Kondisi Umum IKM di Provinsi Riau
Pengembangan mampu memfasilitasi kebutuhan pengembangan IKM baik dari segi Teknis,SDM, Manajemen maupun keuangan.
Tabel 3. Jumlah Unit Usaha,Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai Produksi IKM Propinsi Riau per jenis Industri, 2007
No. Jenis Industri
Unit Usaha
Tenaga Kerja
Orang Nilai Investasi
000 Nilai Produksi
000 1.
2. 3.
4. 5.
Pangan Sandang
Kimia dan barang
bangunan Logam dan
elektronika Kerajinan
1.341 392
2.166
991 224
7.700 1.438
65.231
4.628 810
1.313.220.061 104.000.906
408.092.639
255.980.513 4.880.780
518.596.146 52.359.955
554.776.974
235.012.655 41.504.480
J u m l a h 5.114
79.807 2.086.174.899
1.402.250.010
Setiap KabupatenKota di Provinsi Riau mempunyai Stuktur Organisasi Tata Kerja tersendiri dan Dinas perindustrian dan Perdagangan ada pada setiap
KabupatenKota tersebut. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Riau No.7 tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah
dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau dan Peraturan Gubernur Riau No.38 tahun 2009 tentang Uraian Tugas Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Riau adalah merupakan salah satu perangkat daerah yang bertanggung jawab dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui
penumbuhan, pembinaan dan pengembangan sektor industri dan perdagangan. Usaha-usaha yang dilakukan antara lain dengan menyusun dan melaksanakan
program kerja pembangunan industri dan perdagangan serta memberikan pelayanan teknis dengan melaksanakan berbagai pelatihan dibidang industri dan
perdagangan. Salah satu dari fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau tersebut diwujudkan melalui Unit Pelayanan Teknis UPT
Pelatihan dan Pengembangan Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan pengembangan industri dan
perdagangan, dengan tugas pokoknya menyelenggarakan urusan pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan pelatihan dibidang perindustrian dan
perdagangan. UPT Pelatihan dan Pengembangan Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau merupakan suatu lembaga pelatihan dan wadah pelayanan dan
pembinaan Industri Kecil dan Dagang Kecil Menengah yang dibutuhkan dalam meningkatan dan mengembangan sumber daya manusia SDM IKM . Melalui
SDM yang handal akan dapat menumbuhkan dan mengembangkan sektor industri dan perdagangan yang akan memacu pertumbuhan perekonomian Provinsi Riau.
Dapat dikatakan bahwa UPT Pelatihan dan Pengembangan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM terampil yang dibutuhkan oleh IKM di Provinsi Riau.
UPT Pelatihan dan Pengembangan ini merupakan satu-satunya Lembaga Pemerintah yang membidangi Pelatihan dan Pengembangan Industri di Provinsi
Riau. Hasil
wawancara dengan staff UPT Pelatihan dan pengelola workshop diketahui bahwa terdapat 6 bidang usaha yaitu makanan dan minuman,
perbengkelan, pertenunan, kerajinan kayu, konveksi dan border. Setiap unit usaha ini mempunyai kelemahan dalam menjalankan aktivitas usahanya, akan tetapi
mempunyai peluang untuk dikembangkan. dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi kondisi IKM Riau serta Kebutuhan Pengembangannya
No Bidang Usaha
Unit Usaha
Identifikasi kondisi IKM
Presentase Kebutuhan Pengembangan
IKM 1
2 3
4 5
6 Makanan
Minuman Perbengkelan
Pertenunan Kerajian Kayu
Konveksi Bordir
35 12
8 5
2 3
1. Terbatasnya permodalan
2. Terbatasnya jaringan
Pemasaran 3. Peralatan
sederhana 4. Tidak
berorientasi Pasar
5. Manajemen usaha kurang
memadai 6. Kurang
mampu melihat
peluang 7. Informasi
usaha sangat kurang
100 80
85 90
90
90 100
1. Penambahan modal kerja yang cukup dan
memadai bagi usaha 2. Penguatan jaringan
pemasaran yang luas 3. Ketersediaan peralatan
usaha yang cukup dengan
penguasaan teknologi 4. Kemampuan melihat
peluang dan pengembangan usaha
5. Kemampuan menguasai informasi , teknologi
produk dan pasar 6. Kemampuan
mengembangkan usaha 7. Kemampuan untuk
mandiri dengan kekuatan sendiri
65
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa kondisi IKM di Provinsi Riau masih memerlukan pengembangan kegiatan dalam bentuk pemberdayaan, peran
UPT Pelatihan dan pengembangan masih diperlukan dalam pemberdayaan IKM, baik dalam bentuk penguatan kelembagaan komunitas maupun usaha serta
pendampingan kegiatan usaha. Fokus pemberdayaan yang dilakukan oleh UPT pelatihan dan pengembangan adalah melalui penguatan modal usaha unit usaha
melalui asistensi manajemen usaha dan kredit usaha berbunga rendah, pengutan jaringan usaha kerja melalui pendampingan dan advokasi melalui kegiatan
konsultasi dan promosi usaha, pengadaan sarana peralatan usaha serta training untuk penggunaannya, melakukan pendampingan dalam pemasaran hasil dan
peningkatan performance produk usaha serta melakukan kegiatan konsultansi usaha secara terus menerus melalui peningkatan partisipasi anggota IKM dalam
kelembagaan komunitas IKM dalam kegiatan klinik konsultansi usaha. Hasil wawancara dengan staff UPT Pelatihan dan Pengembangan serta
pengelola workshop diketahui bahwa perkembangan IKM yang telah dan akan mendapat pendampingan dari UPT Pelatihan dan Pengembangan juga dapat
diketahui bahwa pelatihan dan pendampingan yang telah dilakukan oleh UPT pelatihan dan pengembangan telah membawa perkembangan yang cukup baik
bagi perkembangan usaha maupun kelembagaan IKM. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi Kondisi dan Kebutuhan IKM Terhadap UPT Pelatihan dan Pengembangan
Bidang Usaha Kondisi Awal Pra Pelatihan
dan Pendampingan Kondisi Akhir Pasca
Pelatihan dan Pendampingan
Kebutuhan IKM TerhadapUPT Pelatihan dan
Pengembangan 1
2 3
4 Makanan dan Minuman 1. Jaringan akses
permodalan terbatas 2. Jaringan pemasaran
terbatas 3. Informasi pengembangan
usaha dan peluang usaha terbatas
1. Akses terhadap sumber permodalan terbuka, yaitu
dengan PT. PER 2. Jaringan Pemasaran
terbuka melalui pendampingan dan
konsultasi Usaha. 3. Akses terhadap informasi
usaha dan peluang usaha terbuka
1. Pelatihan manajemen keuangan dan perusahaan
2. Pendampingan, promosi, bar code dan advokasi
pada investor dan pasar terbuka
3. Pembuatan, pelaksanaan dan pendampingan klinik
konsultasi usaha Perbengkelan
1. Jaringan akses permodalan terbatas
2. Peralatan sederhana 3. Manajemen Usaha
kurang memadai 1. Akses terhadap sumber
permodalan terbuka, yaitu dengan PT. PER
2. Pengadaan dan penggunaan peralatan
1. Pelatihan manajemen keuangan dan perusahaan.
2. Pengadaan peralatan serta magang usaha dan
penggunaan peralatan
1 2
3 4
4. Informasi pengembangan usaha dan peluang usaha
terbatas telah memadai
3. Manajemen usaha
semakin baik 4. Akses terhadap usaha dan
peluang usaha terbuka 3. Pelatihan manajemen
usaha. 4. Pembuatan,
pelaksanaan dan pendampingan klinik
konsultasi usaha Pertenunan
1. Jaringan akses
permodalan terbatas 2. Peralatan sederhana
3. Tidak berorientas pasar 4. Manajemen
Usaha kurang memadai
5. Informasi pengembangan usaha dan peluang usaha
terbatas 1. Akses terhadap sumber
permodalan terbuka, yaitu dengan PT. PER
2. Pengadaan dan
penggunaan peralatan
telah memadai 3. Produk yang duhasilkan
telah berorientasi pasar 4. Manajemen usaha semakin
baik 5. Akses terhadap usaha dan
peluang usaha terbuka 1. Pelatihan
manajemen keuangan dan perusahaan.
2. Pengadaan peralatan serta magang
usaha dan
penggunaan peralatan 3. Pelatihan
teknis pertenunan, motif tenun
dan peningkatan kualitas hasil tenunan
4. Pelatihan manajemen
usaha. 5. Pembuatan,
pelaksanaan dan pendampingan klinik
konsultasi usaha Kerajinan Kayu
1. Jaringan akses
permodalan terbatas 2. Terbatasnya
jaringan pemasaran
3. Tidak berorientas pasar 4. Manajemen
Usaha kurang memadai
5. Informasi pengembangan usaha dan peluang usaha
terbatas 1. Akses terhadap sumber
permodalan terbuka, yaitu dengan PT. PER
2. Jaringan Pemasaran
terbuka melalui
pendampingan dan
konsultasi Usaha 3. Produk yang duhasilkan
telah berorientasi pasar 4. Manajemen usaha semakin
baik 5. Akses terhadap usaha dan
peluang usaha terbuka 1. Pelatihan
manajemen keuangan dan perusahaan.
2. Pendampingan, promosi
dan advokasi pada investor dan pasar terbuka
3. Pelatihan teknis kerajinan kayu
dan peningkatan
mutu olahan kayu 4. Pelatihan
manajemen usaha.
5. Pembuatan, pelaksanaan
dan pendampingan klinik konsultasi usaha
Konveksi 1. Jaringan akses
permodalan terbatas 2. Peralatan sederhana
3. Tidak berorientas pasar 4. Manajemen Usaha
kurang memadai 5. Informasi pengembangan
usaha dan peluang usaha terbatas
1. Akses terhadap sumber permodalan terbuka, yaitu
dengan PT. PER 2. Pengadaan dan
penggunaan peralatan telah memadai
3. Produk yang duhasilkan telah berorientasi pasar
4. Manajemen usaha semakin baik
5. Akses terhadap usaha dan peluang usaha terbuka
1. Pelatihan manajemen keuangan dan perusahaan.
2. Pengadaan peralatan serta magang usaha dan
penggunaan peralatan 3. Pelatihan teknis konveksi
dan peningkatan mutu hasil konveksi
4. Pelatihan manajemen usaha.
5. Pembuatan, pelaksanaan dan pendampingan klinik
konsultasi usaha Bordir
1. Jaringan akses permodalan terbatas
2. Peralatan sederhana 3. Tidak berorientas pasar
4. Manajemen Usaha kurang memadai
5. Informasi pengembangan usaha dan peluang usaha
terbatas 1. Akses terhadap sumber
permodalan terbuka, yaitu dengan PT. PER
2. Pengadaan dan penggunaan peralatan
telah memadai 3. Produk yang duhasilkan
telah berorientasi pasar 4. Manajemen usaha semakin
baik 5. Akses terhadap usaha dan
peluang usaha terbuka 1. Pelatihan manajemen
keuangan dan perusahaan. 2. Pengadaan peralatan serta
magang usaha dan penggunaan peralatan
3. Pelatihan teknis border, motif bordir dan
peningkatan mutu hasil bordir
4. Pelatihan manajemen usaha.
5. Pembuatan, pelaksanaan dan pendampingan klinik
konsultasi usaha
Menurut Sumarjo dan Saharudin 2003, apabila suatu kebutuhan pembangunan sudah dapat dirasakan oleh masyarakat, maka akan mendorong
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan Felt Need akan benar- benar menjadi kekuatan internal dalam pembangunan masyarakat. Selanjutnya
disebutkan bahwa dalam pembangunan perlu dilandasi upaya untuk memanfaatkan faktor eksternal secara serasi baik pada sistem sosial ditingkat
mikro komunitas, meso antar komunitas maupun makro. Untuk mewujudkan suatu kelembagaan yang baik good governance
menurut UN-ESCAP ada delapan karakteristik untuk mencapainya yakni partisipasi, penegakan hukum, transparansi, responsif, orientasi pada konsensus,
persamaan, efektif dan efisien serta akuntabilitas. Untuk mengoptimalkan pemberdayaan yang dilaksanakan melalui UPT Pelatihan dan Pengembangan ,
maka delapan karakteristik good governance merupakan sarana mempermudah mewujudkan kelembagaan yang benar-benar mempunyai fungsi dan peran dalam
pemberdayaan masyarakat khususnya IKM di Provinsi Riau.