Apel Jambu biji merah Nanas Sirsak

48 Waktu MI 262 Lead time 2 hari Penggunaan selama lead time EOQ 231 ROP 51 SS 31 Unit kg Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 33, dapat dilihat hubungan antara nilai EOQ, Safety Stock, Reorder Point dan Maximum Inventory untuk masing-masing buah segar pada PT Amanah Prima Indonesia sebagai berikut:

4.4.5.1 Tahun 2009

a. Apel

Berdasarkan hasil analisis, perusahaan harus melakukan pembelian buah apel pada saat persediaan apel sebesar 51 kg. Saat apel segar yang dipesan akhirnya diterima di tempat penyimpanan dengan lead time dua hari, persediaan masih tersisa 31 kg. Untuk menghindari terjadinya kelebihan persediaan, perusahaan harus melakukan pembelian sebesar 231 kg, sehingga tidak melebihi nilai maximum inventory yaitu sebesar 262 kg. Uraian digambarkan dalam grafik pada Gambar 9. Gambar 9. Kondisi persediaan apel menurut EOQ pada 2009

b. Jambu biji merah

Berdasarkan hasil analisis, perusahaan harus melakukan pembelian buah jambu biji segar pada saat persediaan sebesar 991 kg. Saat bahan baku jambu segar yang dipesan akhirnya diterima di tempat penyimpanan dengan lead time satu hari, persediaan masih tersisa 781 kg. Untuk menghindari terjadinya kelebihan persediaan, perusahaan harus melakukan pembelian sebesar 964 kg, sehingga tidak melebihi nilai maximum inventory yaitu sebesar 1.745 kg. Uraian digambarkan dalam grafik pada Gambar 10. 49 Waktu MI 1.795 Lead time 1 hari Penggunaan selama lead time EOQ 1.014 ROP 991 SS 781 Unit kg Waktu MI 373 Lead time 2 hari Penggunaan selama lead time EOQ 295 ROP 115 SS 78 Unit kg Gambar 10. Kondisi persediaan jambu biji menurut EOQ pada 2009

c. Nanas

Hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan harus melakukan pembelian nanas segar pada saat persediaan sebesar 115 kg. Saat nanas segar yang dipesan akhirnya diterima di tempat penyimpanan dengan lead time dua hari, persediaan masih tersisa 78 kg. Untuk menghindari terjadinya kelebihan persediaan, perusahaan harus melakukan pembelian sebesar 295 kg, sehingga tidak melebihi nilai maximum inventory yaitu sebesar 373 kg. Uraian digambarkan dalam grafik pada Gambar 11. Gambar 11. Kondisi persediaan nanas menurut EOQ pada 2009

d. Sirsak

Berdasarkan hasil analisis, perusahaan harus melakukan pembelian sirsak segar pada saat persediaan sebesar 562 kg. Saat sirsak segar yang dipesan akhirnya diterima di tempat penyimpanan dengan lead time dua hari, persediaan masih tersisa 391 kg. Untuk menghindari terjadinya kelebihan persediaan, perusahaan harus melakukan pembelian sebesar 633 kg, 50 Waktu MI 1.024 Lead time 2 hari Penggunaan selama lead time EOQ 633 ROP 562 SS 391 Unit kg Waktu MI 217 Lead time 3 hari Penggunaan selama lead time EOQ 186 ROP 55 SS 31 Unit kg sehingga tidak melebihi nilai maximum inventory yaitu sebesar 1.024 kg. Uraian digambarkan dalam grafik pada Gambar 12. Gambar 12. Kondisi persediaan sirsak menurut EOQ pada 2009 e. Strawberi Hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan harus melakukan pembelian strawberi segar pada saat persediaan sebesar 55 kg. Saat strawberi segar yang dipesan akhirnya diterima di tempat penyimpanan dengan lead time tiga hari, persediaan masih tersisa 31 kg. Untuk menghindari terjadinya kelebihan persediaan, perusahaan harus melakukan pembelian sebesar 186 kg, sehingga tidak melebihi nilai maximum inventory yaitu sebesar 217 kg. Uraian digambarkan dalam grafik pada Gambar 13. Gambar 13. Kondisi persediaan strawberi menurut EOQ pada 2009 51 Waktu MI 369 Lead time 2 hari Penggunaan selama lead time EOQ 311 ROP 99 SS 58 Unit kg Waktu MI 2.128 Lead time 1 hari Penggunaan selama lead time EOQ 1.227 ROP 1.204 SS 901 Unit kg

4.4.5.2 Tahun 2010

a. Apel