Hanna Tokoh dan Penokohan

66 Dina mengalami musibah pembunuhan yang dilakukan oleh adiknya Adib. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Dina merasa semua yang ada di matanya kini hanya sebuah mimpi. Suratman tergeletak, sudah menjadi mayat, yang membunuh adiknya sendiri, rumah kontrakannya seketika menjelma menjadi bahan tontonan satu desa, semuanya mengerubut, suara lambaian gugur daun seakan terdengar, ia terduduk lemas sembari memeluk Cindy, garis kuning polisi mengeliling, tim penyidik sibuk memeriksa, mondar-mandir ke setiap sisi, riuh bisikan suara terdengar bak dengung nyamuk di malam hari. Tak disangka Maya dan Safira datang, entah dari siapa mereka mendengar beritanya. “Dina” Safira mendekat, menerobos kerumunan orang banyak. Dina menoleh, Safira langsung memeluk erat temannya, “Adikku Fira, Adikku telah membunuh Abang.” Tangis Dina pecah. Safira memeluk Dina semakin erat, “Dina, kamu harus kuat, kamu harus tegar, semuanya sudah terjadi, kita doakan saja yang terbaik buat Adib,” Safira berusaha menenangkan sahabatnya. Sedangkan Maya langsung menggendong Cindy dan mengelap air matanya. “Cindy ga’ boleh nangis ya, Cindy sayang kan sama kak Adib,? Tanya Maya. “Iya Kak,” jawab Cindy tertunduk. Maya pun mencium kening Cindy, memberikan penguatan kepada anak kecil yang belum begitu mengerti tentang apa yang sedang terjadi Do’a hlm. 117-118.

h. Hanna

Hanna adalah teman sekelas Cindy. Mereka bersama-sama bersekolah dan berada di kelas satu SD. Hanna selalu baik kepada Cindy hal itu terbukti saat Hanna selalu mentraktir Cindy makan di kantin sekolah. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Cindy berdiri, entah sampai kapan Hanna terus menemani. Hampir setiap pagi Cindy ditraktir makan oleh Hanna, Cindy selalu menolak, Cindy enggan menjadi beban orang lain, walaupun ia sendiri tak bisa membalas traktiran Hanna. “Ayo makan” Hanna menarik tangan Cindy. Berdua berjalan ke kantin belakang sekolah, berdua duduk di kursi, saling berhadapan, diatas meja tersaji gorengan. 67 “Bu, saya pesan nasi goring komplitnya dua ya, Setengah berteriak, Hanna memesan menu kepada penjual makanan. “Terimakasih ya Hanna, kamu selalu baik sama aku,” Cindy berkata malu. Ia menunduk. “Udah, ga’ usah dipikirin, kita kan sahabat.” Jawab Hanna sambil tersenyum tulus Do’a hlm. 52. Selain baik hati, Hanna juga pintar. Hal itu terbukti saat Hanna dan Cindy ditunjuk oleh pihak sekolah, mewakili sekolahnya mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah SD se-Jakarta Selatan. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah sebagai berikut : Tampak di ruang kelas, Cindy dan Hanna duduk berdampingan satu meja. Mereka harus menjawab soal tulis cepat lebih dahulu sebagai tes seleksi sebelum melangkah ke lomba cerdas cermat. Setelah selesai, semua peserta meninggalkan ruang kelas dan menunggu hasil pengumuman tes seleksi peserta lomba cerdas cermat. Tak lama berselang. Tampak guru-guru mengerubut di satu papan, ada pengumuman tertulis. Satu kertas bertuliskan nilai dan satu kertas lagi bertuliskan nama-nama peserta yang lolos mengikuti lomba cerdas cermat. Entah mengapa tiba-tiba ada Ibu guru keluar dari kerumunan,berlari kearah Cindy dan Hanna, “Cindy Hanna” ia seketika memeluk, mencium keduanya. “Lima menit lagi kita cerdas cermat” Bu guru tersenyum girang. Ada empat kelompok yang lolos, terbagi di grup A, B, C, dan D. Cindy dan Hanna di grup D. Semua pendukung masuk aula, aula sebesar 10 x 20 meter, dewan juri ada empat orang, penulis nilai seorang Ibu guru muda berdiri di dekat papan tulis, semua peserta mencoba memencet bel untuk pengecekan. Saat babak pertama, grup A menang, saat soal lemparan grup B menang, Cindy dan Hanna tertinggal tapi tak begitu jauh. Di papan skor, grup A 600, grup B 650, grup C 450, dan grup D 600 poin. Saat babak rebutan, semua terhanyut dalam ketegangan. Babak rebutan pun dimulai, Cindy beberapa kali mengangkat tangan, dan menjawab soal dengan benar, Hanna pun demikian, mereka melesat hingga sebelum soal terakhir diberikan, kedudukan imbang antara grup A, B, dan grup D, berbeda tipis. Grup A 800, grup B 750, grup D 850. Semua hening terdiam mendengarkan soal terakhir, salah satu juri membacakan soal, “Siapa nama lengkap pencipta lagu Indonesia raya.” Tangan Cindy tampak mengangkat tinggi, “W.R Supratman.” Jawab Cindy tegas. “Nama lengkapnya?” juri ingin tahu jawaban lengkap. Mata penonton memusat pandangan, ada yang mulutnya menganga, ada yang menutup mulut dengan dua tangan, hening terasa seolah mencekam, rasanya bila ada jarum jatuh, akan terdengar di seisi ruangan. Cindy dan Hanna celingukan, selama ini yang mereka tahu W.R.Supratman. “Tiga, dua, satu. Grup D dikurangi seratus.” Bersorak seketika pendukung grup A yang keluar sebagai pemenang. Cindy tertunduk, Hanna pun tampak lesu Do’a hlm. 71-74. 68

i. Fatimah