9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Keaktifan Belajar
2.1.1.1 Pengertian Keaktifan Belajar
Sanjaya dalam Rusman, 2013: 395 mengemukakan bila siswa dikatakan aktif ketika siswa melakukan kegiatan mendengarkan,
berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen membuat sesuatu, menyusun laporan memecahkan masalah dan praktik
melakukan sesuatu. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis,
dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari hari Yamin, 2007: 77. Menurut Rousseau dalam Sardirman,
1990: 95 segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik
secara rohani maupun teknis. Keachie dalam Yamin, 2007: 77 menyebutkan aspek terjadinya
keaktifan siswa yaitu partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran, tekanan pada aspek afektif dalam belajar, partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Rusman 2013: 394 menjelaskan bahwa siswa aktif ketika siswa belajar sesuatu sebagai pengalaman langsung dan
hasil dari pengalaman tersebut akan membantu individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Keaktifan siswa dalam peristiwa
pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati Dimyati,
1999: 114. Bentuk kegiatan fisik antara lain membaca, mendengarkan, menulis, memeragakan dan mengukur. Sedangkan bentuk kegiatan psikis
seperti mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan kegiatan lainnya. Maka siswa
dikatakan aktif bila mau terlibat secara langsung dalam kegiatan mendengarkan, berdiskusi, memecahkan masalah, menyimpulkan sesuatu
dan mempraktikkan sesuatu.
2.1.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Siswa