Penilaian persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan HTR
5. Kepatuhan masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tinggi
6. Tingkat proaktif masyarakat yang cukup tinggi 7. Tingkat kepedulian masyarakat yang cukup tinggi
8. Persepsi masyarakat terhadap sebagian besar ketentuan dalam perijianan pembangunan HTR yang cukup baik
9. Motivasi masyarakat untuk mendapatkan legalitas atas lahan mereka yang tinggi
b Kelemahan 1. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
2. Kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap LSM dan pihakmitra dari luar
3. Persepsi masyarakat terhadap ketentuan pewarisan, jenis tanaman HTR yang rendah, pemanfaatan hasil HTR dan proses peijinan HTR
4. Kelembagaan HTR yang belum berfungsi secara optimal di dalam masyarakat
5. Tidak adanya lembaga permodalan yang membantu masyarakat 6. Pengetahuan masyarakat yang rendah dalam pembangunan HTR
Matrik evaluasi faktor internal atau internal factor evaluation IFE dapat
dilihat pada Tabel 55 Dari Tabel 55 diketahui bahwa peubah pada faktor kekuatan yang
mempunyai nilai pengaruh yang sangat besar adalah kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat pemerintahan dan
cukup baik pada instansi kehutanan 0,310. Kepercayaan masyarakat yang tinggi ini menjadi pertanda yang positif karena masyarakat yang kuat hanya
dapat dicapai oleh komunitas yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi Suharto 2007. Kepercayaan ini menjadi modal yang penting karena akan
meningkatkan berbagai tindakan kolektif di dalam masyarakat untuk kemajuan bersama Hasbullah 2006. Sedangkan nilai pengaruh yang terkecil adalah
tingkat kepedulian masyarakat yang cukup baik 0,150. Tingkat kepedulian masyarakat dalam pembangunan HTR dinilai tidak memberikan pengaruh yang
cukup banyak dalam keberhasilan pembangunan HTR.
Tabel 55 Matrik IFE dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI No Faktor
Internal Rata-rata bobot
Rata-rata rating
Nilai Pengaruh
A Kekuatan 1
Karakteristik individu yang cukup baik usia produktif, tingkat kesehatan,
penghasilan 0,080 3,600 0,288
2 Tingkat kepercayaan masyarakat yang
tinggi terhadap tokoh masyarakat, agama, aparat pemerintahan dan cukup
baik pada instansi kehutanan 0,086 3,600 0,310
3 Tingkat partisipasi masyarakat dalam
jaringan sosial yang cukup baik 0,080 3,600 0,288
4 Kepatuhan masyarakat terhadap norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat tinggi
0,056 3,800 0,213 5
Tingkat prokatif masyarakat yang tinggi 0,052
3,000 0,156
6 Tingkat kepedulian masyarakat yang
cukup baik 0,050 3,000 0,150
7 Persepsi masyarakat terhadap
pembangunan HTR yang cukup baik 0,082 3,200 0,262
8 Motivasi masyarakat untuk mendapatkan
legalitas atas lahan mereka yang tinggi 0,082 3,600 0,292
Total 0,568 1,962
B Kelemahan 1
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
0,074 2,600 0,192 2
Kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap LSM dan pihakmitra dari luar
0,060 2,600 0,156 3
Persepsi masyarakat terhadap ketentuan pewarisan, jenis tanaman HTR yang
rendah, pemanfataan hasil HTR dan proses perijinan HTR
0,050 2,600 0,130
4 Kelembagaan HTR yang belum berfungsi
secara optimal di dalam masyarakat 0,104 2,800 0,291
5 Tidak adanya lembaga permodalan yang
membantu masyarakat 0,056 2,600 0,146
6 Pengetahuan masyarakat yang rendah
dalam pembangunan HTR 0,088 2,400 0,211
Total 0,432 1,126
Kecenderungan terhadap faktor internal 1,000 0,836
Faktor kelemahan yang mempunyai nilai pengaruh yang paling besar adalah kelembagaan HTR yang belum berfungsi secara optimal di dalam
masyarakat 0.291. Kelembagaan dalam pembangunan HTR merupakan sebuah prasyarat yang penting dalam keberhasilan pembagunan HTR
Noordwijk et al. 2007. Permasalahan-permasalahan yang sering dijumpai
dalam pembangunan kehutanan di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kurang memadainya kelembagaan dalam pembangunan kehutanan
Kartodihardjo 2007. Sedangkan nilai terendah untuk faktor kelemahan adalah pada persepsi masyarakat terhadap ketentuan pewarisan, jenis tanaman HTR
yang rendah, pemanfataan hasil HTR dan proses perijinan HTR 0.130. Rendahnya persepsi masyarakat ini dikarenakan akumulasi dari pengalaman
mereka dalam memanfaatkan lahan dan mengikuti kegiatan yang terkait dengan perijinan HTR. Persepsi ini dapat ditingkatkan apabila masyarakat diberikan
pengetahuan dan pengalaman untuk mengelola lahan mereka dengan tanaman budidaya kehutanan serta instansi kehutanan terkait dengan perijinan HTR ini
memperbaiki kinerja mereka dalam memproses usulan perijinan HTR dengan mengedepankan dialog dan keterbukaan.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembangunan HTR di kabupaten OKI yang berasal dari luar terdiri dari peluang
dan ancaman. Evaluasi terhadap faktor eksternal juga dilakukan oleh stakeholders seperti pada evaluasi faktor internal.
a Peluang 1. Dukungan kebijakan, dana dan infrastruktur HTR dari instansi terkait
2. Dukungan dari aparat pemerintahan lokal 3. Adanya kegiatan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas
kelembagaan dan teknis masyarakat terkait dengan pembangunan HTR 4. Harga komoditas hasil hutan kayu dan non kayu yang semakin tinggi.
b Ancaman 1. Adanya
free rider dalam proses pembangunan HTR di Kab OKI 2. Kebijakan verifikasi yang membagi areal kawasan hijau dan kawasan
putih 3. Jumlah dan Kemampuan pendamping yang belum memadai
4. Persyaratan perijinan HTR yang masih menyulitkan masyarakat 5. Belum jelasnya pasar kayu yang akan menampung hasil HTR
6. Kegiatan sosialisas, pendampingan dan penyuluhan tentang HTR yang belum menjangkau sampai masyarakat di tingkat tapak
7. Kurangnya koordinasi antar instansi dalam pembangunan HTR