BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak
Ekstrak dibuat dengan cara menimbang sebanyak 10 gram serbuk simplisia Spirulina platensis kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer 250 mL
dan ditambahkan pelarut yaitu 100 mL akuades. Erlenmeyer diletakan pada alat shaker dan proses ekstraksi dilakukan selama 2 jam dengan kecepatan 250 rpm
Farihah et al., 2014. Ekstraksi Spirulina platensis dilakukan menggunakan metode maserasi karena proses dan peralatannya dianggap lebih mudah dan
sederhana karena hanya membutuhkan labu perendam dan pelarut serta shaker. Proses perendaman dengan pelarut tersebut menimbulkan terjadinya perbedaan
tekanan di dalam dan di luar sel sehingga akan memecah dinding sel dan juga membran sel. Dengan terjadinya hal tersebut maka diharapkan metabolit sekunder
yang berada di dalam sitoplasma akan larut dalam pelarut organik sehingga diharapkan senyawa target akan terlarut seutuhnya karena lama perendaman dapat
diatur Darwis, 2000. Kemudian dilakukan proses sentrifugasi. Tujuan dilakukannya proses ini
adalah untuk memisahkan ekstrak air Spirulina platensis dengan sel debris. Sel debris ini perlu diendapkan terlebih dahulu karena dengan ukuran serbuknya yang
cukup kecil akan menyumbat kertas saring sehingga memperlama waktu penyaringan dan membutuhkan kertas saring yang lebih banyak. Prinsip dari
sentrifugasi sendiri adalah pemisahan campuran berdasarkan bobot jenisnya, sel debris yang memiliki bobot jenis yang lebih besar akan mengendap di dasar
37
tabung sedangkan ekstrak air akan berada pada lapisan supernatan di bagian atas. Sel debris yang mengendap berwarna hijau pekat sedangkan lapisan
supernatan berwarna hijau kebiruan, warna hijau pada lapisan supernatan merupakan sel debris halus yang masih tersuspensi dalam ekstrak air dan tidak
ikut terendapkan karena merupakan serpihan sel mati yang bobot jenisnya kecil. Untuk menghilangkan fragmen sel debris yang masih tersuspensi pada ekstrak air
maka dilakukan proses pemurnian lanjutan berupa penyaringan menggunakan corong Buchner. Digunakan corong Buchner sebagai alat penyaring karena
dianggap lebih efektif dan lebih cepat dengan cara mengurangi tekanan di dalam tabung menggunakan pompa vakum; dibandingkan dengan penyaringan
konvensional yang menggunakan prinsip gravitasi sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Hasil penyaringan ini menghasilkan filtrat berwarna biru pekat
yang merupakan ekstrak air Spirulina platensis dengan pH ekstrak sebesar 6,5 seperti terlihat pada gambar 7.
Menurut Kamble 2013, Spirulina platensis sendiri memiliki kandungan tiga pigmen warna yang ketiganya merupakan golongan fikobiliprotein, yaitu
alofikosianin berwarna hijau, fikoeritrin berwarna merah dan fikosianin berwarna biru. Karena ekstrak yang dihasilkan berwarna biru maka peneliti
menduga bahwa ekstrak air Spirulina platensis yang dihasilkan mengandung pigmen berwarna biru yang disebut fikosianin. Dosis tertinggi fikosisanin pada
tikus adalah 3gkg Datla, 2011. Ekstrak juga menghasilkan pH yang tidak terlalu asam maupun tidak terlalu basa, yaitu pH 6, sehingga diharapkan akan kompatibel
dengan komponen formula lain serta tidak mengiritasi kulit.
Gambar 7. Ekstrak air Spirulina platensis.
Dalam penelitian ini, air dipilih sebagai pelarut ekstrak yang pertama adalah karena dalam penelitian Shalaby dan Shanab, 2013 menunjukkan bahwa
ekstrak air dari Spirulina platensis dengan konsentrasi 200 µgmL menunjukkan persen aktivitas antioksidan paling tinggi 95,3 dibandingkan dua ekstrak
lainnya yaitu methanol 100 89,61 dan methanol:air 50:50 68,41 yang diukur terhadap radikal bebas DPPH dengan waktu inkubasi selama 30 menit
pada ruang gelap. Hal ini disebabkan karena pelarut air dapat mengambil senyawa-senyawa yang bersifat polar seperti golongan fikobiliprotein yang
memiliki kemampuan antioksidan yang poten; dan protein-protein yang larut air lainnya Farihah, Yulianto dan Yudiati, 2014. Kedua, karena ekstrak air dari
Spirulina platensis besifat polar maka akan kompatibel dengan sifat kepolaran basis hidrogel yang menggunakan medium pendispersi air. Kompatibilitas antar
bahan ini penting berkaitan dengan homogenitas dan keseragaman dosis. Selain
itu, penggunaan pelarut air ini sangat menguntungkan karena tidak memiliki daya toksik sehingga aman dan juga memiliki harga yang murah dibandingkan dengan
pelarut lainnya Farihah et al., 2014.
B. Uji Aktivitas Antioksidan