prestasi dalam ranah kognitif, seperti tes lisan, tes tertulis, observasi dan pemberian tugas. Sedangkan pada ranah afektif yaitu tes tertulis, tes skala
sikap, observasi, pemberian tugas dan pemberian tugas ekspresif.
2.1.3 Pengertian Matematika
Reys dalam Runtukahu, 2014: 28 mendefinisikan matematika sebagai studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi
organisasi, analisis dan sintesi, seni, bahasa dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. Matematika Depdiknas, 2003 dipandang sebagai suatu bahan kajian yang memiliki
objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
konsep sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Matematika adalah sesuatu yang berkaitan
dengan ide-ide konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif Triharso, 2013: 46. Matematika,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Beberapa prinsip penerapan pembelajaran matematika di usia sekolah menurut
Triharso 2013: 47, yaitu :
2.1.3.1 Matematika diberikan secara bertahap dalam bentuk permainan, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman
peristiwa konkret yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
2.1.3.2 Pengetahuan dan keterampilan pada permainan matematika diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, missal
dari konkret ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks.
2.1.3.3 Bahasa yang digunakan dalam pengenalan konsep berhitung seyogya bahasa yang sederhana.
2.1.3.4 Proses evaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.
2.1.4 Pendekatan PMRI 2.1.4.1 Pengertian PMRI
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI merupakan adaptasi
dari Pendidikan
Matematika Realistik
RME yang
dikembangkan di Belanda sejak sekitar tahun 1970, dalam konteks Indonesia Suryanto, 2010: 58. PMRI menekankan untuk membawa
matematika pada pengajaran yang bermakna dengan mengaitkan dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Kata realistik tidak
sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata tetapi
lebih mengacu pada fokus Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang dapat
dibayangkan oleh siswa Wijaya, 2012: 20. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigm pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar
menjadi paradigm belajar Marpaung, 2004. Suryanto 2010: 37 mengemukakan bahwa PMRI adalah
pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematic Education
yang diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia. Konsep matematika realistik ini sejalan
dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar.
2.1.4.2 Karakteristik Pendekatan PMRI