dapat membentuk suatu kristal jika disimpan pada temperatur rendah tetapi dapat ditanggulangi dengan pemanasan kristal pada suhu 20
o
C. Perubahan warna menjadi hitam pada gliserin dapat terjadi jika gliserin terpapar oleh cahaya atau
mengalami kontak dengan zink oksida Rowe et al., 2009. Gliserin tidak menyebabkan iritasi pada kulit kecuali pada individu yang
sensitif, non-karsinogenik, tidak reaktif, memiliki pH yang netral, dan larut dalam air Dirjen POM RI, 2011.
K. Desain Faktorial
Desain faktorial digunakan dalam penelitian, dimana efek dari faktor yang berbeda pada hasil penelitian akan diuraikan. Desain faktorial adalah desain
pilihan untuk determinasi efek dari beberapa faktor beserta interaksinya. Beberapa definisi dalam desain faktorial:
1. Faktor
Faktor merupakan variabel yang ditetapkan, seperti konsentrasi, temperatur, perlakuan terhadap obat, dll. Faktor yang dipilih bergantung pada
tujuan penelitian dan ditetapkan oleh peneliti. Dapat berupa faktor kuantitatif atau kualitatif, jika kuantitatif maka akan disajikan dalam bentuk nilai.
2. Level
Level adalah nilai yang ditetapkan dari suatu faktor. Contohnya adalah 0,1 molar dan 0,3 molar untuk faktor konsentrasi; obat dan placebo untuk
faktor perlakuan obat. Simbol untuk berbagai konsentrasi faktor antara lain: 1, a, b, dan ab. Ketika kedua faktor berada pada level rendah maka akan
disimbolkan sebagai 1, ketika faktor A berada pada level tinggi dan faktor B
berada pada level rendah maka disimbolkan sebagai a, ketika faktor A berada pada level rendah dan faktor B berada pada level tinggi maka disimbolkan
sebagai b, dan ketika kedua level berada pada level tinggi maka akan disimbolkan sebagai ab.
3. Efek
Efek dari faktor merupakan perubahan respon yang disebabkan karena membuat level dan faktor menjadi bervariasi Bolton dan Bon, 2004.
Keunggulan dari desain faktorial: a.
Pada saat tidak adanya interaksi, desain faktorial memiliki efisiensi yang maksimal dalam memperkirakan efek utama.
b. Pada saat ada interaksi, desain faktorial penting untuk menyatakan dan
mengidentifikasi interaksi yang terjadi. c.
Karena efek dari faktor diukur pada berbagai level dari faktor-faktor, kesimpulan dapat diterapkan pada kondisi yang lebih umum Bolton dan
Bon, 2004.
Tabel I. Desain faktorial 2 faktor dan 2 level Bolton dan Bon, 2004.
Eksperiment A level
B level
1 -
- a
+ -
b -
+ ab
+ +
L. Uji Sifat Fisik Sediaan