42
4.4.1 Analisis ABC
Analisis ABC pertama kali diperkenalkan oleh HF Dickie pada 1950-an Herjanto, 2007. Model analisis ABC digunakan untuk melakukan klasifikasi persediaan dalam kategori
berdasarkan tingkat kepentingannya. Persediaan akan dikategorikan dalam tiga kategori yaitu A, B dan C dengan basis volume penggunaan biaya persediaan dalam setahun.
Bahan baku berupa buah segar yang digunakan dalam kegiatan produksi perusahaan sangat beragam jenisnya. Jumlah persediaan masing-masing bahan baku buah segar tersebut
sangat banyak. Analisis ABC digunakan untuk mengetahui jenis buah segar yang perlu mendapat prioritas. Analisis ABC merupakan alat yang sangat berguna untuk menentukan jenis
persediaan bahan baku buah segar yang penting untuk dikendalikan berdasarkan kriteria tertentu yang dianggap penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan setiap unit persediaan bahan baku
merupakan modal dalam proses produksi. Analisis ini dilakukan dengan mengalikan jumlah persediaan yang digunakan dalam satu tahun dengan harga per unit persediaan.
Bahan baku yang digunakan untuk analisis sebanyak lima jenis buah segar yaitu jambu biji merah, apel, sirsak, nanas dan strawberi. Pada model analisis ABC, bahan baku tersebut
akan dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu kategori A sangat penting, kategori B penting dan kategori C kurang penting. Setiap kategori tersebut memiliki porsi penyerapan
modal dan jumlah bahan baku yang berbeda-beda. Basis yang digunakan untuk menghitung penggunaan biaya jenis persediaan tertentu
adalah jumlah unit kebutuhan persediaan per tahun dikalikan dengan biaya per unit. Kategori persediaan A adalah persediaan yang berjumlah sekitar 15 dari jumlah total persediaan, namun
menghabiskan sekitar 60-80 dari total biaya persediaan dalam setahun. Kategori B adalah persediaan dengan jumlah sekitar 35 dari jumlah total persediaan, namun menghabiskan biaya
sekitar 15-25 dari total biaya persediaan. Sedangkan kategori C adalah persediaan dengan jumlah sekitar 50 dari total persediaan dan menghabiskan biaya sekitar 5-10 dari total biaya
persediaan per tahun. Klasifikasi bahan baku berupa buah segar dengan analisis ABC dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Klasifikasi bahan baku dengan analisis ABC Jenis Buah
Harga per unit
Rpkg Volume
Kebutuhan Persediaan
kg Nilai Rp
Penyerapan Modal
Kelas Jambu 3.532,10
103.958 367.190.052 64,3 A
Sirsak 4.616,20 23.554
108.729.975 19,0 B Strawberi 12.291,70 3.041
37.379.060 6,6
C Nanas 2.429,20
12.040 29.247.568 5,1
Apel 4.118,20 6.871
28.296.152 5,0
Ket: Data diolah berdasarkan data kebutuhan bahan baku 2010
Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat bahwa bahan baku yang termasuk dalam kategori A adalah jambu. Kategori A memiliki persentase penyerapan modal sebesar 64,3 atau sejumlah
Rp 367.190.052,00 dari total biaya persediaan. Bahan baku yang termasuk dalam kategori B adalah sirsak. Bahan baku pada kategori B ini memiliki persentase penyerapan modal sebesar
19,0 atau sejumlah Rp 367.190.052,00 dari jumlah total biaya persediaan bahan baku. Sedangkan bahan baku yang termasuk dalam kategori C adalah strawberi, nanas dan apel.
43 Kategori C memiliki persentase penyerapan modal sebesar 6,6 strawberi, 5,1 nanas dan
5,0 apel dari total biaya persediaan bahan baku. Berdasarkan klasifikasi tersebut, perusahaan dapat membuat kebijakan persediaan bahan
baku sebagai berikut: a.
pengembangan sumber dana untuk penerimaan bahan baku kategori A lebih ditingkatkan dibanding bahan baku kategori C
b. pengendalian yang lebih ketat diperlukan untuk bahan baku kategori A
c. peramalan bahan baku kategori A harus lebih diperhatikan dibanding peramalan bahan
baku kategori B dan C Berdasarkan hasil analisis ABC, perusahaan harus mengendalikan persediaan bahan baku
yang lebih ketat terhadap bahan baku yang termasuk kategori A, yaitu buah jambu biji merah segar. Hal ini dikarenakan bahan baku dalam kategori tersebut memiliki jumlah pemakaian yang
lebih besar dibanding bahan baku dalam kategori B dan C. Selain itu, bahan baku dalam kategori A juga menyerap modal persediaan bahan baku yang lebih besar dibanding bahan baku dalam
kategori B dan C. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan analisis ABC terhadap bahan baku pembuatan jus secara periodik terutama jika terjadi perubahan volume produksi dan
penambahan jenis persediaan, sehingga manajemen atau pengendalian persediaan tetap terkontrol dengan baik.
4.4.2 Perhitungan EOQ Economic Order Quantity