lebih mengacu pada fokus Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang dapat
dibayangkan oleh siswa Wijaya, 2012: 20. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigm pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar
menjadi paradigm belajar Marpaung, 2004. Suryanto 2010: 37 mengemukakan bahwa PMRI adalah
pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematic Education
yang diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia. Konsep matematika realistik ini sejalan
dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.
2.1.4.2 Karakteristik Pendekatan PMRI
Terdapat 5 karakteristik matematika realistik menurut Suryanto 2010: 44. Berikut kelima karakteristik tersebut diuraikan oleh peneliti:
1. Menggunakan Konteks Pembelajaran menggunakan masalah kontekstual, terutama pada
taraf penemuan konsep baru, sifat-sifat baru, atau prinsip-prinsip baru.
2. Menggunakan Model Istilah model berkaitan dengan masalah situasi dan model
matematika yang
dikembangkan sendiri
oleh siswa,
mengaktualisasikan masalah kebentuk visual sebagai sarana untuk memudahkan pengajaran.
3. Menggunakan Kontribusi Siswa Kontribusi yang besar diharapkan pada proses belajar mengajar
datang dari siswa artinya semua pikiran kontruksi dan produksi dihasilkan oleh siswa itu sendiri.
4. Menggunakan Format Interaktif Mengoptimalkan proses pembelajaran melalui interasi siswa
dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana merupakan hal terpenting dalam pembelajaran matematika realistik.
5. Intertwinning Manfaatkan Keterkaitan Struktur dan konsep matematika saling berkaitan maka dari itu
keterkaitan antar topik unit pelajaran tersebut harus dieksplorasi agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2.1.4.3 Prinsip-prinsip pendekatan PMRI
Menurut Suryanto 2010: 42, prinsip-prinsip PMRI adalah: 1. Penemuan kembali secara terbimbing Guided Re-invention
Prinsip guided reinvention ialah penekanan pada “penemuan
kembali ” secara terbimbing. Melalui masalah kontekstual yang
realistik yang dapat dibayangkan atau dipahami oleh siswa, yang mengandung topik-topik matematis tertentu yang disajikan, siswa
diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematis. Upaya ini akan tercapai jika
pengajaran yang dilakukan menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep matematika dan
nyata terhadap kehidupan siswa. Prinsip ini juga memperkenalkan matematisasi progresif dimana
situasi yang berisikan fenomena yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari
keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkat matematika secara formal.
2. Fenomenologi Didaktis Didactical Phenomenology Prinsip ini menekankan pembelajaran yang bersifat mendidik dan
menekankan pentingnya
masalah kontekstual
untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa.
3. Membangun sendiri model Prinsip ini merupakan jemabatan bagi siswa dari situasi real ke
situasi konkrit atai dari informal matematika ke formal matematika. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan
masalah.
2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan PMRI