70
kadang dengan santainya berjalan ke kana-kiri memperhatikan setiap sisi kelas. Adib terlihat mengantuk di kelas, kepalanya bak kursi goyang. Ia
memang lelah, satu hari paling banyak tidur enam jam. “Adib” Ibu guru setengah membentak.
Adib bak tertusuk jarum, terkejut. Suasana kelas tiba-tiba hening mendengar suara bentakan Ibu guru.
“Ngantuk aja di kelas Perhatikan Duduk sini” Bu Winda meminta Adib untuk pindah duduk di kursi paling depan.
“Tapi Bu,” Adib ingin menetap, pantatnya seolah terlem dengan bangku. “Pindah sini Semakin lama kamu akan tidur di kelas nanti” Bu Winda
mendekat, satu tangan menunjuk kea rah Adib dengan rotan. Ini bukan pertama kali, bukan pula kedua kali, sudah tak terhitung berapa
kali, tapi Adib selalu punya akal untuk kembali ke bangku belakang kelas Do’a hlm. 17-18.
l. Ibu Hanna
Ibu Hanna adalah ibu dari Hanna, teman sekelas Cindy. Karakter Ibu Hanna yaitu sikapnya yang ramah baik terhadap Dina,
Adib, dan Cindy. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :
Dina mainkan gembok perak besar yang menggantung di sisi dalam, tangannya menyelip diantara celah jeruji, membunyikan bel, “Permisi”
Tak berselang ada seorang Ibu yang datang, ‘Cari siapa?” “Cindy ada Bu?”
‘Kalian siapa?” pagar belum dibuka, mereka berbincang lewat celah. “Kami kakaknya,” Dina yang menjawab, agar tidak kasar.
“Ayo masuk” pintu pagar digeser, tampak rumah tak begitu besar, pintu satu, dua jendela, berkeramik putih, satu garasi mobil, ujung atapnya rendah
dipenuhi gantungan bunga, satu pohon belimbing tumbuh rimbun di secuil halaman, membuat teduh suasana, tampak satu AC terpasang.
Berdua mengira Cindy ada didalam, tapi hanya ada sepatunya, waktu masuk ruangan, Cindy tidak ada, Dina dan Adib duduk di ruang tamu, berkursi
rotan, berbantal, beberapa foto keluarga terpampang, Koran menumpuk di bawah meja, “Cindy dimana Bu?”
“Dia tidur di kamar bersama Hanna,” Ibu memberitahu sembari tersenyum ramah, berjalan ke belakang mengambil es sirup untuk Dina dan Adib.
“Ini, diminum dulu, biar segar” “Terimakasih Bu,” jawab Dina dan Adib bersamaan.
“Cindy itu pintar ya, rajin juga, Hanna senang ditemani belajar oleh Cindy, apalagi katanya mereka berdua mau ikut lomba cerdas cermat minggu
depan.” Ibu menjelaskan kepada alasan Cindy datang ke rumah Hanna Dina dan Adib Do’a hlm. 26-27.
Selain ramah dan baik, Ibunya Hanna juga penyayang. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :
71
Ibu Hanna beranjak dari tempat duduk, secepat kilat ke dapur belakang, ia ingat masih ada nasi, lauk, pasti untuk mereka berharga sekali meski sedikit,
buru-buru ibu bawa dua piring nasi, sayur, dan lauk, “Kalian makan dulu ya…” Ibu Hana kembali masuk ke dapur membawa dua air putih dingin, “
Cindy, ajak Kakaknya makan” Do’a hlm. 29.
m. Bibi
Bibi adalah pembantu rumah tangganya Fatimah yang menghantar Cindy dan Fatimah menjenguk Adib di penjara. Kutipan
yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :
Mudah bagi Fatimah untuk menjenguk, ia selalu dihantar bibinya. Selepas pulang sekolah, Cindy, Fatimah, beserta bibinya menjenguk Adib di penjara
Do’a hlm. 125.
n. Madya