122 keadaan sekitar juga memengaruhi proses pembelajaran. Kondisi sekitar yang
ramai dapat membuat siswa tidak konsentrasi terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dari hasil angket, wawancara, dan observasi, keadaan di SD
se-Gugus Ngudi Kawruh berada di pinggir jalan raya yang tentunya ramai dan bising. Jadi, guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar menyiasati dengan
suara yang keras agar siswa mampu mendengarkan isi materi yang disampaikan dan dapat terpusat hanya pada guru.
Berdasarkan data hasil angket, diperoleh sebanyak 4 responden atau 7,27 dari total responden memiliki kesesuaian dengan kondisi belajar mengajar dalam
penggunaan metode eksperimen yang rendah. Kedua, sebanyak 15 responden atau 27,27 berada pada kategori sedang. Sisanya, sebanyak 36 responden atau
65,45 berada pada kategori tinggi. Mean pada indikator ini sebesar 6,04, sehingga dibandingkan dengan interval yang telah ditetapkan maka indikator
kesesuaian dengan kondisi belajar mengajar tergolong tinggi. Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa sebagian besar guru di SD
se-Gugus Ngudi Kawruh Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas mampu mengondisikan kegiatan belajar mengajar IPA dalam penggunaan metode
eksperimen dengan baik sehingga suasana kelas menjadi kondusif saat pembelajaran berlangsung.
4.3.2.5 Kesesuaian dengan Kondisi Siswa
Siswa sebagai subjek dalam pembelajaran yakni seseorang yang ingin belajar dan memperoleh pendidikan baik melalui pendidikan formal, informal,
123 maupun nonformal. Siswa di usia sekolah dasar membutuhkan sosok fasilitator
yaitu seorang guru dalam pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Seorang guru
tentunya lebih memahami karakteristik masing-masing siswa karena setiap hari bertemu dan melaksanakan suatu proses pembelajaran. Pentingnya memberikan
perhatian kepada siswa bertujuan agar menumbuhkan kenyamanan bagi siswa dan perhatian tersebut menjadikan motivasi belajar untuk siswa. Salah satu contoh
guru memberikan penguatan positif jika siswa melakukan hal positif yang berhubungan dengan pembelajaran. Hasil angket, wawancara dan observasi
menyatakan bahwa pendekatan terhadap siswa dilakukan guru setiap pembelajaran
berlangsung seperti
memberi kesempatan
siswa untuk
memberanikan diri melakukan sesuatu. Dengan keberanian siswa tersebut, maka menumbuhkan siswa lainnya agar lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran.
Jadi, tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal apabila terdapat keaktifan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam menggunakan metode eksperimen
tersebut. Sumiati dan Asra 2009: 93 menyebutkan bahwa kondisi siswa berkaitan
dengan usia, keadaan tubuh, latar belakang kehidupan ataupun tingkat kemampuan. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi tentunya mudah
mengikuti pembelajaran dengan metode apapun, sebaliknya siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir rendah akan sulit menerima pembelajaran dengan
metode pembelajaran yang bervariasi. Pada indikator kesesuaian dengan kondisi siswa, diperoleh data bahwa
sebanyak 1 responden atau 1,82 dari total responden memiliki tingkat
124 kesesuaian dengan kondisi siswa dalam penggunaan metode eksperimen yang
rendah. Kedua, sebanyak 26 responden atau 47,27 berada pada kategori sedang. Sisanya, sebanyak 28 responden atau 50,91 berada pada kategori tinggi. Mean
yang diperoleh sebesar 8,78, sehingga jika dibandingkan dengan kategori interval yang telah ditetapkan indikator ini tergolong sedang.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan secara umum indikator kesesuaian dengan kondisi siswa dalam menggunakan metode eksperimen pembelajaran IPA
di SD se-Gugus Ngudi Kawruh Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas pada kriteria yang sedang. Namun pada kenyataanya, sebagian guru telah
menyesuaikan kondisi siswa dalam menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA.
4.3.2.6 Kesesuaian dengan Waktu yang Tersedia