Uji Organoleptis Uji Sifat dan Stabilitas Fisik

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan pengamatan menggunakan panca indera, antara lain warna, bau, homogenitas dan tekstur pada waktu 48 jam setelah pembuatan dan diperiksa setiap 7 hari dalam kurun waktu 28 hari setelah penyimpanan. Jika terjadi perubahan pada hasil uji organoleptis ini, seperti perubahan warna, bau, tekstur, dan homogenitas maka hal tersebut merupakan perwujudan dari terjadinya reaksi kimia maupun fisika di dalam sediaan dan bisa dijadikan cermin terjadinya instabilitas. Selain itu juga dilakukan pengujian homogenitas dengan mengoleskan sejumlah tertentu sediaan gel pada dua keeping kaca, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Panjaitan, Saragih, dan Purba, 2012. Hasilnya disajikan pada tabel VII sampai dengan XI. Tabel VII. Uji organoleptis 48 jam setelah pembuatan gel Formula Warna Bau Tekstur Homogenitas FI Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Fa Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Fb Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Fab Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Tabel VIII. Uji organoleptis 7 hari setelah pembuatan gel Formula Warna Bau Tekstur Homogenitas FI Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Fa Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Fb Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Fab Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Tabel IX. Uji organoleptis 14 hari setelah pembuatan gel Formula Warna Bau Tekstur Homogenitas FI Biru transparan Tidak berbau Encer Homogen Fa Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Fb Biru transparan Tidak berbau Encer Homogen Fab Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Tabel X. Uji organoleptis 21 hari setelah pembuatan gel Formula Warna Bau Tekstur Homogenitas FI Biru transparan Tidak berbau Encer Homogen Fa Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Fb Biru transparan Tidak berbau Encer Homogen Fab Biru keruh Tidak berbau Kental Homogen Tabel XI. Uji organoleptis 28 hari setelah pembuatan gel Formula Warna Bau Tekstur Homogenitas FI Biru transparan Tidak berbau Encer Homogen Fa Biru transparan Tidak berbau Encer Homogen Fb Biru transparan Tidak berbau Encer Homogen Fab Biru transparan Tidak berbau Encer Homogen Dari perbandingan uji organoleptis di atas, dapat dilihat tidak adanya perubahan yang cukup signifikan pada formula a dan ab dari pengamatan 48 jam sampai dengan 21 hari; dan formula I dan b dari pengamatan 48 jam sampai 7 hari. Formula berubah menjadi encer dan transparan pada hari ke-28 untuk formula a dan b; serta hari ke-14 untuk formula I dan b. Bertambahnya kejernihan dan berkurangnya viskositas dapat dimungkinkan karena terjadinya degradasi dari polimer yang menyebabkan putusnya ikatan cross-link pembentuk struktur gel sehingga menyebabkan reduksi viskositas. Degradasi polimer dapat disebabkan oleh faktor fisik seperti panas, paparan cahaya, atau tekanan mekanik dari agen kimia seperti oksigen, ozone, asam atau basa Shanshool, Jabbar, dan Slaiman, 2011. Homogenitas sediaan perlu dijaga agar masing-masing komposisi formula dapat terdispersi merata di setiap bagian. Homogenitas ini dapat menjadi indikator keseragaman dosis dan kompatibilitas bahan. Apabila suatu kandungan bahan di dalam formula inkompatibel dengan kandungan bahan lain, maka akan cenderung terjadi pemisahan. Uji homogenitas pada penelitian ini menghasilkan campuran yang homogen pada saat awal pembuatan 48 jam dan selama penyimpanan. Dapat disimpulkan dengan pengamatan melalui panca indera, gel menjadi tidak stabil setelah memasuki hari ke-28 untuk formula a dan ab dan hari ke-21 untuk formula I dan b.

2. Evaluasi pH

Dokumen yang terkait

Optimasi gelling agent carbopol 940 dan humektan gliserin terhadap sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

3 16 126

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

7 60 112

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

3 29 115

Optimasi gelling agent CMC-Na dan humetan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) : aplikasi desain faktorial.

4 21 113

Optimasi formula gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau [Camellia sinensis L.] dengan CMC [Carboxymethyl cellulose] sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dengan metode desain faktorial.

0 1 110

Optimasi formula gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau [Camellia sinensis L.] dengan CMC [Carboxymethyl cellulose] sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dengan metode desain faktorial - USD Repository

0 0 108

HALAMAN JUDUL - Optimasi gelling agent carbomer dan humektan gliserin dalam gel sunscreen ekstrak etanol temulawak (curcuma xantorriza roxb.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 93