Metode Kajian Pengembangan peran unit pelaksana teknis (UPT) pelatihan dan pengembangan dalam pemberdayaan industri kecil dan menengah di Provinsi Riau

kualitatif yang dijadikan pedoman dalam menganalisa data hasil penelitian sebagai berikut ; 1. Reduksi data; data yang diperoleh di lapangan dicatat secara lengkap dan rinci. Data tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok dan difokuskan sesuai tujuan penelitian. Hasil dari reduksi data ini adalah tersusunnya data secara sistimatis yang memberi gambaran lebih tajam tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperlukan. 2. Penyajian data; untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian maka perlu display data, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel, gambar, matrik, network dan chart. Dalam tahap ini data hasil wawancara diuraikan secara rinci dan selanjutnya ditampilkan tabel untuk memudahkan membaca hasil penelitian sesuai dengan pertanyaaan penelitian. 3. Penarikan dan verifikasi; yaitu upaya mencari pola, model, tema, hubungan dan persamaan serta hal-hal yang sering muncul, sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Data hasil penelitian dianalisis berdasarkan kerangka pemikiran yang telah ditetapkan, untuk kemudian dilihat hubungan dan persamaan dari implikasi teoritiknya, sehingga diperoleh suatu kesimpulan jawaban penelitian. Dengan metode di atas, pengkaji berupaya untuk mengeksplorasi kegiatan yang dilaksanakan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan dalam meningkatkan kapasitas pengembangan IKM di Provinsi Riau.

3.4 Metode Perencanaan Program

Metode perencanaan program dalam kajian ini menggunakan metode SWOT, dengan mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistimatis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimaklkan kekuatan Strenght dan peluang Opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weakness dan ancaman Threat. Proses pengembilan keputusan strategis selalu berkaitan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian perencana strategis strategic planner harus menganalisa faktor-faktor strategis organisasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisa SWOT. Penelitian menunjukan bahawa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal . Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalan analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strenght dan Weakness serta lingkungan external Opportunities dan Threats yang dihadapi organisasi. Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang opportunities dan Ancaman threats dengan faktor internal Kekuatan strenght dan Kelemahan weakness.

3.4.1 Analisis faktor Internal dan Eksternal

Penyusunan IFAS Internal Factors Analysis Summary dan EFAS External Factor Analysis Summary, adalah sebagai dasar untuk penyusunan Matrik Internal Eksternal IE Matrik UPT Pelatihan dan Pengembangan Dinas Perindustrian dan perdagangan Provinsi Riau. Dari hasil penyusunan Matrik Internal dan Eksternal ini dapat disusun Strategi pengembangan UPT pelatihan dan Pengembangan. IFAS merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk menganalisis seberapa baik manajemen suatu organisasi merespon terhadap faktor-faktor penting internal yang bardampak terhadap kelangsungan organisasi. Tahapan penyusunan IFAS adalah sebagai berikut: 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan UPT Pelatihan dan Pengembangan yang telah dianalisis sebelumnya dan masukkan kedalam kolom 1. 2. Berikan bobot pada masing-masing faktor yang terdapat pada kolom1 tersebut dengan skala mulai 1,0 sangat penting hingga 0,0 tidak penting berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis UPT Pelatihan dan Pengembangan saat ini. Jumlah seluruh bobot pada kolom 2 tidak melebihi nilai total 1,00. 3. Berikan rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor yang terdapat pada kolom 1 dengan memberikan skala mulai dari 4 above average hingga 1 poor, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi UPT Pelatihan dan Pengembangan. - Untuk faktor-faktor kekuatan UPT Pelatihan dan Pengembangan , diberi nilai dari 1 hingga 4 sangat tinggi. - Untuk faktor-faktor kelemahan UPT Pelatihan dan Pengembangan, diberi nilai dari 1 hingga 4 sangat tinggi. 4. Kolom 4 weighted score marupakan perkalian kolom 2 weight dan kolom 3 rating. Jumlahkan nilai pambobotan pada kolom 4, untuk mamperoleh total nilai pembobotan bagi UPT Pelatihan dan Pengembangan. Nilai pembobotan total ini menunjukkan bagaimana UPT Pelatihan dan Pengembangan bereaksi terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahannya atau faktor-faktor lingkungan internalnya Untuk penyusunan matrik EFAS juga hampir sama dengan penyusunan matrik IFAS hanya saja faktor yang dinilai berbeda yaitu faktor Eksternal peluang opportunities dan ancaman threat UPT Pelatihan dan Pengembangan.

IV. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

4.1 Kondisi Umum IKM di Provinsi Riau

Luas Wilayah Provinsi Riau 107.932,71 KM, terdiri dari daratan 80,11 dan LautanPerairan 19,89 , dengan Administrasi Pemerintahan Sepuluh Kabupaten dan Dua Kota dengan 151 Kecamatan dan 1.609 DesaKelurahan. Bappeda Prov Riau 2007 Penduduk Provinsi Riau berjumlah 5.070.952 Jiwa dengan Pertumbuhan Penduduk sebesar 5,23 dan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,25 . Tabel 2. Jumlah Unit Usaha,Tenaga Kerja,Nilai Investasi dan Nilai Produksi IKM di Provinsi Riau menurut KabupatenKota , 2007 No. KabKota Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi 000 Nilai Produksi 000 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. Kab. Kuansing Kab. Inhu Kab. Inhil Kab. Pelalawan Kab. Siak Kab. Kampar Kab. Rokan Hulu Kab. Bengkalis Kab. Rokan Hilir Kota Pekanbaru Kota Dumai 331 121 278 517 464 312 426 316 564 716 1.069 1.151 534 1.556 3.616 2.078 1.515 1.931 2.671 4.177 57.423 3.155 7.021.005 4.067.000 5.905.202 37.715.364 342.189.736 57.175.000 17.074.872 7.408.525 215.525.013 82.211.912 1.309.881.270 226.332.075 9.811.410 23.604.750 41.717.641 56.569.725 136.097.428 35.517.726 11.748.500 138.220.800 627.274.962 95.415.185 J u m l a h 5.114 79.807 2.086.174.899 1.402.250.210 Tahun 2007 jumlah IKM di Provinsi Riau sebanyak 5.114 unit usaha dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 79.807 orang, dengan Investasi sebesar 2.096.174.889 ribu Rupiah, dengan Jenis Industri dan sebaran Unit Usaha di 11 KabupatenKota di Provinsi Riau. Dengan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 79.807 orang belum termasuk tenaga kerja tidak langsung maka peran IKM dalam menggerakkan roda perekonomian daerah ini sangat besar. Untuk mengembangkan potensi ekonomi ini diharapkan UPT Pelatihan dan