C. Optimasi Formula Gel
Pada penelitian ini bentuk sediaan yang dibuat merupakan bentuk sediaan gel. Sediaan gel dipilih karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sediaan semisolid lainnya, yaitu mudah meresap dikulit sehingga nyaman diaplikasikan dan mempermudah penghantaran zat aktif, memberikan sensasi
dingin di kulit, tidak lengket dan mudah dicuci dengan air Rismana, Rosidah, Prasetyawan, Bunga, dan Erna, 2013. Berdasarkan medium pelarut yang
digunakan, gel dibedakan menjadi 3 yaitu hidrogel, organogel dan xerogel. Pada penelitian ini dipilih jenis hidrogel, yaitu gel dengan menggunakan pelarut air,
sesuai dengan sifat kepolaran ekstrak yang digunakan yaitu berasal dari ekstrak air Spirulina platensis.
Optimasi formula dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sifat fisik yang optimum dengan cara memilih komposisi komponen kritis yang
menghasilkan viskositas dan daya sebar sesuai. Untuk membuat gel yang diinginkan, digunakan formula acuan lubricating jelly dari Allen 2002. Formula
tersebut kemudian dimodifikasi agar sesuai dengan bahan aktif yang digunakan sehingga memenuhi karakteristik sifat fisik dan stabilitas yang diinginkan.
Karakteristik sifat fisik yang diinginkan yaitu pH berada dalam range pH kulit manusia yaitu 4,5
– 6,5 Muthalib, Fatimawali, dan Edy, 2013 sehingga tidak mengiritasi dan tidak membuat kulit menjadi kering; berada dalam range daya
sebar gel yang optimum yaitu 3 – 5 centimeter cm Yuliani, 2010 agar daya
sebar gel tidak terlalu besar sehingga mudah diaplikasikan; dan berada dalam range viskositas 250
– 440 decipascal-second dPa.s Putri, 2014, karena pada
range tersebut gel memiliki daya lekat yang baik dan dianggap nyaman ketika diaplikasikan. Karakteristik stabilitas yang diinginkan yaitu respon pergeseran
viskositas kurang dari 10 Yuliani, 2010, karena stabilitas sediaan yang tinggi dicerminkan dari nilai pergeseran viskositas yang rendah. Pada formula
modifikasi tersebut, faktor yang di optimasi adalah gelling agent dan humektan karena kedua faktor tersebut berperan penting dalam membentuk sifat fisik
sediaan gel. Gelling agent akan membentuk matriks tiga dimensi yang memperkuat struktur gel. Pendispersian gelling agent kedalam pelarut yaitu air
akan menyebabkan proses stabilisasi yang menyebabkan perpanjangan multidimensional dari rantai polimer menghasilkan suatu struktur jaringan yang
disebut cross linking. Cross-link adalah suatu ikatan yang menghubungkan satu polimer dengan polimer yang lain, yaitu dengan ikatan hidrogen atau interaksi
hirofobik. Cross linking ini menyebabkan peningkatan bobot molekul dari polimer. Suatu polimer cair dapat diubah menjadi gel dengan menyatukan satu
polimer dengan polimer lain melalui ikatan cross link Maitra dan Shukla, 2014. Humektan dapat berfungsi mengikat lembab di dalam kulit sehingga kulit
menjadi tidak kering. Prinsipnya ketika agen pelembab dioleskan pada kulit, humektan akan membentuk suatu lapisan film tipis Mukul et al., 2011. Sistem
pada humektan memungkinkan lembab dapat tertahan dengan cara menarik air dan mengikatnya Greive, 2015.
Menurut Rowe et al., 2009 dalam pemanfaatannya sebagai gelling agent, konsentrasi CMC-Na yang digunakan yaitu 3
– 6
b b
. Untuk menghasilkan gel dengan sifat yang nyaman dan mudah diaplikasikan maka dipilih
range viskositas teoritis 250 – 440 dPa.s Putri, 2014; dan daya sebar 3 – 5 cm
Yuliani, 2010. Tetapi setelah dioptimasi, sebagian konsentrasi dalam range 3 –
6
b b
tersebut menghasilkan viskositas yang telalu tinggi di luar range viskositas teoritis yang diinginkan sehingga sukar untuk diaplikasikan. Oleh karena itu
dilakukan optimasi ulang menggunakan range konsentrasi CMC-Na 2,5 – 4
b b
dan konsentrasi gliserin yang digunakan dalam orientasi CMC-Na ini adalah konsentrasi tengah penggunaan gliserin sebagai humektan menurut Rowe et al.,
2009 yaitu 15
b b
; sehingga didapatkan viskositas sesuai yang diinginkan. Hasil yang diperoleh tercantum dalam tabel V sebagai berikut:
Tabel V. Viskositas dan Daya Sebar Optimasi CMC-Na CMC-Na gram
Viskositas dPa.s Daya Sebar cm
2,5 215
4,250 2,75
245 4,150
3 280
3,850 3,25
320 3,550
3,5 345
3,425 3,75
360 3,350
4 420
3,175 Dari hasil orientasi tabel V maka ditetapkan konsentrasi 3
– 3,75
b b
sebagai range optimum orientasi gelling agent CMC-Na. Range tersebut menghasilkan linearitas yang paling baik dengan nilai linearitas r sebesar 0,987
untuk viskositas dan 0,958 untuk daya sebar .
Grafik orientasi CMC-Na terhadap viskositas dan daya sebar dapat dilihat pada lampiran 3.
Setelah dilakukan optimasi terhadap gelling agent CMC-Na selanjutnya dilakukan optimasi terhadap humektan gliserin. Konsentrasi gliserin yang
digunakan dalam pemanfaatannya sebagai h umektan adalah sebesar ≤30
b b
Rowe et al., 2009. Untuk mengantisipasi penggunaan gliserin yang terlalu
banyak maka hanya dilakukan optimasi gliserin dari konsentrasi tengah ke atas yaitu 15
– 30
b b
. Konsentrasi CMC-Na yang digunakan yaitu konsentrasi tengah CMC-Na hasil optimasi sebelumnya, yaitu sebesar 3,375
b b
. Hasil yang diperoleh tercantum pada tabel VI.
Tabel VI. Viskositas dan Daya Sebar Optimasi Gliserin Gliserin gram
Viskositas dPa.s Daya Sebar cm
15 365
3,375 17,5
345 3,492
20 340
3,542 22,5
330 3,617
25 325
3,658 27,5
305 3,730
30 300
3,817 Dari hasil orientasi di atas maka ditetapkan konsentrasi 17,5 - 25
b b
sebagai range optimum orientasi humektan gliserin. Range tersebut menghasilkan linearitas yang paling baik dengan nilai linearitas r sebesar 0,989 untuk viskositas
dan 0,994 untuk daya sebar .
Grafik orientasi gliserin terhadap viskositas dan daya sebar dapat dilihat pada lampiran 3.
D. Pembuatan Gel