142
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Setiap penulisan penelitian tentunya memiliki kekurangan dan keterbatasan. Penelitian ini juga tentunya memiliki kekurangan dan keterbatasan baik dalam
penulisan maupun pelaksanaan penelitian sehingga perlu untuk diteliti lebih mendalam. Kekurangan dan keterbatasan pada penelitian ini adalah informan yang
diwawancarai rata-rata belum lama bekerja di DAOP 2 Bandung karena kondisi rotasi kerja di PT KAI sangat cepat, peneliti tidak dapat mewawancarai senior
manajemen DAOP 2 Bandung secara langsung karena Kepala DAOP dan Deputi menolak untuk diwawancarai.
Kesulitan lainnya yaitu peneliti tidak dapat melihat dokumen berupa daftar hadir untuk membuktikan bahwa senior manajemen menghadiri pertemuan yang
diadakan oleh SHE. Tidak dapat melihat dokumen yang membuktikan bahwa adanya tinjau ulang dan monitoring yang dilakukan oleh senior manajemen. Peneliti
tidak dapat menemukan dokumen yang membuktikan pengurus melakukan proses konsultasi serta tidak dapat melihat notulensi rapat atau dokumen lain yang
membuktikan bahwa hasil tnjau ulang masuk kedalam perencanaan.
6.2. Komitmen Team Manajemen DAOP 2 Bandung dalam Penerapan
SMK3
Team manajemen memiliki peranan yang kuat dalam menentukan arah perusahaan. Ketiga lini dalam manajemen sangat mempengaruhi pekerja, dengan
memiliki komitmen yang tinggi dari manajemen akan menciptakan komitmen yang tinggi pula pada pekerja. Sesuai dengan definisi manajemen sendiri yaitu suatu
aktivitas dengan adanya unsur pengorganisasi dan kepemimpinan dengan menggunakan sumber daya yang ada termasuk sumber daya manusia yaitu pekerja.
Definisi ini menunjukkan bahwa team manajemen memiliki tugas yang penting sebagai pionir dalam mencapai tujuan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan
komitmen senior manajemen sudah tinggi, komitmen organsasi sudah baik namun pemenuhan terhadap pembangunan dan pemeliharaan komitmen berdasarkan SMK3
PP No. 50 tahun 2012 belum sepenuhnya terpenuhi. Sehingga komitmen team manajemen dalam penerapan SMK3 masih tergolong kurang. Secara individu dalam
manajemen telah menunjukkan komitmen yang cukup tinggi baik manajemen atas, tengah dan bawah. Tetapi hal ini tidak menjamin terpenuhinya elemen pertama dari
SMK3 PP No. 50 tahun 2012. Komitmen yang terbentuk dari masing masing individu baik itu komitmen
organisasi atau komitmen dari pimpinan perusahaan itu sendiri pada semestinya akan mempengaruhi terbentuknya iklim komitmen yang kuat dalam perusahaan terutama
dalam melaksanakan kebijakan yang sudah disepakati bersama. Seperti yang di kemukakan dalam teori Gibson tahun 1996 bahwa kinerja organisasi tergantung dari
kinerja individu dengan kata lain individu akan memeberikan kontribusi pada kinerja organisasi, hal ini sama dengan komitmen karena komitmen memiliki korelasi
dengan kinerja Brahmasari danSuprayetno, 2008. SMK3 merupakan salah satu sistem yang sama dengan sistem lainnya
memiliki komponen atau elemen dalam merealisasikannya. Berdasarkan SMK3 PP No. 50 terdapat 12 elemen yaitu pembangunan dan pemeliharaan komitmen, strategi
pendokumentasian, peninjauan ulang desain dan kontak, pengendalian dokumen, pembelian, keamanan bekerja berdasarkan SMK3, standar pemantauan, pelaporan
dan perbaikan, pengelolaan material dan perpindahan, pengumpulan dan penggunaan jasa, audit SMK3, pengembangan keterampilan dan kemampuan. Semua elemen
tersebut bila dilaksanakan dengan baik maka akan memberikan arahan yang jelas dan sistematis terhadap tujuan perusahaan dalam mengurangi risiko.
Pembangunan dan pemeliharaan komitmen dijadikan sebagai awal pembentukan SMK3 yang berarti bahwa pelaksanaan sistem tidak akan berjalan
tanpa adanya komitmen yang dibangun sebelumnya. SMK3 merupakan salah satu cara mengendalikan risiko dalam bentuk sistem yang melibatkan unsur manajemen.
Sehingga komitmen manajemen dalam perusahaan mempunyai peran penting dalam menjalan cara pengendalian K3 Setiawan. dkk., 2011.. Komitmen yang tertanam
pada setiap bagian di perusahaan akan memudahkan jalannya kegiatan K3 di perusahaan.
Program K3 atau penerapan SMK3 dan kegiatan lainnya akan terlaksana dengan adanya komitmen yang tinggi baik dari pimpinan perusahaan atau dari
pekerja. Oleh karena itu secara teori dikemukakan oleh Yasin dalam Bharmasari dan Suprayetno 2008 bahwa kegiatan usaha pengembangan organisasi sebagian besar
ditentukan oleh kualitas kepemimpinan atau pengelolanya dan komitmen pimpinan puncak organisasi untuk investasi energy yang diperlukan maupun usaha-usaha
pribadi pimpinan. Hal lain juga dikemukakan oleh Yousef dalam Trinaningsi, S 2007 bahwa
komitmen organisasi memediasi hubungan antara perilaku kepemimpinan dengan kinerja manajemen puncak perusahaan yang berwenang untuk menetapkan kebijakan
perusahaan dan mengimpelmentasikan kebijakan tersebut. Berarti memperjelas bahwa kebijakan SMK3 yang ditetapkan untuk diterapkan di PT KAI sejak tahun
2013 seharusnya membuat seluruh bagian dari perusahaan berkomitmen melaksanakannya berlandaskan PP No. 50 tahun 2012 didukung dengan komitmen
organisasi dan komitmen dari pimpinan puncak. Pada hakikatnya senior manajemen atau direktur dalam suatu perusahaan
memang harus bertanggung jawab untuk menjalankan perusahaan dan mematuhi undang-undang Ivana. dkk., 2014. Bila dikaitkan dengan tingkat pemenuhan yang
elemen pertama SMK3 menunjukkan bahwa senior manajemen belum memahami betul tentang kriteria-kriteria yang harus terpenuhi untuk dapat menerapkan SMK3
berdasarkan PP No. 50 tahun 2012
6.3. Pembahasan Analisis Pemenuhan Elemen Penerapan Kebijakan K3