Latar atau Setting Hasil Analisis

97

5. Latar atau Setting

Latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams via Nurgiyantoro, 1995:216. Sudjiman juga berpendapat bahwa latar adalah segala keterangan petunjuk,pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi Nurgiyantoro, 1995:227. Latar tempat pertama yang terdapat dalam novel Do’a Anak Jalanan yaitu di rumah kontrakan. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Bertiga hidup bersama Suratman di dekat terminal Kampung Rambutan, di sebuah rumah kontrakan, berukuran 4 x 3 meter, tapi lebih pantas disebut kost- kostan, tanpa ada alas tidur, hanya karpet merah. Jendela hanya satu, pintu satu, tak ada almari, kompor, terlalu sempit Do’a hlm. 4-5. Latar tempat yang kedua adalah kamar mandi. Kamar mandi merupakan tempat Dina, Adib, dan Cindy membersihkan diri setiap pagi. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Bertiga harus bangun di saat yang sama, harus mandi di waktu yang sama karena tidak ada kamar mandi pribadi, tapi di toilet umum seratus meter dari kontrakannya. Dina akan mandi bersama Cindy, di kamar mandi 1 x 1 meter, mereka seperti anak dan Ibu, kalau Cindy kedinginanan saat air menyiram, ia akan peluk kaki Dina erat-erat Do’a hlm. 8. 98 Latar tempat yang ketiga yaitu Mushola. Mushola merupakan tempat Dina, Adib, dan Cindy selalu singgah tiap pagi untuk menghitung uang hasil ngamen dan tempat Dina dan Cindy untuk berganti pakaian setelah pulan sekolah. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Bertiga akan singgah sejenak di sebuah mushola sebelum berpisah ke sekolah, hanya duduk di terasnya, meletakan gitar dip agar, Adib dan Cindy akan duduk menghadap Dina, menunggu menghitung uang hasil mengamen mereka sekedar untuk uang saku, berapapun hasilnya Do’a hlm. 12. Adib tampak duduk berdampingan dengan Cindy di depan teras mushola, Adib meletakan gitarnya di pagar mushola, mereka setia menanti walaupun dipanggang terik, mereka tak lelah walaupun terasa payah, mereka menanti kakaknya berganti pakaian di Mushola Do’a hlm. 86. Latar tempat yang keempat yaitu sekolah Adib. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Di tengah halaman sekolah, Adib berdiri tegak seperti tiang bendera, ia menunggu Cindy. Cindy belum keluar dari kelasnya. Ia kemudian pindah dan berlindung di bawah pohon rindang di samping gerbang sekolah Do’a hlm. 20. Latar tempat yang kelima yaitu ruang kelas Adib. Ruang kelas yang dipakai saat Adib melakukan aktivitas belajar. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Ada empat baris tempat duduk, tak ada pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan. Ruang kelas Adib memiliki empat jendelan, satu pintu. Tempat duduk Adib ada di belakang paling pojok Do’a hlm. 18. Latar tempat yang keenam yaitu ruang kelas Dina. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Pintu-pintu kelas sudah terbuka, meski banyak jendela masih tertutup, belum ada satupun murid yang datang. Dina langsung masuk ke kelas III A, kelas yang tergolong tinggi dan pintar di sekolahnya, walau Dina peringkat lima belas di kelas, tapi ia terlanjur masuk di kelas bergengsi, ini salah satu _las an yang tidak 99 diterima Madya. Ia menganggap kelas III A tak pantas untuk Dina, lebih pantas di kelas III G, kelas tempat anak-anak bernilai rendah Do’a hlm. 50-51. Latar tempat yang ketujuh yaitu aula tempat lomba cerdas-cermat antar SD se-Jakarta yang diikuti oleh Cindy dan Hanna. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Bertiga duduk di kursi kelas yang dikeluarkan, duduk di teras aula seperti guru- guru lainnya. Tak ada yang boleh masuk ruangan sebelum lomba dimulai, hanya boleh mengintip dari jendela berkaca. Ada empat kelompok yang lolos, terbagi di grup A, B, C, dan D. Cindy dan Hanna di grup D. semua pendukung masuk aula, aula sebesar 10 x 20 meter, dewan juri ada empat orang, penulis nilai seorang Ibu guru muda berdiri di dekat papan tulis, semua peserta mencoba memencet bel untuk pengecekan Do’a hlm. 73. Latar tempat yang kedelapan yaitu kamar Maya. Kamar Maya merupakan tempat menginap sementara Dina, Adib, dan Cindy yang menghindar dari Suratman. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Maya bukanlah orang kaya dengan mobil melimpah, tapi ia memiliki satu kamar berukuran 3 x 4 m, bagi Dina itu lebih dari satu tempat yang ia tinggali selama ini. Kamarnya tak berwarna-warni, tapi tertata rapi, foto-fotonya berbingkai tertempel bak garis diagonal bak garis di dinding, tirai bertali menutup jendela, kipas angin di dinding menghadap ke ranjang. Lampu menyala terang, tak ada nyamuk, suara hiruk pikuk kendaraan juga tak terdengar. Ada satu meja belajar, ada satu kursi, ada tumpukan buku sekolah, seprei berwarna hitam bergambar bunga, bantal ada tiga, guling dua Do’a hlm. 93-94. Latar tempat yang kesembilan yaitu rumah Fatimah. Adib dan Dina mencari Cindy ke rumah Fatimah karena pada saat Adib kabur dari Suratman, ia menitipkan Cindy kepada Fatimah. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Berdua Dina dan Adib berjalan menuju ke rumah Fatimah. Tampak halaman rumah kosong. Tiba-tiba muncul Fatimah, berjilbab dan berpakaian seragam hendak ke sekolah. Adib melihat Fatimah, adib berlari masuk ke halaman rumah Fatimah, “Fatim” Fatimah berhenti, di depan pintu, Fatimah berbalik, “Kok kamu pakai kaos Dib?” Do’a hlm. 111. 100 Latar tempat yang kesepuluh yaitu rumah Hanna. Dina dan Adib mencari Cindy di rumah Hanna. Cindy ke rumah Hanna untuk belajar bersama untuk mengikuti omba cerdas-cermat tingkat SD se-Jakarta. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Dina mainkan gembok perak besar yang menggantung di sisi dalam, tangannya menyelip diantara celah jeruji, membunyikan bel, “Permisi” Tak berselang ada seorang Ibu yang datang, ‘Cari siapa?” “Cindy ada Bu?” ‘Kalian siapa?” pagar belum dibuka, mereka berbincang lewat celah. “Kami kakaknya,” Dina yang menjawab, agar tidak kasar. “Ayo masuk” pintu pagar digeser, tampak rumah tak begitu besar, pintu satu, dua jendela, berkeramik putih, satu garasi mobil, ujung atapnya rendah dipenuhi gantungan bunga, satu pohon belimbing tumbuh rimbun di secuil halaman, membuat teduh suasana, tampak satu AC terpasang. Berdua mengira Cindy ada di dalam, tapi hanya ada sepatunya, waktu masuk ruangan, Cindy tidak ada, Dina dan Adib duduk di ruang tamu, berkursi rotan, berbantal, beberapa foto keluarga terpampang, Koran menumpuk di bawah meja Do’a hlm. 26. Latar tempat ke sebelas yaitu bis. Salah satu tempat Dina, Adib, dan Cindy mengamen. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Bis pertama yang datang. Bertiga masuk ke dalam bis, Dina meminta hari ini mereka menyanyi lagunya D’Masiv, “Jangan Menyerah”. Bagi Dina, itu lagu satu-satunya yang menyemangatinya. Dina dan Adib berdiri berdampingan dengan Adib bersandar bangku dekat pintu, Cindy sudah siap dengan kumpulan tutup botol Do’a hlm. 88. Latar tempat yang kedua belas yaitu angkot. Angkot juga tempat Dina,Adib, dan Cindy mencari nafkah. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Bertiga terus berpindah dari satu angkot ke angkot yang lain, di keramaian. Mereka seakan seperti burung yang terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Namun mereka harus tetap semangat. Mereka terus bernyanyi di tengah jejal dan padatnya penumpang angkot Do’a hlm. 34. 101 Latar tempat yang ketiga belas yaitu pasar buah. Pasar buah tempat Dina membeli buah mangga untuk kedua adiknya. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Sebegitu senangnya Dina, saat turun tepat di pasar buah, tempat penjual buah ia belikan mangga, satu kilo lima ribu, berisi empat buah, ia bagikan satu persatu kepada Adib dan Cindy. “Kenapa beli buah kak?” Adib bertanya. “Ada yang memberi dua puluh ribu,” Dina tersenyum. “Kenapa tidak disimpan saja kak,” Adib bertanya lagi. “Biar, supaya kita pernah merasakan makan buah mangga,” Dina beralasan. Dina tersenyum bahagia melihat kedua adiknya yang asyik menikmati buah mangga Do’a hlm. 89-90. Latar tempat yang keempat belas yaitu jalan raya. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Dina duduk di tepian jalan raya, di trotoar, di dekat tiang rambu di larang parkir, langit sudah meredup, mulai terasa gelap pertanda petang datang berganti malam, lalu-lalang kendaraan mulai macet, udara terhirup terasa sesak, hawa terasa panas di tengah pijaran lampu ibu kota Do’a hlm. 79. Latar tempat yang terakhir yaitu penjara. Cindy, Fatimah dan Bibi Fatimah mengunjungi Adib di penjara. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Cindy dan Fatimah sudah berjalan menjauh, mereka tidak sendiri karena ada Bibinya Fatimah yang menemani. Mereka ingin cepat-cepat bertemu dengan Adib. Saat memasuki ruang temu, dua anak ituberlari kencang, duduk menunggu di kursi tamu. Mereka pertama kali melihat jeruji besi, pertama kali dating ke penjara. Tak banyak yang menjenguk, hanya ada mereka berdua, hari sudah terlalu siang. Ruangan hanya berisi empat meja, setiap meja ada dua bangku Do’a hlm. 123. Latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan pada sebuah karya fiksi. Masalah ‘kapan’ tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, fakta yang 102 ada kaitannya atau dikaitkan dengan peristiwa sejarah Nurgiyantoro, 1995 : 230. Latar waktu pertama yang digambarkan dalam novel Do’a Anak Jalanan adalah subuh. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Kalau subuh akan datang, Adzan juga belum berkumandang, mereka bertiga harus bergegas membuka mata, harus cepat-cepat mandi Do’a hlm. 6. Latar waktu yang kedua yaitu pagi hari. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Dilihat jam di dinding, menunjuk angka setengah lima pagi, mungkin masih terlalu gelap untuk anak sekolah berangkat, tapi mereka setiap hari melakukannya. Alas an satu-satunya mereka gelap gulita berangkat, hanya ingin cepat sampai di sekolah untuk belajar, karena itu satu-satunya waktu yang mereka punya, walau satu jam mereka harus melewatinya untuk belajar, tak ada waktu lain Do’a hlm. 9. Latar waktu yang ketiga yaitu siang hari. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Mereka mulai mengamen di saat siang sepulang sekolah. Bertiga berdiri di pinggir jalan, dekat pintu keluar terminal Kampung Rambutan. Dina mulai menyetem gitarnya, begitu juga Adib, Cindy hanya diam ditengah Adib dan Dina Do’a hlm. 10. Latar waktu yang keempat yaitu sore. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Mungkin hari ini Adib harus menggelandang sendirian, uang tak ada, ia pun harus kembali ke tepi jalan, mengamen dari satu angkot ke angkot lain, meski hanya bermusik tepuk tangan, yang memberi pasti sedikit, sekali naik bis hanya dapat tiga ribu, kadang hanya seribu, tenggorokan kering, perut melilit belum makan, Adib mengamen sembari mengingat Cindy dan Dina, Adib sampai di Stasiun Kota. Sampai jam tiga sore, Adib hanya dapat dua puluh ribu Do’a hlm. 102. 103 Latar waktu yang kelima yaitu petang. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Dina duduk di tepian jalan raya, di trotoar, di dekat tiang rambu di larang parkir, langit sudah meredup, mulai terasa gelap pertanda petang datang berganti malam, lalu-lalang kendaraan mulai macet, udara terhirup terasa sesak, hawa terasa panas di tengah pijaran lampu ibu kota Do’a hlm. 79. Latar waktu yang terakhir yaitu malam. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : Malam semakin larut, keheningan mulai menyeruput, Cindy sudah tergeletak dalm lelap berbantal perut Adib,dan Adib sudah tertidur berbantal paha Dina. Cindy seperti kucing kedinginan, Dina merapikan rambutnya, terkadang Dina melipat handuk untuk dijadikan bantal mengganjal kepala Cindy, sedangkan Adib, Dina menggunakan baju bekasnya sebagai bantal kepala Adib. Dina peluk kedua adiknya seerat mungkin, Cindy di tangan kiri, Adib di tangan kanan, ia cium ubun mereka. Dina tak tahu sampai kapan semua ini akan menderanya, ia berharap satu hari mereka benar-benar bisa berlari dari abang Suratman meski nyawa sebagai taruhan Do’a hlm. 39. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi Nurgiyantoro, 1995:223. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, pandangan hidup, cara berpikir, dan pola sikap tokoh. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya kelas menengah, rendah atau kelas atas. Latar sosial menunjukkan pada kehidupan Dina, Adib dan Cindy yang hidup di daerah terminal Kampung Rambutan yang merupakan tempat berlangsungnya aktivitas sosial masyarakat yang beragam. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut diatas adalah sebagai berikut : 104 Di daerah terminal Kampung Rambutan hiruk-pikuk ibu kota terasa dimata, macet meski baru jam lima pagi, pejalan kaki berdesakan di trotoar, berjalan cepat memburu waktu, tak pandang perempuan, tak lihat laki-laki, semua bersam-sama memburu rejeki. Pedagang gorengan sudah mangkal di depan trotoar, suara deru mesin mobil dan motor terdengar, asap mengepul walau matahari belum benar bersinar, bila lampu hijau sudah menyala, suara klakson memburu seperti teriakan maling di pasar. Orang bolak-balik menyebrang, pengamen jalanan mulai saling memilih angkot untuk diberikan satu nyanyian jalanan, pengemis berserakan, preman-preman berdiri di dekat pasar, Adib dan Dina sudah hafal, mereka semua teman Suratman, mereka juga memiliki anak buah, entah pengemis, atau pengamen jalanan Do’a hlm. 12.

6. Amanat