EOQ Dalam Menentukan Jumlah kg Puree yang Optimal untuk Diproduksi

43 Kategori C memiliki persentase penyerapan modal sebesar 6,6 strawberi, 5,1 nanas dan 5,0 apel dari total biaya persediaan bahan baku. Berdasarkan klasifikasi tersebut, perusahaan dapat membuat kebijakan persediaan bahan baku sebagai berikut: a. pengembangan sumber dana untuk penerimaan bahan baku kategori A lebih ditingkatkan dibanding bahan baku kategori C b. pengendalian yang lebih ketat diperlukan untuk bahan baku kategori A c. peramalan bahan baku kategori A harus lebih diperhatikan dibanding peramalan bahan baku kategori B dan C Berdasarkan hasil analisis ABC, perusahaan harus mengendalikan persediaan bahan baku yang lebih ketat terhadap bahan baku yang termasuk kategori A, yaitu buah jambu biji merah segar. Hal ini dikarenakan bahan baku dalam kategori tersebut memiliki jumlah pemakaian yang lebih besar dibanding bahan baku dalam kategori B dan C. Selain itu, bahan baku dalam kategori A juga menyerap modal persediaan bahan baku yang lebih besar dibanding bahan baku dalam kategori B dan C. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan analisis ABC terhadap bahan baku pembuatan jus secara periodik terutama jika terjadi perubahan volume produksi dan penambahan jenis persediaan, sehingga manajemen atau pengendalian persediaan tetap terkontrol dengan baik.

4.4.2 Perhitungan EOQ Economic Order Quantity

4.4.2.1 EOQ Dalam Menentukan Jumlah kg Puree yang Optimal untuk Diproduksi

Dalam melakukan perhitungan EOQ untuk menentukan berapa besar jumlah kg puree yang optimal untuk diproduksi dari buah segar, terdapat beberapa aspek yang menjadi bagian dari formulasi tersebut. Total permintaan D merupakan besar permintaan atau kebutuhan puree yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah jus buah liter. Data ini diolah berdasarkan data volume produksi jus pada 2009 dan 2010 yang diperoleh dari Departemen Produksi. Volume jus dalam liter dikonversi ke kg puree yang diperlukan untuk proses produksi. Sedangkan biaya pemesanan S merupakan biaya pengadaan puree per periode produksi dan biaya set up tetap. Biaya penyimpanan H dalam rupiah per unit per tahun merupakan biaya penyimpanan setiap kali produksi puree dalam setahun pada 2009 dan 2010. Jumlah permintaan terhadap puree untuk menghasilkan jus buah kg, besarnya biaya pemesanan Rp dan biaya penyimpanan Rpunitthn pada PT Amanah Prima Indonesia selama tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Permintaan terhadap puree, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan periode 2009- 2010 Jenis puree Tahun Permintaan terhadap puree kg Biaya Pemesanan Rp Biaya Penyimpanan Rpunitthn Apel 2009 3.538 480.000 3.225.056 2010 6.386 480.000 3.227.101 Jambu 2009 54.856 480.000 3.222.836 2010 88.991 480.000 3.222.837 44 Tabel 27. Permintaan terhadap puree, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan periode 2009- 2010 lanjutan Jenis puree Tahun Permintaan terhadap puree kg Biaya Pemesanan Rp Biaya Penyimpanan Rpunitthn Nanas 2009 4.892 480.000 3.223.168 2010 9.325 480.000 3.223.205 Sirsak 2009 25.092 480.000 3.223.525 2010 19.963 480.000 3.223.500 Strawberi 2009 2.348 480.000 3.224.555 2010 2.969 480.000 3.224.536 Ket: Data diolah berdasarkan kebutuhan puree untuk produksi jus liter Berdasarkan data pada Tabel 27, dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui kuantitas kebutuhan puree yang optimal dengan menggunakan rumus pada persamaan 1. Hasil perhitungan EOQ untuk puree dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Jumlah kg dan frekuensi pengadaanproduksi puree yang optimal menurut metode EOQ pada 2009 dan 2010 Jenis puree Tahun Jumlah Puree Optimal kg Frekuensi PengadaanProduksi Apel 2009 32 109 2010 44 147 Jambu 2009 128 429 2010 163 547 Nanas 2009 38 128 2010 53 177 Sirsak 2009 86 290 2010 77 259 Strawberi 2009 26 89 2010 30 100 Ket: data diolah

4.4.2.2 EOQ untuk Menentukan Kuantitas Pembelian Buah Segar yang Optimal