Pengujian Parameter Model Uji Autokorelasi

Pada sektor manufaktur, faktor tarif dalam kaitannya dengan arus perdagangan sektor manufaktur memberikan nilai yang signifikan secara negatif dengan koefisien -0,022. Setiap kenaikan satu persen tarif akan menurunkan perdagangan sebesar 0,022 persen, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa tarif masih menjadi salah satu hambatan dalam perdagangan sektor manufaktur, karena semakin besar tarif yang dikenakan pada sektor manufaktur maka nilai perdagangan yang dilakukan oleh kedua negara akan semakin menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al2005. Pengaruh signifikan terhadap arus perdagangan juga diberikan oleh nilai tukar riil. Dimana peningkatan nilai tukar riil sebesar satu persen akan meningkatkan arus perdagangan sebesar 0,316 persen, cateris paribus. Hal ini menunjukkan depresiasi nilai tukar masing-masing negara akan meningkatkan nilai impor ke negara tersebut. Tidak jauh berbeda dengan sektor pertanian mentahbaku, dampak positif nilai tukar riil terhadap arus perdagangan juga terjadi di sektor manufaktur, namun dengan nilai yang sedikit lebih besar. Negara-negara ASEAN+3 yang sebagian besar masih merupakan negara berkembang, masih mengandalkan ekspor sektor pertanian baik itu pertanian barang mentahbaku maupun barang pertanian yang sudah diolah. Dilain pihak, untuk memenuhi kebutuhan akan sektor manufaktur maka negara-negara ASEAN+3 mengandalkan impor sektor manufaktur dari negara lain. Disini menunjukkan impor barang-barang sektor manufaktur merupakan barang yang penting bagi konsumen maupun produsen dalam negeri karena barang-barang ini digunakan oleh sektor industri sebagai bahan baku utama maupun sampingan untuk memproduksi barang domestik negara pengimpor. Sementara itu, hasil yang sama dengan estimasi pada sektor pertanian barang mentah juga ditunjukkan oleh variabel independen lainnya pada sektor manufaktur, yaitu PDRB perkapita negara pengimpor dan PBRB perkapita negara pengeskpor berpengaruh secara positif terhadap arus perdagangan. PDRB perkapita negara pengimpor memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada arus perdagangan impor dengan koefisien sebesar 3,155. Setiap peningkatan secara riil satu persen derajat PDRB perkapita importir akan berakibat pada meningkatnya arus perdagangan impor sebesar 3,155 persen, cateris paribus. Koefisien PDRB perkapita negara pengimpor yang signifikan menyatakan bahwa perdagangan bilateral negara-negara ASEAN+3 dipengaruhi oleh kemampuan pendapatan agregat kedua negara yang saling berdagang. Karena pendapatan agregat suatu negara adalah ukuran ekonomi negara tersebut. Sementara itu, PBRB perkapita negara pengeskpor juga berpengaruh secara positif terhadap arus perdagangan. Peningkatan secara riil satu persen derajat PDRB perkapita negara eksportir akan berakibat pada meningkatnya arus perdagangan impor sebesar 0,477 persen, cateris paribus. Sementara PDRB perkapita negara pengekspor yang signifikan secara positif mencerminkan semakin besar perekonomian suatu negara akan membuat investasi suatu negara menjadi besar, hal ini disebabkan faktor modal yang kuat, sehingga akan meningkatkan kapasitas produksi barang suatu negara. Jarak ekonomi memengaruhi arus perdagangan impor secara negatif dengan koefisien 2,578. Setiap penambahan jarak ekonomi sebesar satu persen antar kedua negara yang saling berdagang akan menurunkan arus perdagangan sebesar 2,57 persen, cateris paribus. Hal ini mencerminkan bahwa koefisien jarak ekonomi yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa semakin besar PDRB suatu negara maka perdagangan yang dilakukan semakin meningkat, atau bisa dikatakan given share PDRB maka jarak riil akan menjadi hambatan perdagangan. Semakin besar PDRB maka akan memperkuat tarik-menarik dua negara dalam berdagang walaupun jarak secara riil berjauhan. Trade facilitation di kawasan ASEAN+3 pada sektor manufaktur diwakili oleh variabel efisiensi prosedur kepabeanan dan biaya administrasi impor. Variabel Efisiensi dalam prosedur kepabeanan sebagai proksi dari trade facilitation berpengaruh signifikan secara positif terhadap arus perdagangan di ASEAN+3 pada sektor manufaktur. Artinya, semakin tinggi perbaikan efisiensi dalam prosedur kepabeanan maka akan meningkatkan arus perdagangan impor. Setiap peningkatan satu persen efisiensi prosedur kepabeanan akan berakibat pada meningkatkan arus perdagangan impor sebesar 0,873 persen, cateris paribus. Hal ini serupa dengan sektor pertanian mentahbaku, dimana para eksportir lebih memilih prosedur kepabeanan yang efisien untuk mengurangi hambatan yang mereka lalui diluar aturan dan jalur yang sesuai prosedur.