65
terlelap dalam balutan lembutnya kasur dan bantal, dibalik hangatnya selimut tebal yang membungkus letihnya tubuh mereka.
“Maaf, aku harus menumpang May,” Dina memperhatikan kedua adiknya.
Maya berpura-pura tak mendengar perkataan Dina barusan. Maya membuka lemari mengambil kaos, Maya tak menanggapi ocehan
Dina, “Ganti kaosmu dengan baju ini,” Maya memberikan kaos berwarna hijau daun kepada Dina. Tak lupa Maya juga memberikan
satu selimut kepada Dina Do’a hlm. 94.
g. Safira
Safira juga teman sekelas Dina. Ia dan Maya adalah sahabat terdekat Dina. Penokohan Safira dapat dilihat atau diketahui dari
tingkah laku, pemikirannya, dan percakapannya dengan tokoh-tokoh lain.
Uraian tokoh Safira adalah sebagai berikut : 1
Berani Safira selalu baik kepada Dina. Hal itu terbukti ketika ia
berani membela Dina yang menjadi bahan cemoohan Madya dan Putri. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah
sebagai berikut :
Teman-teman lain tak ada yang mengikuti jejak Madya dan Putri, yang laki-laki hanya mendengar, saat Dina duduk ia langsung membuka buku
dan membacanya, tapi suara sumbang kembali terdengar, kali ini dari Putri, “ Kalau Dina sakit, ga’ usah jenguk ah, paling juga ngamen, dasar
anak jalanan,” umpat Putri. Dina seolah menutup telinganya, diam, tetap membaca, tapi yang tidak
terima justru Safira, ia berdiri di tengah ketakutannya, “Bisa diam ga’? Do’a hlm.55-56.
2 Baik Hati
Selain memiliki sifat berani, Safira selalu memberikan dukungan dan semangat kepada Dina. Hal itu ditunjukkan pada saat
66
Dina mengalami musibah pembunuhan yang dilakukan oleh adiknya Adib. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas
adalah sebagai berikut :
Dina merasa semua yang ada di matanya kini hanya sebuah mimpi. Suratman tergeletak, sudah menjadi mayat, yang membunuh adiknya
sendiri, rumah kontrakannya seketika menjelma menjadi bahan tontonan satu desa, semuanya mengerubut, suara lambaian gugur daun seakan
terdengar, ia terduduk lemas sembari memeluk Cindy, garis kuning polisi mengeliling, tim penyidik sibuk memeriksa, mondar-mandir ke
setiap sisi, riuh bisikan suara terdengar bak dengung nyamuk di malam hari. Tak disangka Maya dan Safira datang, entah dari siapa mereka
mendengar beritanya. “Dina” Safira mendekat, menerobos kerumunan orang banyak.
Dina menoleh, Safira langsung memeluk erat temannya, “Adikku Fira, Adikku telah membunuh Abang.” Tangis Dina pecah.
Safira memeluk Dina semakin erat, “Dina, kamu harus kuat, kamu harus tegar, semuanya sudah terjadi, kita doakan saja yang terbaik buat Adib,”
Safira berusaha menenangkan sahabatnya. Sedangkan Maya langsung menggendong Cindy dan mengelap air
matanya. “Cindy ga’ boleh nangis ya, Cindy sayang kan sama kak Adib,? Tanya
Maya. “Iya Kak,” jawab Cindy tertunduk.
Maya pun mencium kening Cindy, memberikan penguatan kepada anak kecil yang belum begitu mengerti tentang apa yang sedang terjadi Do’a
hlm. 117-118.
h. Hanna