan kedua adiknya. “Kami hanya ingin tetap sekolah semampunya dan setinggi yang kami
bisa Pak, kami ingin suatu hari tidak mengamen lagi,” Dina menjawab dengan lancar dan pasti.
Pak Rahman menggeleng, “Luar biasa Kamu boleh pulang, Bapak doakan semoga adikmu menang dalam perlombaan nanti.”
Dina diperbolehkan, ia ingin cepat-cepat datang, bergegas hendak mau keluar ruangan, tapi tiba-tiba Kepala sekolah kembali memanggil,
“Dina” Dina berbalik badan “Iya Pak.”
“Satu hari, Bapak ingin bertemu kalian bertiga.” “Baik Pak.” Dina berlalu dengan senyum Do’a hlm. 63.
f. Maya
Maya adalah teman sekelas Dina. Mereka bersahabat. Maya berkacamata minus. Penokohan Maya dapat dilihat atau diketahui dari
tingkah laku, dan percakapannya dengan tokoh-tokoh lain.
64
Uraian tokoh Maya adalah sebagai berikut : 1
Berani Sifat berani maya ditunjukkan pada saat ia membela Dina
dari penghinaan Madya dan Putri di kelas. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Madya dan Putri berdiri di dekat Maya dan Safira, Madya yang paling angkuh, dua tangannya bertolak pinggang, maju selangkah menantang,
“Berani sama kita?” yang di tatap Madya adalah dua mata Maya. Maya benar-benar nekat, Dina sudah menarik bajunya untuk duduk, tapi
Maya terlanjur emosi, gadis berkacamata itu mengumpulkan keberaniannya dan berteriak, “Jangan menantang, Aku ga’ takut sama
kalian, kalian pikir kalian siapa? Seenaknya menghina orang lain, dasar… mulutnya kayak ember,” maki Maya dengan kesal.Dina terkejut
mendengar kata-kata Maya barusan. Putri dan Madya akhirnya mundur beberapa langkah ke belakang Do’a hlm. 57.
2 Baik hati
Maya selalu bersikap baik kepada Dina. Hal itu ditunjukkan saat ia mengijinkan Dina dan kedua adiknya menginap di
rumahnya selama dua hari. Maya melakukannya dengan senang hati. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah
sebagai berikut :
Dina berjalan sangat lambat sekali, buku tulisnya hanya dimasukkan ke dalam saku rok belakang, kepalanya menunduk, Safira dan Maya hanya
memandangnya. “Kamu kenapa Din?” Maya melihat Dina seperti terhimpit masalah
besar. “iya Din, katakan pada kita” Safira setengah memaksa.
Dina teringat dua adiknya,teringat Adib, teringat Cindy, hanya mereka keluarga belahan hati Dina.
Dina menoleh ke arah Maya, “Boleh aku menginap di rumahmu?” “Boleh Din,” Maya sangat senang bisa membantu.
“Tapi aku bawa dua adikku,” Dina berharap malam ini dua adiknya bisa tertidur nyenyak.
“Tidak apa-apa,” Maya mengangguk Do’a hlm. 85-86. Adib dan Cindy tidur di ranjang, justru Dina dan Maya tidur di kasur
lipat di bawah, disamping tempat tidur. Adib dan Cindy langsung
65
terlelap dalam balutan lembutnya kasur dan bantal, dibalik hangatnya selimut tebal yang membungkus letihnya tubuh mereka.
“Maaf, aku harus menumpang May,” Dina memperhatikan kedua adiknya.
Maya berpura-pura tak mendengar perkataan Dina barusan. Maya membuka lemari mengambil kaos, Maya tak menanggapi ocehan
Dina, “Ganti kaosmu dengan baju ini,” Maya memberikan kaos berwarna hijau daun kepada Dina. Tak lupa Maya juga memberikan
satu selimut kepada Dina Do’a hlm. 94.
g. Safira