banyak maka hanya dilakukan optimasi gliserin dari konsentrasi tengah ke atas yaitu 15
– 30
b b
. Konsentrasi CMC-Na yang digunakan yaitu konsentrasi tengah CMC-Na hasil optimasi sebelumnya, yaitu sebesar 3,375
b b
. Hasil yang diperoleh tercantum pada tabel VI.
Tabel VI. Viskositas dan Daya Sebar Optimasi Gliserin Gliserin gram
Viskositas dPa.s Daya Sebar cm
15 365
3,375 17,5
345 3,492
20 340
3,542 22,5
330 3,617
25 325
3,658 27,5
305 3,730
30 300
3,817 Dari hasil orientasi di atas maka ditetapkan konsentrasi 17,5 - 25
b b
sebagai range optimum orientasi humektan gliserin. Range tersebut menghasilkan linearitas yang paling baik dengan nilai linearitas r sebesar 0,989 untuk viskositas
dan 0,994 untuk daya sebar .
Grafik orientasi gliserin terhadap viskositas dan daya sebar dapat dilihat pada lampiran 3.
D. Pembuatan Gel
Hidrogel sendiri merupakan jaringan rantai polimer yang menggunakan air sebagai medium pendispersinya. Alasan utama pemilihan hidrogel sebagai tipe
gel dalam penelitian ini adalah karena hidrogel ini menggunakan air yang terjebak di dalam matriks polimer sebagai medium pendispersi utamanya, sehingga ekstrak
air Spirulina platensis yang kepolarannya sama dengan medium pendispersi tersebut persebarannya di dalam gel akan lebih merata sehingga diharapkan akan
menghasilkan keseragaman dosis di dalam sediaan. Selain itu hidrogel juga memiliki beberapa kelebihan lain yaitu stabil selama penyimpanan, mudah dicuci
dengan air, tidak lengket, dapat mengalami biodegradasi tanpa diikuti pembentukan senyawa toksik, pH-nya netral setelah dikembangkan dalam air, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak toksik, photostable, dan murah Ahmed, 2013. Formula acuan yang digunakan adalah formula lubricating jelly dari
Allen 2002 dengan komposisi formula antara lain metil selulosa dan carbopol 934 sebagai gelling agent, propilen glikol sebagai humektan, metilparaben sebagai
pengawet, NaOH untuk meningkatkan pH dan membentuk basis gel yang lebih kental dalam interaksinya bersama carbopol 934, dan air sebagai medium
pendispersi gelling agent. Dari formula acuan tersebut dilakukan perubahan pada gelling agent yang digunakan, yang semula digunakan dua macam gelling agent
diubah menjadi satu macam yaitu CMC-Na. Selain itu juga dilakukan perubahan pada humektan yang digunakan, dari propilen glikol diubah menjadi gliserin.
Pengawet yang digunakan tidak berubah, tetapi hanya dilakukan perubahan konsentrasi yang digunakan yang semula digunakan 0,015 menjadi 0,2 batas
penggunaan metilparaben sebagai pengawet dalam sediaan topikal adalah 0,02 –
0,3. Selain itu penggunaan NaOH dihilangkan dikarenakan tanpa penambahan NaOH, pH gel yang dihasilkan sudah sesuai dengan pH kulit manusia yaitu 6.
Akuades yang digunakan sesuai dengan jumlah akuades yang digunakan pada saat optimasi formula. Pada saat optimasi formula, jumlah akuades yang digunakan
diseragamkan agar tidak menjadi variabel pengacau. CMC adalah derivat dari selulosa dengan gugus karboksi metil yang
berikatan dengan gugus hidroksil dari monomer glukopiranosa. CMC biasanya dijual dan digunakan dalam bentuk garam sodium yaitu CMC-Na, karena jika
berada dalam bentuk asam sifatnya adalah tidak larut jika didispersikan dalam air. CMC-Na digunakan utamanya karena viskositasnya tinggi dan dapat diatur sesuai
konsentrasinya, tidak toksik dan tidak alergenik. Gel yang dihasilkan menggunakan basis CMC-Na bersifat lebih mengembang, fleksibel, dan elastis Lim et al., 2010.
Pada penelitian ini dipilih gliserin sebagai humektan dikarenakan gliserin memiliki beberapa keistimewaan. Yang pertama, dibandingkan dengan senyawa
golongan alkohol lainnya, gliserin yang disebut juga sebagai gliserol ini memiliki sifat volatilitas yang rendah sehingga menjaga agar gliserin tetap berada di dalam
sediaan. Tekanan uap relatif gliserin yang rendah ini merupakan pencirian dari senyawa polar. Kedua, kompatibilitas dari gliserin yang tinggi terhadap berbagai
macam bahan lain sudah teruji baik dalam data penggunaan jangka panjang oleh konsumen serta uji secara empiris. Yang ketiga, gliserin stabil terhadap oksigen
yang terdapat pada atmosfer dan juga stabil dalam penyimpanan pada kondisi normal. Selain itu gliserin tidak membentuk kristal dan tetap berada pada
bentuknya yang cair dalam penyimpanannya pada suhu ruang. Viskositas gliserin yang tinggi dibandingkan dengan humektan lain merupakan keunikan dari gliserin.
Gliserin ini juga bersifat tidak toksik dan tidak iritatif jika terhirup dan digunakan di kulit, tetapi harus segera dibilas dengan air jika terjadi kontak dengan mata
Rowe et al., 2009. Gel anti-aging ekstrak air Spirulina platensis ini menggunakan
pengawet metilparaben. Dalam pembuatannya, metilparaben ini sebelumnya dilarutkan dulu pada gliserin dan tidak langsung dimasukan pada campuran gel
yang dominan mengandung akuades selaku medium pendispersi CMC-Na dan
pelarut dalam ekstrak. Hal ini dikarenakan kelarutan metilparaben yang lebih besar di dalam gliserin yaitu 160 pada suhu 25
o
C; dibandingkan dengan kelarutannya dalam air yang lebih kecil yaitu 1400 pada suhu 25
o
C. Dasar pemilihan metilparaben sebagai pengawet adalah pengawet ini memiliki spektrum aktivitas
anti-mikroba yang luas, larut dalam komponen formula yang digunakan yaitu gliserin dan air, serta efektif pada range pH sediaan hidrogel Rowe et al., 2009.
Pembuatan gel ini diawali dengan pendispersian serbuk CMC-Na yang telah ditentukan pada sejumlah akuades dengan cara ditaburkan secara merata
untuk selanjutnya didiamkan selama 24 jam agar dapat mengembang dengan optimal. Tahap selanjutnya adalah dilakukan pengadukan menggunakan mixer pada
kecepatan putar level 1 selama 3 menit agar persebaran polimer CMC-Na pada akuades merata. Kecepatan putar level ini digunakan untuk meminimalkan bintik
buih yang terbentuk. Setelah memasuki menit ke-3, dimasukan campuran metilparaben dan gliserin kedalam campuran pertama sambil terus diaduk selama 2
menit. Setelah mencapai menit ke-5, dimasukan ekstrak air Spirulina platensis. Pengadukan dihentikan setelah menit ke-8. Dilakukan pengecekan pH dengan
indikator pH universal setelah gel selesai dibuat.
E. Uji Sifat dan Stabilitas Fisik