25
4.3 KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU
Pengendalian persediaan bahan baku merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi berlangsungnya kelancaran suatu produksi. Pengendalian persediaan bahan baku pada
produk minuman jus merupakan salah satu sistem yang dapat menjamin kelancaran ketersediaan bahan baku, sehingga proses produksi pun berjalan lancar. Tujuan lain dari sistem pengendalian
bahan baku adalah untuk meminimumkan biaya persediaan bahan baku. PT Amanah Prima Indonesia merupakan perusahaan yang menjalankan proses
produksinya dengan menggunakan bahan baku bersifat mudah rusak dan ketersediaannya juga berdasarkan kondisi musim. Untuk itu, pengelolaan persediaan bahan baku perlu dilakukan
dengan baik dan terpadu oleh perusahaan untuk mendukung aktivitas produksi dan untuk mencapai tingkat efektifitas pengadaan bahan baku yang tinggi.
4.3.1 Kuantitas dan Frekuensi Pemesanan Bahan Baku Buah Segar
Dalam menentukan jumlah bahan baku yang akan dipesan, PT Amanah Prima Indonesia melakukan perhitungan jumlah kebutuhan baku sesuai dengan target produksi berdasarkan
permintaan konsumen. Perhitungan besarnya jumlah bahan baku yang akan dipesan dilakukan berdasarkan MRS BOM yang berisi jumlah dan jenis bahan baku yang diperlukan untuk
melakukan proses produksi. Selanjutnya, Departemen Purchasing melakukan pemesanan bahan baku langsung ke supplier, dengan sebelumnya melakukan pengecekan persediaan bahan baku
di gudang. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya jumlah bahan baku yang dipesan, ditentukan oleh besarnya kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi, jumlah persediaan
yang ada di gudang dan rencana produksi. Manajemen yang tepat dalam menentukan jumlah pemesanan bahan baku merupakan hal
yang sangat penting untuk dilakukan oleh perusahaan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan bahan baku di gudang. Jika perusahaan melakukan
pemesanan buah dalam jumlah kg yang besar dengan frekuensi pemesanan rendah, dan terjadi kelebihan persediaan, maka kondisi yang terjadi adalah perusahaan akan mengeluarkan biaya
menahan persediaan yang tinggi meskipun biaya pemesanannya rendah. Sebaliknya, jika perusahaan melakukan pemesanan buah dalam jumlah kg yang kecil dengan frekuensi
pemesanan tinggi, maka kondisi yang terjadi adalah perusahaan akan mengeluarkan biaya pemesanan yang tinggi meskipun biaya menahan persediaannya rendah. Frekuensi dan rata-rata
jumlah per pesan untuk setiap jenis buah segar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Frekuensi pemesanan buah segar
Jenis Frekuensi Rata-Rata Jumlah per Pesan
kg Apel 46
220,3 Jambu
194 906,3
Nanas 34 532,4
Sirsak 83 624,4
Strawberi 24 235,6
Total 381 2.519
Ket: Data diolah berdasarkan data selama 2 tahun 2009-2010
26 Berdasarkan Tabel 4 tersebut, dalam dua tahun, frekuensi pemesanan bahan baku apel
sebanyak 46 kali, jambu biji merah sebanyak 194 kali, nanas sebanyak 34 kali, sirsak sebanyak 83 kali dan strawberi sebanyak 24 kali. Frekuensi pemesanan terbanyak dilakukan untuk bahan
baku jambu biji merah karena kebutuhannya yang sangat tinggi. Rata-rata jumlah per pesan untuk masing-masing bahan baku: apel sebesar 220,3 kg,
jambu biji merah sebesar 906,3 kg, nanas sebesar 532,4 kg, sirsak sebesar 624,4 kg, dan strawberi sebesar 235,6 kg.
4.3.2 Waktu Tunggu Pengadaan Bahan Baku Buah Segar