Suku Bangsa Karakteristik Individu Masyarakat di Kawasan Hutan Produksi
Skala penilaian yang diperoleh untuk tingkatan modal sosial pada masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang adalah sebagai berikut:
a Modal sosial masyarakat minimum apabila jumlah skor ≤ 53, dalam konteks
pembangunan hutan tanaman rakyat maka sangat sulit untuk dikembangkan jika dilihat dari modal sosial yang dimiliki.
b Modal sosial masyarakat rendah apabila jumlah skor antara 54 – 71, dalam konteks pembangunan hutan tanaman rakyat maka sulit untuk dikembangkan
jika dilihat dari modal sosial yang dimiliki. c Modal sosial masyarakat sedang apabila jumlah skor antara 72 – 90, dalam
konteks pembangunan hutan tanaman rakyat maka mudah untuk dikembangkan jika dilihat dari modal sosial yang dimiliki.
d Modal sosial masyarakat tinggi apabila jumlah skor ≥ 91, dalam konteks
pembangunan hutan tanaman rakyat maka sangat mudah untuk dikembangkan jika dilihat dari modal sosial yang dimiliki
.
Dari Tabel 32 diketahui bahwa modal sosial masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang berada pada tingkat yang tinggi skor 95,74.
Sebaran tingkat modal sosial responden dapat dilihat dalam Tabel 33. Tabel 33 Sebaran tingkat modal sosial masyarakat Kawasan Hutan Produksi
Terusan Sialang No.
Kategori tingkat kepedulian Selang
Jumlah orang
Persentase 1
2 3
4 Minimum
Rendah Sedang
Tinggi ≤ 53
54 – 71 71 – 90
≥6,5 27
92 22,69
77,31 Jumlah
119 100,00 Sebagaian besar masyarakat memiliki modal sosial pada tingkat yang
tinggi 77,31 dan sebagian lainnya pada tingkat yang sedang 22,69. Dari pola-pola interelasi sosial yang terjadi dalam masyarakat di Kawasan Hutan
Produksi Terusan Sialang tipe modal sosial yang terdapat di dalam masyarakat cenderung sebagai tipe modal sosial yang mengikat
bonding dan bukan tipe yang menjembatani
bridging. Hal ini dapat diamati dari sikap mereka terhadap komunitas lain yang akan masuk kedalam lingkungan komunitas yang cenderung
untuk disikapi sangat berhati-hati. Kelemahan dari modal sosial tipe terikat ini antara lain perbedaan yang kuat antara “orang dalam” dengan “orang luar”, sulit
menerima arus perubahan, kurang akomodatif terhadap pihak luar, mengutamakan kepentingan dan solidaritas kelompok Hasbullah 2006.
Keberadaan modal sosial yang kuat sangat berpengaruh dalam keberhasilan sebuah program pembangunan. Tingginya modal sosial masyarakat
di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang ini menjadi modal yang sangat berharga dalam pembangunan HTR di daerah tersebut. Secara
de facto sebenarnya hutan di dalam Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang telah
terbangun secara swadaya oleh masyarakat dalam bentuk kebun karet. Sehingga program pembangunan HTR dapat dipandang hanya bersifat
melegalkan sekaligus untuk “membagi manfaat” keberadaan hutan tersebut bagi komunitas lain diluar kawasan tersebut. Selain itu tinggi
collective action di kawasan telah menjadi salah satu faktor pendorong bagi kemajuan yang telah
dicapai kawasan tersebut selama ini yang bahkan telah mengalahkan kemajuan desa-desa definitif yang berada di sekitar kawasan tersebut. Hal ini senada
dengan penelitian tentang hubungan modal sosial dan pembangunan hutan rakyat di Sukabumi juga menemukan hubungan yang positif antara tingkat modal
sosial dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan hutan rakyat Rinawati 2012.