Pengembangan Kapasitas Pengembangan peran unit pelaksana teknis (UPT) pelatihan dan pengembangan dalam pemberdayaan industri kecil dan menengah di Provinsi Riau

sinergitas pelaku dan kelembagaan. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengembangan kapasitas menurut Saharuddin 2000 adalah mencakup pengembangan kapasitas institusi dan kapasitas sumber daya manusia. Pengembangan kapasitas masyarakat menurut Maskun 1999 merupakan suatu pendekatan pembangunan yang berbasis pada kekuatan-kekuatan dari bawah yang nyata. Kekuatan-kekuatan itu adalah kekuatan sumber daya alam, sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia sehingga menjadi suatu local capacity . Kapasitas lokal yang dimaksud kapasitas pemerintah daerah, kapasitas kelem,bagaan swasta dan kapasitas masyarakat desa terutama dalam bentuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan pengembangan potensi alam ekonomi setempat. Dalam kontek seperti itu otonomi dan pembangunan masyarakat oleh masyarakat adalah suatu konsep yang sejalan. Karena itu kebutuhan penting disini adalah bagaimanan mengembangkan kapasitas masyarakat, yang mencakup kapasitas institusi dan kapasitas sumber daya manusia. Dalam kontek ini pemerintah memiliki fungsi menciptakan strategi kebijakan sebagai landasan organisasi lokal untuk mengembangkan kreativitasnya. Dalam pengertian lain pemerintah pusat mengembang fungsi stering mengarahkan, sedangkan “lokal” mengemban fungsi rowing menjalankan. Analog dengan pengertian bahwa pemerintah daerah mengambil kebijakan strategis didaerah agar masyarakat mampu mengembangkan kapasitasnya self help. Dalam meningkatkan dan mengembangkan kapaitas IKM dalam arti kelembagaan masyarakat yang sebenarnya tidak terlalu lemah atau miskin akan tetapi menghadapi kemampuan dan daya saing yang rendah menurut Sinambela 1999 ada beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi yaitu; 1 kesulitan permodalan; 2 kesulitan pemasaran; 3 kesulitan pengadaan bahan baku; 4 penggunaan teknologi; 5 mesin-mesin dan peralatan; 6 produk tidak berorientasi pasar; 7 wawasan sempit dengen berorientasi masa lalu dan sekarang; 8 manajemen tidak memadai; 9 kurang mampu melihat dan memanfaatkan peluang; 10 tidak mengetahui informasi yang diperlukan; 11 kurangnya penguasaan jaringan. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan IKM , maka peran UPT Pelatihan dan Pengembangan sebagai wadah dalam pembinaan IKM tidak terlepas pada permasalahan yang dihadapi oleh IKM sehingga strategi program pemberdayaan dan peningkatan kapasitas IKM oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan dapat difokuskan kearah permasalahan tersebut.

2.7 Strategi Pemberdayaan IKM

Menurut Kuncoro 2007 strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam bebarapa aspek utama berikut ini: 1. Aspek manajerial yang meliputi peningkatan produktivitasomsettingkat utilasitingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia 2. Aspek permodalan yang meliputi:bantuan modal penyisihan 1-5 keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20 dari porfolio kredit bank dan kemudahan kredit KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit MiniMidi, KKU 3. Mengembangkan program kemitraan dengan udsaha besar baik lewat sistim Bapak-Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu hilir forward linkage, keterkaitan hilir hulu backward linkage, model ventura, ataupun sub kontrak. 4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK Pemukiman Industri Kecil yang didukung oleh UPT Unit Pelayanan Teknis dan TPI Tenaga Penyuluh Industri. 5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB Kelompok Usaha Bersama, KOPINKRA Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan.

III. METODE KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Berdasar dari tinjauan pustaka pada bab terdahulu, dapat dibuat suatu kerangka pikir berupa hipotesa pengarah dalam melakukan kajian ini. Hipotesa pengarah dalam hal ini tidak berarti harus diuji kebenarannya tetapi merupakan arahan bekerja dilapangan dan disaat menganalisa data hasil lapangan. Ini berarti kemungkinan temuan baru di lapangan karena kajian ini menggunakan metode kualitatif dapat saja tidak tergambar dalam kerangka pikir tetapi bisa berupa sebagai penemuan baru atau juga hasil kajian bisa memperkuat kerangka pikir yang sudah dibuat. Dalam kerangka pikir gambar1 tersebut menunjukan bahwa untuk mewujudkan UPT Pelatihan sebagai pusat pelatihan industri dan perdagangan yang handal dan profesional dihadapkan permasalahan antara lain tidak adanya tenaga teknis pada setiap work shop, rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelola, peralatan work shop yang tidak memadai, lemahnya perencanaan pelatihan, belum mempunyai silabus pelatihan dan magang. Dengan kondisi tersebut maka pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak sejalan dengan kebutuhan IKM. Untuk mencapai fungsi dan tujuan UPT Pelatihan dan pengembangan terdapat dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dengan diketahuinya kedua faktor tersebut maka solusi peningkatan pemberdayaaan IKM dapat diatasi. Dalam kapasitas UPT Pelatihan dan Pengembangan sebagai sarana meningkatkan sumber daya manusia IKM diharapkan mampu menyusun strategi pemberdayaan melalui pelatihan, magang, pendamping usaha, fasilitasi permodalan dan pemasaran. Dengan dihadapkan kondisi IKM saat ini yang sebahagian besar memiliki kesulitan permodalan, lemahnya pemasaran, kesulitan bahan baku, lemahnya penguasaan baha baku, lemahnya penguasaan teknologi, minimnya peralatan, kurang berorientasi pasar dan masa depan serta lemahnya manajemen dan jaringan. Melalui penguatan kelembagaan UPT maka strategi program pemberdayaan dan peningkatan kapasitas IKM akan memenuhian kebutuhan nyata IKM.