Tokoh Protagonis Jenis Tokoh

73 Dina dan Cindy berdiri dibawah lampu merah, kuning, hijau, tiba-tiba ada seorang preman mendekat, tubuhnya besar, tinggi, kepalanya botak, jenggotnya panjang, tapi tak ada tato. “Heh, pengamen mana kamu? Beraninya ke sini,” tangannya mendorong kepala Dina. “Kampung rambutan bang,” Dina yang menjawab, Cindy berlindung di belakang Dina, berpegang pada ujung kaos Dina. “Pulang sana, jangan kesini” Banyak orang memandang tapi hanya diam saja, memandang di kemacetan jalan. “Heh, enak sekali pergi, sini sepuluh ribu” Dina berpikir sejenak, ia tak mungkin lari, keadaan macet, belum tentu lolos, lagi pula ia membawa Cindy. Ia merogoh koceknya, uang ribuan dihitung, sepuluh ribu diberikan kepada preman itu. Preman itu pergi dengan senyum, tertawa dalam hati, begitulah hidup preman Do’a hlm. 77-78.

3. Jenis Tokoh

Jenis tokoh dalam Novel Do’a Anak Jalanan diuraiakan sebagai berikut : Berdasarkan fungsi penampilannya tokoh digolongkan menjadi dua yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis dan tokoh tambahan.

a. Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawataan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita Nurgiyantoro, 1995:178. Tokoh protagonis dalam cerita tersebut adalah Dina, Adib, dan Cindy. Mereka disebut tokoh hero karena memiliki sifat-sifat penyayang, pemberani, peduli, dewasa, dan pintar. 1 Sifat Penyayang

a Dina

Sifat penyayang Dina pada kedua adiknya ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : 74 Kali ini Dina berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, di bangku bis sebelum pintu belakang ada seorang berkaos, rambutnya pendek, kulitnya coklat bersih,cara berpakiannya rapi. Dina yakin dia anak orang kaya tapi entah kenapa tidak memakai mobil. Saat Dina menyodorkan tangan kanan, pemuda tersebut mengeluarkan uang dua puluh ribuh dari dompetnya. “Terimakasih Mas, terimakasih,” Dina menunduk, seumur dia hidup memeluk gitar, belum pernah ia menerima selembar uang dua puluh ribu, seolah di hadapannya malaikat untuk mereka bertiga. Sebegitu senangnya Dina, saat turun tepat di penjual buah ia belikan mangga, satu kilo lima ribu, berisi empat buah, ia bagikan satu persatu kepada Adib dan Cindy. “Kenapa beli buah kak?” Adib bertanya. “Ada yang memberi dua puluh ribu,” Dina tersenyum. “Kenapa tidak disimpan saja kak,” Adib bertanya lagi. “Biar, supaya kita pernah merasakan makan buah mangga,” Dina beralasan. Dina tersenyum bahagia melihat kedua adiknya yang asyik menikmati buah mangga Do’a hlm. 89-90.

b Adib

Sifat penyayang Adib kepada Dina ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : Adib berlari kecil diatas trotoar. Tangannya membawa bungkusan plastik hitam. Isinya 3 nasi bungkus dan 3 air aqua gelas kecil untuk makan siang mereka bertiga. Adib tidak lupa membelikan obat sakit kepala untuk Dina. “Maaf Kak, Adib lama.” “Tidak apa Dib,” jawab Dina tersenyum. “Ini Kak, obat sakit kepala untuk kakak.” “Kenapa kamu beli obat,? Kan uang setoranmu belum cukup Dib.” “Uang Adib udah lebih koq Kak, yang penting kakak ga’ sakit kepala lagi.” “Terimakasih ya Dib,” Dina terharu Do’a hlm. 81. Sifat penyayang Adib kepada Cindy ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : Sebelum berangkat ke sekolah, Dina membagikan uang hasil bolos untuk ngamen kemarin kepada Adib dan Cindy. Biasanya uang saku paling banyak seribu atau seribu lima ratus, kali ini sepuluh ribu berdua Adib dan Cindy. Bila Cindy butuh lebih, Adib selalu mengalah, mungkin untuk Adib dua ribu, untuk Cindy delapan ribu Do’a hlm. 50.

c Cindy

Sifat penyayang Cindy kepada Dina ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : 75 Cindy memandangi kakaknya. Perlahan ia mengusap airmata yang mengalir perlahan di pipi Dina. “Mama kenapa?” Cindy bertanya “Mama kangen ya sama Kak Adib?” Dina hanya diam. “Kata Kak Adib, kita harus kuat.” Cindy mengulang pesan Adib saat pertemuan mereka di penjara. Dina memeluk Cindy, berdua larut dalam kesedihan masing-masing Do’a hlm. 135. Sifat penyayang Cindy kepada Adib ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : Cindy duduk bersimpuh di dekat kaki Adib. Tangan kecilnya tak henti-henti mengusap kepala dan pipi Adib, bekas pukulan Suratman. Cindy hanya bisa memandang, kadang ia memijat kaki dan tangan Adib, sekedar penghilang rasa perih. Adib tahu, kalau Cindy menyayanginya Do’a hlm. 39. 2 Sifat Pemberani

a Dina

Sifat pemberani Dina ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : “Mulai malam ini kita berlari dari Abang, kaka harap kalian jangan takut, “Dina berpesan,”kita tidak bisa membayar uang ujian kalau tiap hari diminta Abang” Do’a hlm. 91.

b Adib

Sifat pemberani Adib ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : Adib tak menoleh ke belakang, ia terus berlari dan berlari, keringatnya mengucur, nafasnya hampir habis, perutnya seperti tertusuk-tusuk, menyelip diantara dua rumah Adib berhenti mengintip, Suratman sudah tak ada. Ia belum percaya, ia kembali mengintip dari balik dinding rumah, Abang sepertinya tertinggal, kali ini ia beruntung, besok pasti Abang kembali dating. Adib bertekad untuk kabur dari Abang Do’a hlm. 101.

c Cindy

Sifat pemberani Cindy ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : 76 “ Kembalikan uang kami,” tangan kecilnya menarik baju si preman, berusaha merebut kembali uang yang sudah diambil. Cindy sudah membayangkan apa yang akan dilakukan Suratman kalau uang hasil ngamennya tidak mencukupi setoran. “Itu kan uang kita Ma” Cindy menarik ujung kaos Dina. “Kembalikan Cindy setengah berteriak, marah kepada preman itu. “Sudah, ayo kita balik, sebentar lagi maghrib,” Do’a hlm. 78. 3 Sifat Peduli 1 Dina Sifat peduli Dina ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : “Kenapa jam segini mereka belum pulang May?” dari jam delapan Dina terus bertanya. “Mungkin mereka menginap di tempat teman,” Maya mencoba menenangkan, duduknya memeluk bantal sembari menatap paras Dina dari samping. Dina menggeleng, “Tidak mungkin, mereka selalu mendengar kata- kataku, aku sudah katakan untuk kembali bertemu di depan mushola sepulang sekolah”. Dina melirik sejenak melihat ke dinding, terlihat sudah jam sepuluh malam. Dina cemas, mereka berdua memang masih terlalu kecil, yang Dina khawatirkan jika mereka berdua tertangkap Abang, atau ada preman lain menculik. Sampai jam dua belas malam Dina tak bisa menutup matanya. Dina hanya berbaring, namun pikirannya hanya tertuju pada Adib dan Cindy. Belum sempat matahari terbit Dina sudah memaksakan diri untuk berangkat, Maya berharap Dina bersabar, tapi Dina sudah satu malam tertekan, ditelan gelap pagi Dina berangkat membawa gitar, berjalan ke luar rumah sendirian, tapi belum sempat Dina menjauh, belum sampai ke tepi jalan raya, Maya menyusul dengan sepeda motornya, ”Ayo Din”. Berdua menerjang jalan raya, masih sepi bila jarum jam menunjuk jam lima pagi, terlebih hari jum’at, hanya segelintir sepeda motor menyalakan lampu depan yang tampak menyala. Dina tak berjaket, tapi ia tak merasa dingin. Ia terus berdo’a semoga bisa temukan dua adiknya sesampainya di mushola. Dalam kepalanya mereka berdua tidur di sana. Maya kagum dan terharu melihat kepedulian Dina kepada kedua adiknya Do’a hlm. 105-107. 2 Adib Sifat peduli Adib ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : “Kakak lihat Cindy? Cindy sekarang dimana?” Tanya Adib panik. 77 “Tadi kata teman-temannya, Cindy pulang bareng Hanna, ia kan minggu depan ikut lomba cerdas cermat, mungkin mereka belajar bersama.” Jawab Dina. Adib mendengar tak kuasa menahan kesal, ia takut hal buruk terjadi pada Cindy. “Ayo Kak, kita harus cari Cindy Kak,” Adib mempercepat langkahnya Do’a hlm. 22. 3 Cindy Sifat peduli Cindy ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : “Kenapa Cindy belum pulang ya May?” Dina terlihat panik. “Paling sedang main di rumah teman,” Maya mencoba menenangkan Sahabatnya, ia rangkul Dina dari samping. Dina menggeleng, “Dia tidak pernah seperti itu, aku takut terjadi sesuatu padanya, dia masih kecil May.” “Sudahlah,” Maya mengelus punggung Dina, “Itu Cindy.” Dina langsung berdiri menyambut, menghampiri, “Kamu dari mana?” Maya berdiri melihat, Cindy tampak kusam seperti terpanggang matahari. “Cindy baru ngamen,” Cindy memberikan uang, “Dapet tujuh ribu Ma.” Dina terdiam seketika. Ia langsung memeluk Cindy penuh kasih sayang Do’a hlm. 129. 4 Sifat Dewasa

a Dina

Sifat dewasa Dina ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : Dina berdo’a dalam hatinya, semoga mereka yang menghinanya tidak merasakan seperti dirinya yang harus hidup di tengah tekanan, yang harus berjuang di tengah kesempitan, penyiksaan, yang harus terus bertahan dalam kisah penuh cita yang yang tak pernah mudah diwujudkan, Dina berdo’a cukup dirinya saja yang merasakan Do’a hlm. 59.

b Adib

Sifat dewasa Adib ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : Adib meringis perih. “Tadi siang Adib bangga mendengar pujian Ibunya Hanna kepada Cindy, Adib bangga kita punya adik sepintar 78 Cindy, dia tetap bisa menjadi yang terbaik walaupun dalam keadaan terbatas, kalau Adib tak bisa meraih cita-cita seperti yang selama ini kita inginkan, Adib harap Cindy bisa melakukannya. “Kita sering menemui keadaan yang tak sesuai dengan harapan kita, tapi Adib ingin salah satu dari kita bisa mewujudkannya, agar semua kenangan hidup susah yang kita punya tidak dilupakan, mungkin Cindy yang bisa mewujudkannya. Dina diam, kadang Dina tak sedewasa Adib, walaupun masih kelas enam SD, ia memang masih kecil, tapi keadaan yang memaksanya menjadi dewasa, hidup yang keras menjadikannya tetap kuat untuk bertaha dalam kesusahan Do’a hlm. 40.

c Cindy

Sifat dewasa Cindy ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut : “Mama, Kakak, maafkan Cindy, tadi Cindy belajar tapi Cindy ketiduran, Cindy janji ga’ akan mengulangnya lagi, Cindy janji ga’ akan buat Mama dan Kakak khawatir. Maafkan Cindy ya Ma, Kak,” Cindy meminta maaf kepada Dina dan Adib Do’a hlm. 29. 5 Pintar

a Dina

Kutipan yang menunjukkan bahwa Dina anak yang pintar adalah sebagai berikut : Dina langsung masuk ke kelas III A, kelas yang tergolong tinggi dan pintar di sekolahnya, walau Dina peringkat lima belas di kelas, tapi ia terlanjur masuk di kelas bergengsi Do’a hlm. 50.

b Adib

Kutipan yang menunjukkan bahwa Adib anak yang pintar adalah sebagai berikut : Ini bukan pertama kali, bukan kedua kali, sudah tak terhitung berapa kali, tapi Adib selalu punya akal untuk kembali ke belakang. “Berapa akar dari 144?” “12,” Jawab Adib sembari berdiri. Satu kelas kadang kagum, kalau soal berhitung Adib memang sangat pandai Do’a hlm. 118-119. 79

c Cindy

Kutipan yang menunjukkan bahwa Cindy anak yang pintar adalah sebagai berikut : Tampak di ruang kelas, Cindy dan Hanna duduk berdampingan satu meja. Mereka harus menjawab soal tulis cepat lebih dahulu sebagai tes seleksi sebelum melangkah ke lomba cerdas cermat. Setelah selesai, semua peserta meninggalkan ruang kelas dan menunggu hasil pengumuman tes seleksi peserta lomba cerdas cermat. Tak lama berselang. Tampak guru-guru mengerubut di satu papan, ada pengumuman tertulis. Satu kertas bertuliskan nilai dan satu kertas lagi bertuliskan nama-nama peserta yang lolos mengikuti lomba cerdas cermat. Entah mengapa tiba-tiba ada Ibu guru keluar dari kerumunan,berlari kearah Cindy dan Hanna, “Cindy Hanna” ia seketika memeluk, mencium keduanya. “Lima menit lagi kita cerdas cermat” Bu guru tersenyum girang. Ada empat kelompok yang lolos, terbagi di grup A, B, C, dan D. Cindy dan Hanna di grup D. Semua pendukung masuk aula, aula sebesar 10 x 20 meter, dewan juri ada empat orang, penulis nilai seorang Ibu guru muda berdiri di dekat papan tulis, semua peserta mencoba memencet bel untuk pengecekan. Saat babak pertama, grup A menang, saat soal lemparan grup B menang, Cindy dan Hanna tertinggal tapi tak begitu jauh. Di papan skor, grup A 600, grup B 650, grup C 450, dan grup D 600 poin. Saat babak rebutan, semua terhanyut dalam ketegangan. Babak rebutan pun dimulai, Cindy beberapa kali mengangkat tangan, dan menjawab soal dengan benar, Hanna pun demikian, mereka melesat hingga sebelum soal terakhir diberikan, kedudukan imbang antara grup A, B, dan grup D, berbeda tipis. Grup A 800, grup B 750, grup D 850. Semua hening terdiam mendengarkan soal terakhir, salah satu juri membacakan soal, “Siapa nama lengkap pencipta lagu Indonesia raya.” Tangan Cindy tampak mengangkat tinggi, “W.R Supratman.” Jawab Cindy tegas. “Nama lengkapnya?” juri ingin tahu jawaban lengkap. Mata penonton memusat pandangan, ada yang mulutnya menganga, ada yang menutup mulut dengan dua tangan, hening terasa seolah mencekam, rasanya bila ada jarum jatuh, akan terdengar di seisi ruangan. Cindy dan Hanna celingukan, selama ini yang mereka tahu W.R.Supratman. “Tiga, dua, satu. Grup D dikurangi seratus.” Bersorak seketika pendukung grup A yang keluar sebagai pemenang. Cindy tertunduk, Hanna pun tampak lesu Do’a hlm. 71-74. 80

b. Tokoh Antagonis