92
b. Rangsangan Inciting moment
Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh
baru sebagai katalisator. Rangsangan dimulai ketika Dina dan Adib menghadiri perlombaan cerdas cermat antar SD se-Jakarta Selatan yang
diikuti oleh Cindy. Berikut ini adalah kutipannya :
Dina bertemu dengan Adib di gedung aula. “Kakak” Adib memanggil, ia juga memegang gitar.
“Cindy dimana?” Tanya Dina. “Masih di dalam Kak, sedang mengikuti tes seleksi” jawab Adib dengan
bangga. “Kak, hari ini kita ga’ ngamen?”
“Setelah selesai lomba, kita ngamen setengah hari saja, semoga bisa dapat bayak, yang penting sekarang kita fokus ke perlombaannya Cindy dulu.”
“Iya kak” Do’a hlm. 68.
c. Gawatan Rising action
Gawatan adalah tahapan yang ditimbulkan oleh rangsangan. Gawatan terjadi ketika uang setoran yang harus diberikan ke Suratman
tidak mencukupi target. Hal itu karena waktu ngamen mereka terpotong demi menghadiri lomba cerdas cermat yang diikuti oleh Cindy.
Akibatnya, Adib dan Dina harus mendapat siksaan lagi dari Suratman. Berikut ini adalah kutipannya :
Waktu pulang seperti biasa Abang sudah duduk di depan kontrakan, sudah duduk menanti uang, duduk dengan kaki kanan bersandar di kaki kiri, ia
berkaos dalam, sembari mengisap rokok, kali ini Dina yang paling depan, Adib dan Cindy bergandengan tangan di belakang.
“Mana uangnya?” Abang mengulurkan tangan, membuka telapaknya meminta. Dina berikan seluruh uang yang dia punya, sedikitpun tak
menyimpan, tertunduk, ia sudah siap dengan segala pukulan. Abang Suratman sibuk menghitung, saat tahu hanya sedikit, ia langsung
murka, “Cuman segini.” “Hari ini memang dapatnya hanya segitu Bang,” Dina beralasan.
“Keluarkan semua” Abang membentak, tetangga melihat, tapi sudah biasa. Dina menggeleng, Abang memeriksa saku Dina, setengah meraba-raba, Dina
kontan mundur.
93
“Heh….berani kamu?” Adib geram, tapi dia cuma anak kecil.
Baju Dina ditarik, masuk ke dalam kontrakan, suara pukulan terdengar, jeritan Dina mengoyak, Adib di luar tidak bisa bertindak, Cindy menangis,
berkali kali terdengar teriakan Dina, “Ampun Bang,” itu yang terdengar, Adib meski anak kecil tidak bisa menerima, ia sudah kelas enam, ia masuk,
memeluk kakaknya, kini pukulan dengan gagang sapu mendarat ke punggungnya, “Bet Bet”.
Cindy ikut masuk, ia menarik tangan Abang, “Jangan Bang, tadi Cuma ngamen setengah hari karena Cindy ikut lomba cerdas cermat.”
Abang bengis, “Apa? Cerdas cermat?” tangan abang hendak mengayun memukul Cindy, tapi Dina yang sudah yang berlumur luka, Adib yang mulai
rasa sakit langsung memeluk Cindy erat-erat, ia tak pantas untuk di pukul. “Lebih baik kalian semua keluar dari sekolah Keluar Atau kalian setiap
malam akan rasakan seperti sekarang” Abang melempar sapu, meludah di dalam, “Cuiiih” berjalan keluar, menghilang, berjalan menjauh,
mengarungi dunia malam, pintu di banting keras “Brakkkk”.Do’a hlm. 81.
d. Tikaian Conflict