Fatimah Tokoh dan Penokohan

68

i. Fatimah

Fatimah adalah teman sekelas Adib, kelas enam SD. ia juga teman sebangku Adib. Fatimah sangat baik kepada Adib. Hal itu ditunjukkan ketika Adib menminta tolong kepadanya untuk menjaga Cindy ketika Suratman mencari mereka di sekolah. Fatimah pun membantu Adib. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut : Adib masih terus berpikir, terus mencari jalan keluar, dua tangannya sampai menjambak rambutnya sembari duduk. “Kamu kenapa Dib?” Fatimah teman sebangku Adib bertanya. “Aku minta tolong Fatim?” Adib tidak basa-basi. “Apa?” Fatimah membenarkan letak kerudungnya. “Aku titip adikku, tapi kau harus pulang paling akhir, dan bawa adikku ke rumahmu, aku titip dia, kalaupun aku tidak jemput, ijinkan dia menginap di rumahmu, aku jamin Cindy akan menuruti semua kata-katamu,” Adib buru- buru, di kelas tinggal sedikit orang. “Maksudmu?” Fatimah belum mengerti. “Ada orang yang mencari kami di gerbang,” Adib berdiri sejenak melihat Abang berdiri membelakangi, ditengah gerbang. “Aku takut,” Fatimah justru ciut. “Kamu tak perlu takut, aku akan berlari, dia pasti mengejarku, setelah itu bawa adikku bersamamu, aku mohon,” Adib sampai memegang bahu Fatimah. “iya, tapi kamu hati-hati ya Dib.” “Terimakasih Fatim, terimakasih” Do’a hlm. 99-100. Selain sifat baik, Fatimah juga memiliki sikap peduli. Hal itu terbukti saat ia dengan senang dan ikhlas hati mengunjungi Adib di penjara bersama dengan Cindy. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut : Bel sekolah berdentang tanda pulang sekolah. Fatimah menghampiri Cindy dan berjalan kearah Dina yang sudah menunggu di depan sekolah. “Ini Fatimah Ma, dia mau menemani Cindy jenguk Kakak,” Cindy polos, mereka kini berdiri menepi di pinggir jalan di bawah rindang pohon mangga. “Terimakasih ya Fatimah, sudah mau menemani Cindy.” “Iya Kak, sama-sama,” jawab Fatimah dengan senyum. Cindy dan Fatimah sudah berjalan menjauh, mereka tidak sendiri karena ada Bibinya Fatimah yang menemani. Mereka ingin cepat-cepat bertemu dengan Adib. Saat memasuki ruang temu, dua anak itu berlari kencang, duduk 69 menunggu di kursi tamu. Mereka pertama kali melihat jeruji besi, pertama kali datang ke penjara. Tak banyak yang menjenguk, hanya ada mereka berdua, hari sudah terlalu siang. Ruangan hanya berisi empat meja, setiap meja ada dua bangku. Saat Adib tampak dari balik pintu, Cindy berlari mendekat, “Kakak.” “Cindy,” Adib tersenyum, “Jangan menangis” Adib mengingatkan Cindy. Cindy mengusap langsung pipinya, ia mengangguk. Fatimah membawa plastik, berisi nasi, sayur, lauk dan dua botol air mineral, ia ikut mendekat, “Ini untukmu Dib, kamu yang sabar ya… kami selalu mendoakan mu.” Ujar Fatimah menahan tangis. “Terimakasih Fatim,” Adib bersyukur, masih ada teman yang sudi datang mengunjunginya. Fatimah segera berlalu dan melabuhkan tangisannya di pangkuan bibinya Do’a hlm. 122-123.

j. Ibu Salma