hasil dari pengalaman tersebut akan membantu individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Keaktifan siswa dalam peristiwa
pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati Dimyati,
1999: 114. Bentuk kegiatan fisik antara lain membaca, mendengarkan, menulis, memeragakan dan mengukur. Sedangkan bentuk kegiatan psikis
seperti mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan kegiatan lainnya. Maka siswa
dikatakan aktif bila mau terlibat secara langsung dalam kegiatan mendengarkan, berdiskusi, memecahkan masalah, menyimpulkan sesuatu
dan mempraktikkan sesuatu.
2.1.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Siswa
Berdasarkan pengertian keaktifan menurut Sanjaya dalam Rusman, 2013, Rusman 2013 dan Keachie dalam Yamin, 2007 dapat
disimpulkan bahwa keaktifan siswa dipengaruhi oleh proses pembelajaran itu sendiri. Sehingga yang sangat berperan dalam hal ini adalah guru yang
harus pandai memfasilitasi siswa dalam proses belajar sehingga memungkinkan siswa untuk melakukan dan menunjukkan aktifitas dalam
belajar. Adanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lain seperti pada indikator keaktifan mengakibatkan terbentuknya
pengetahuan siswa, serta kegiatan siswa aktif juga dapat memaksimalkan siswa berproses selama proses pembelajaran karena siswa melakukan
kegiatan yang ada pada indikator keaktifan dalam belajar. Menurut teori kognitif Gage dan Berliner dalam Dimyati 1999: 45 siswa memiliki sifat
aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Siswa mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah
diperolehnya. Dalam
proses belajar
mengajar siswa
mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan
dan menarik
kesimpulan. Thorndike
mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya
latihan-latihan Dimyati dan Mudjiono, 1999: 45
2.1.1.3 Ciri-ciri Keaktifan Belajar
Ahmadi dan Supriyono 1991: 200-201 mengungkapkan ciri yang harus nampak dalam proses belajar yang menekankan keaktifan siswa,
yakni: 1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara
bebas tapi terkendali. 2. Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak
memberikan ransangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
3. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa bisa sumber tertulis, sumber manusia, misal murid itu sendiri
menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri
sebagai sumber belajar. 4. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya
bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam diskusi dan ada kegiatan
belajar yang harus dilakukan oleh siswa secara mandiri. 5. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan
hubungan manusia bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan dan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai
pembimbing siswa yang memerlukan bantuan saat menghadapi persoalan belajar.
6. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.
7. Belajar tidak hanya dilihat dan dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar
yang dilakukan siswa. 8. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui
pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah
belajar.
9. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau
salah, tidak
diperkenankan membunuh
atau mengurangimenekan pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru
harus mendorong siswa agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.
2.1.1.4 Prinsip-Prinsip Keaktifan Belajar