124 kesesuaian dengan kondisi siswa dalam penggunaan metode eksperimen yang
rendah. Kedua, sebanyak 26 responden atau 47,27 berada pada kategori sedang. Sisanya, sebanyak 28 responden atau 50,91 berada pada kategori tinggi. Mean
yang diperoleh sebesar 8,78, sehingga jika dibandingkan dengan kategori interval yang telah ditetapkan indikator ini tergolong sedang.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan secara umum indikator kesesuaian dengan kondisi siswa dalam menggunakan metode eksperimen pembelajaran IPA
di SD se-Gugus Ngudi Kawruh Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas pada kriteria yang sedang. Namun pada kenyataanya, sebagian guru telah
menyesuaikan kondisi siswa dalam menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA.
4.3.2.6 Kesesuaian dengan Waktu yang Tersedia
Keefektifan suatu metode pembelajaran apabila sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Guru mengatur alokasi waktu agar keseluruhan tujuan
pembelajaran dalam materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan baik. Dari hasil angket, wawancara, dan observasi yang dilakukan, sebagian besar guru di
SD se-Gugus Ngudi Kawruh beranggapan bahwa kesulitan menggunakan metode eksperimen ialah pada alokasi waktu. Hal yang dikeluhkan guru yaitu proses
metode eksperimen mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir membutuhkan waktu yang relatif lama sedangkan jam pelajaran IPA di sekolah
tidak memungkinkan untuk melakukan metode eksperimen dengan proses yang sistematis. Banyak guru yang telah melakukan metode eksperimen kehabisan
waktu pada tahap akhir metode eksperimen yaitu membuat kesimpulan hasil
125 pengamatan dikarenakan terlalu lama pada tahap pelaksanaan. Dalam hal ini, guru
dapat menyiasati dengan perencanaan waktu yang lebih matang terutama pada tahap proses dapat diberikan tambahan waktu dan pada tahap awal tidak terlalu
lama. Selain itu, sebelum menggunakan metode eksperimen guru dapat memberitahu siswa sehari sebelum pelaksanaan agar siswa dapat mempersiapkan
alat dan bahan serta memperlajari langkah-langkah sebelumnya. Dijelaskan dalam Roestiyah 2012: 81 bahwa dalam eksperimen siswa
harus teliti dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam mengamati proses percobaan, jadi diperlukan waktu yang cukup lama untuk membuktikan kebenaran
dari teori yang dipelajarinya. Penjelasan lain disebutkan Sumiati dan Asra 2009: 95 bahwa jika menggunakan metode eksperimen dibutuhkan waktu yang lama
dan materi pembelajaran yang sedikit namun mendalam. Jadi, penjelasan dalam metode eksperimen cenderung sedikit dan lebih menyita waktu dalam proses
pelaksanaan eksperimennya. Berdasarkan hasil angket pada indikator ini, diperoleh data sebanyak 29
responden atau 52,73 dari keseluruhan responden memiliki tingkat kesesuaian dengan waktu yang tersedia dalam penggunaan metode eksperimen yang rendah.
Kedua, sebanyak 20 responden atau 36,36 tergolong pada kategori sedang. Sisanya, sebanyak 6 responden atau 10,91 tingkat kesesuaian dengan waktu
yang tersedia dalam penggunaan metode eksperimen berada pada kategori tinggi. Mean yang dihasilkan sebesar 5,87, sehingga jika dibandingkan dengan interval
yang telah ditetapkan tingkat kesesuaian dengan waktu yang tersedia dalam penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di SD se-Gugus Ngudi
126 Kawruh Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas tergolong rendah.
Dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan guru di SD se-Gugus Ngudi Kawruh Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas belum mampu
menyesuaikan alokasi waktu dalam menggunakan metode eksperimen dengan baik sehingga diperlukan siasat guru dalam melakukan pembelajaran IPA dengan
alokasi yang disediakan agar keseluruhan perencanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
4.3.2.7 Kesesuaian dengan Langkah-langkah Metode Eksperimen