Tingkat pendidikan Aparatur UPT Pelatihan dan Pengembangan mempunyai kompisisi antara lain ; empat orang dengan Pendidikan SI, D3 tiga
orang dan 13 orang setara SLA, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Pegawai, Pendidikan pada UPT Pelatihan dan Pengembangan
UPT Pelatihan dan Pengembangan memiliki sarana dan prasarana antara lain ; 1 Workshop Logam; 2 Workshop Kerajinan Kayukerajinan; 3
Workshop Perbengkelan;4 Workshop Agro; 5 Workshop Bordir; 6 Workshop Konveksi; 7 Workshop Elektroplating; 8 Workshop Makanan dan Minuman;
9 Workshop Batik; 10 Workshop Tenun. Sedangkan fasilitas penunjang antara lain; 1 Asrama dengan daya tampung 45 orang;2 Ruang belajar sebanyak 3
kelas; 3 Ruang makan dengan kapasitas 50 orang; 4 Aula dengan kapasitas 200 orang; 5 Mushalla dengan kapasitas 100 orang.
4.2.1 Profil Tenaga Teknis
Tenaga teknis yang ada di UPT Pelatihan dan Pengembangan terdiri dari 11 orang tenaga fungsional penyuluh dengan rincian pada Tabel 7.
Pendidikan Jabatan
Jumlah orang
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. S 1
S 1 S 1
D 3 D 3
S M K S M A
Kepala UPT Kepala seksi
Staff Kepala seksi
Staff Staff
Staff 1
2 1
1 1
9 4
Jumlah 19
Tabel 7. Tingkat Keahlian Tenaga Penyuluh UPT Pelatihan dan Pengembangan No.
Keahlian Jumlah 0rang
Persentase 1.
2. 3.
4. Manajemen usaha
Perlindungan konsumen Motivator dan GKM
GMP dan kemasan 5
3 2
1 45.45
27.27 18.18
9.09 JUMLAH
11 100
Dari keahlian tenaga penyuluh tersebut hanya mampu untuk memberikan bimbingan pendampingan yang bersifat manajemen dan motivasi usaha.
Sedangkan untuk tenaga teknis yang sangat dibutuhkan yaitu : 1. Bidang tekstil.
2. Bidang pengecoran logam. 3. Bidang meubiler dan design.
4. Bidang foodmakanan. 5. Bidang garmenKonveksi.
6. Bidang batik. 7. Bidang bordir.
8. Bidang pelapisan logam. 9. Bidang pengemasan .
Sembilan Bidang Tenaga Teknis di atas saat ini belum dimiliki oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan. Untuk kegiatan pelatihan maupun peningkatan
sumber daya manusia pengelola workshop, UPT Pelatihan dan Pengembangan melakukan kerjasama Instruktur dari luar ataupun dimagangkan ke Pulau Jawa.
Dari papaparan di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan lebih
difokuskan pada penambahan kapasitas anggota IKM melalui training, pendampingan pasca pelatihan, permodalan usaha dan peralatan. Kegiatan
pemberdayaan juga masih bersifat terbatas sesuai dengan pengetahuan tenaga teknis UPT, strategi pemberdayaan masyarakat belum dibuat secara terperinci
sesuai dengan metodologi pemberdayaan. Strategi pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan dalam kegiatan pengembangan masyarakat, antara lain : advokasi, pengorganisasian komunitas, pengembangan jaringan, pengembangan kapasitas
dan komunikasi, informasi dan edukasi. Kelima strategi tersebut bersifat saling menguatkan satu sama lain. Bahkan dalam praktek implementasi program
masyarakat, disadari atau tidak, kelima strategi tersebut dipraktekkan secara bergantian. Djuara P. Lubis, 2007
Berdasarkan hal tersebu di atas, untuk mengisi tenaga teknis tersebut Tahun 2008 melalui usulan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Riau telah memohon kepada Bapak Gubernur Riau untuk menempatkan tenaga teknis yang dibutuhkan UPT Pelatihan dan Pengembangan, namun sampai saat
ini belum satupun tenaga teknis tersebut dipenuhi. 4.3 Kegiatan UPT Pelatihan dan Pengembangan melalui Program
Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah
Melalui sepuluh workshop yang ada di UPT Pelatihan dan Pengembangan, maka pada tahun 2006 telah dapat dilatih IKM sebanyak 389
orang, sedangkan magang telah dapat difasilitasi sebanyak 56 orang. Pada tahun 2007 IKM yang telah difasilitasi oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan untuk
mengikuti pelatihan adalah sebanyak 257 orang sedangkan magang sebanyak 73 orang dengan berbagai jenis pelatihan dan berasal dari 11 KabupatenKota di
Provinsi Riau Tabel 8. Tabel 8. Jumlah peserta pelatihan dan magang tahun 2006 2007
Jenis pelatihan yang mampu dilaksanakan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan adalah Pelatihan Achievement Motivation Training AMT, Good
Manufacturing Practises GMP, manajemen usaha, pengelasan dasar dan lanjutan, batik dasar dan lanjutan, bordir dasar dan lanjutan, tenun dasar dan
lanjutan, konveksi, meubel, elektroplating, kemasan pangan, pengolahan buah- buahan dan makanan, pembuatan kue kering dan basah. Untuk tenaga instruktur
No Tahun
Pelatihan orang
Magang orang
Anggaran APBD Rp
1. 2.
2 0 0 6 2 0 0 7
389 257
56 73
1.075.000.000,- 1.105.000.000,-
Pelatihan tersebut UPT Pelatihan dan Pengembangan bekerjasama dengan lembaga pelatihan profesional atau sentra kerajinan yang ada di luar Provinsi
Riau. Untuk Pelatihan AMT dan GMP Dinas Perindag Provinsi Riau telah memiliki instruktur dari penyuluh industri dibawah koordinasi Kepala UPT
Pelatihan dan Pengembangan Dinas Perindag Provinsi Riau. Tabel 9. Kegiatan Pelatihan Tahun 2007
No. Kegiatan Pelatihan
Jumlah Peserta
Asal Daerah 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7
8 Pelatihan AMT 2 Angkatan
Pelatihan GMP 2 Angkatan Pelatihan Tenun
Pelatihan Batik Pelatihan Pengemasan pangan
Pelatihan Bordir Pelatihan Pengelolaan Makanan
Pelatihan Pengelasan 80
80 20
20 10
20 17
10 11 KabKota
11 KabKota 11 KabKota
11 KabKota 10 KabKota
11 KabKota 11 KabKota
10 Kabkota JUMLAH
257 Sumber: Disperindag Provinsi Riau Tahun 2008
Dari kegiatan Pelatihan yang dilaksanakan oleh UPT pelatihan dan Pengembangan tahun 2007 telah dapat dilaksanakan tujuh kegiatan dengan jumlah
peserta sebanyak 257 perajin berasal dari 11 KabupatenKota. Alokasi anggaran kegiatan pelatihan tersebut sebesar Rp.451.415.000.- bersumber dari dana
Anggaran Pembangunan Belanja Daerah APBD Provinsi Riau. Animo IKM untuk mengikuti pelatihan ini cukup tinggi sehingga jumlah peserta dibatasi sesuai
anggaran yang ada. Disamping kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh UPT Pelatihan dan
Pengembangan maka perlu memberdayakan fungsi-fungsi workshop yang ada, dengan menerapkan pola Inkubator yakni workshop dikelola oleh Industri Kecil
dan Menengah melalui suatu proses seleksi. Dan selanjutnya pengelolaan workshop dilakukan oleh IKM tersebut dengan suatu perjanjian kerjasama dengan
batasan waktu hingga IKM tersebut mampu mandiri antara tiga sampai dengan lima tahun. Adapun manfaat dari inkubator tersebut menurut Purwadaria adalah
memberikan kesempatan kepada IKM untuk mendapat fasilitas murah dan mudah seperti sewa gedung, peralatan, listrik dan akses lainnya. Sedangkan bagi
pemerintah adalah pertumbuhan wirausaha, perluasan pajak, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan devisa negara serta mendorong perkembangan
ekonomi. Pelaksanaan kegiatan pelatihan yang dilaksanakanan oleh UPT Pelatihan
dan Pengembangan memanfaatkan Workshop yang ada dengan peralatan yang tersedia . Keterbatasan alat praktek baik jumlah maupun teknologi menjadi salah
satu kelemahan dalam pelatihan ini disamping silabus pelatihan yang tidak terencana sehingga pencapaian tujuan pelatihan tidak oftimal tercapai. Selain hal
tersebut kegiatan monitoring dan evaluasi pasca pelatihan tidak terlaksana secara menyeluruh disebabkan oleh keterbatasan anggaran yang tersedia. Namun
untuk wilayah terdekat yakni Kota Pekanbaru kegiatan Evaluasi dan Monitoring dapat dilakukan mengingat jarak yang dekat sehingga tidak memerlukan anggaran
yang besar . 4.3.1
Pengembangan Usaha Produktif IKM
Pada Musrenbangda Riau setiap tahunnya ada komitmen antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau dengan Dinas Perindustrian dan
perdagangan KabupatenKota bahwa fungsi penumbuhan IKM ada di KabupatenKota sedangkan fungsi pengembangannya ada ditingkat Provinsi.
Dengan adanya komitmen tersebut maka fungsi UPT Pelatihan dan Pengembangan akan sangat penting dalam usaha meningkatkan Sumber Daya
Manusia IKM. Adapun hal yang dicapai melalui pengembangan IKM ini adalah bagaimana mengoptimalkan usahanya dengan meningkatkan daya saing produk
yang dihasilkannyai. Kegiatan Pelatihan yang telah dilaksanakan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan keberhasilannya dapat dilihat dari perkembangan
usaha IKM tersebut . Untuk mengetahui sejauhmana peran dan kontribusi UPT Pelatihan dan
Pengembangan dalam mengembangkan adalah dengan mengetahui hasil salah
satu Program Pelatihan UPT pelatihan dan pengembangan. Tahun 2007 telah dilaksanakan kegiatan pelatihan peningkatan kemasan pangan dengan peserta 10
orang dari Kabupatenkota se Provinsi Riau Dari 10 IKM tersebut sebanyak 2 unit usaha berada di pekanbaru dengan
perkembangan pada Tabel 10.
Tabel 10. Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kemasan Pangan Tahun 2007 NO
Nama Usaha Kemasan awal
Kemasan Pasca Pelatihan 1
2 Winda
Rengginang Ubi Plastik
Plastik Karton
dengan tampilan
barcode, halal , komposisi dan kadaluarsa
Plastik dengan
tampilan barcode, halal , komposisi dan
kadaluarsa
Dalam pelatihan ini, UPT pelatihan dan pengembangan memfasilitasi dan membiayai sertifikat barcode , halal dan uji komposisi di laboratorium yang
dicantumkan pada kemasan baru serta memberikan desain baru dengan bantuan kotak plastik desain tersebut. Diharapkan nantinya IKM dapat melanjutkan
pencetakan desain produknya tanpa bantuan pemda lagi. Tabel 11. Perkembangan Usaha Pasca Pelatihan Peningkatan Kemasan
NO Nama Usaha Jumlah produk
sebelumnya Jumlah
produk pasca pelatihan
Nilai penjualan
2007 Nilai penjualan
pasca pelatihan 2008
1
2 Winda
Rengginang Ubi
1 produk
1 produk 5 produk
2 produk Rp.89 juta
Rp.55 juta Rp.525 juta
Rp.287uta
Dari Tabel 10 dan 11 tersebut di atas dapat disimpulkan UPT Pelatihan dan Pengembangan telah mampu meningkatkan kapasitas IKM dan melakukan
proses pemberdayaan yang hasilnya langsung dirasakan oleh IKM melalui Program Pelatihan UPT pelatihan dan pengembangan .
Disamping hal tersebut di atas, Pelaku usaha IKM juga secara personal mencari peluang dan wasawan baru dan mengembangkan usaha secara bertahap
dan tidak sepenuhnya bergantung kepada pemerintah khususnya UPT Pelatihan dan Pengembangan ini. Untuk menumbuhkan partisipasi IKM maka UPT
Pelatihan dan Pengembangan memfasiliasi dengan mendirikan Klinik Bisnis. Diharapkan melalui klinik bisnis ini, IKM dapat berkonsultasi melalui penyuluh
UPT Pelatihan dan Pengembangan untuk peningkatan dan pengembagan usaha. Disamping itu juga melakukan pendampingan usaha IKM baik yang ada di
Workshop maupun yang berada diluar Workshop terutama di Kota Pekanbaru. Adapun kemampuan pendampingan yang dilakukan lebih banyak kepada
Motivasi dan Manajemen Usaha. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pelaku usaha yang telah mendapat pelatihan menyatakan bahwa wawasannya
telah mengalami peningkatan dari sebelum mengikuti pelatihan. 4.3.2
Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial
Dalam pembangunan yang berpusatkan pada rakyat perlu dikembangkan kapasitas masyarakat melalui pemberdayaan, partisipasi dan kesetaraan gender
dalam pembangunan yang berkelanjutan : Pemerintah merupakan salah satu institusi yang dapat memfasilitasi pengembangan kapasitas kelembagaan yang ada
di wilayahnya. Salah satunya yaitu dengan menciptakan TRUST atau kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah dengan memberi akses masyarakat untuk menolong diri mereka sendiri, misalnya dengan melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan dan memfasilitasi masyarakat untuk dapat menyumbangkan pikiran-pikiran yang rasional sehingga masyarakat mampu
mengenal diri mereka dan mengidentifikasi masalah-masalah yang mereka hadapi serta mencari jalan keluarnya.
Dalam pengembangan kapasitas kelembagaan dan modal sosial untuk pemberdayaan IKM di Provinsi Riau suduh cukup dominan. Sejak tahun 2001
Pemerintah Provinsi Riau melalui Satker Teknisnya telah dikucurkan pinjaman dana bergulir bagi IKM dengan suku bunga cukup ringan dan baru pada tahun
2006 pelaksanaan pinjaman dana bergulir difasilitasi oleh PT. Permodalan Ekonomi Rakyat PT. PER yang merupakan badan usaha milik pemerintah
daerah Provinsi Riau. Melalui pinjaman bergulir ini diharapkan IKM dapat meningkatkan kapasitas permodalannya. Namun dalam pelaksanaan kegiatan dana
bergullir tersebut terdapat juga kegagalan usaha IKM dalam meningkatkan kapasitas usahanya. Hal tersebut disebabkan lemahnya pola perencanaan usaha
dan tidak ada pendampingan usaha. Dari data Bank Riau pinjaman dan bergulir Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau tahun 2001 sd 2002 dapat
dilihat pada Tabel 12 dan 13. Tabel 12. Rekapitulasi Laporan Perkembangan Hasil Pembinaan Industri Kecil
Penerima Pinjaman Dana Bergulir Dinas Perindag Prov.Riau Tahun 2001
Dari hasil laporan perkembangan dana bergulir yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau melalui Program Dana bergulir sektor Perindustrian dan
perdagangan Tahun 2001 Tabel 10 dari jumlah pinjaman sebesar Rp.1.129.250.000.- kepada 46 IKM di sepuluh KabupaternKota di Provinsi Riau
No. KabKota
Unit Usaha
Jumlah Pinjaman
Rp. Jumlah
Pengembali an Rp.
Jumlah Tunggakan
Rp. Sisa
Pinjaman Rp.
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
Pekanbaru Rokan Hulu
Pelalawan Indragiri Hulu
Kuantan Singingi Indragiri Hilir
Siak Kepulauan Riau
Natuna Karimun
24 3
3 4
1 2
1 4
3 1
669,950,000 50,000,000
92,000,000 40,000,000
10,000,000 30,000,000
7,300,000 125,000,000
45,000,000 60,000,000
464,435,034 5,416,671
52,000,000 29,211,620
5,138,915 30,000,000
7,300,000 101,783,246
39,234,274 8,167,460
216,399,166 52,128,123
46,100,000 11,913,380
5,006,918 -
- 24,095,538
5,824,320 51,832,589
205,514,366 44,583,329
40,000,000 10,788,380
4,861,085 -
- 23,216,754
5,765,726 51,832,540
69.32 10.83
56.52 73.03
51.39 100.0
100.0 81.43
87.19 13.61
JUMLAH 46
1,129,250,000 742,687,220
413,300,034 386,562,780
65.77
sampai dengan tahun 2008 telah dikembalikan sebesar Rp.742.687.220.- dengan persentase 65,77 dari total pinjaman. Sedangkan pada tahun 2002 Pinjaman
Dana bergulir
di sektor
perindustrian dan
perdagangan mencapai
Rp.7.840.000.000.- yang dipinjamkan kepada 466 IKM dengan tingkat pengembalian sebesar Rp.4.926.152.244,- atau 62,83 dari total pinjaman Tabel
13. Tabel 13. Rekapitulasi Laporan Perkembangan Hasil Pembinaan Penerima Dana
Bergulir Dinas Perindag Prov.Riau Tahun 2002
Dari evaluasi hasil pinjaman dana bergulir tersebut dapat dikatakan bahwa untuk sektor Perindustrian dan Perdagangan telah menunjukan hasil yang cukup
baik dimana lebih dari 50 pinjaman dana bergulir telah mampu dikembalikan kepada Pemerintah. Dan untuk program dana bergulir selanjutnya mulai tahun
2006 telah dibentuk Perusahaan Daerah yaitu PT. Permodalan Ekonomi Rakyat PT. PER yang menangani program ini selanjutnya.
No. KabKota
Unit Usaha
Jumlah Pinjaman Rp.
Jumlah Pengembalian
Rp. Jumlah
Tunggakan Rp.
Sisa Pinjaman Rp.
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. 14.
15. 16
Pekanbaru Kampar
Rokan Hulu Pelalawan
Indragiri Hulu Kuantan Singingi
Indragiri Hilir Dumai
Bengkalis Rokan Hilir
Siak Tanjung Pinang
Kepulauan Riau Karimun
Batam Natuna
106 17
7 8
11 20
37 11
42 23
25 80
7 6
8 58
1,994,000,000 400,000,000
135,000,000 127,500,000
200,000,000 304,500,000
760,000,000 360,000,000
560,000,000 386,000,000
440,000,000 977,000,000
125,000,000 190,000,000
255,000,000 626,000,000
1,399,668,843 326,280,368
54,770,927 81,989,260
130,378,515 120,431,000
496,741,145 315,571,000
233,492,189 111,272,729
230,575,878 557,787,793
87,272,722 100,750,604
154,007,465 525,161,786
786,135,352 80,354,396
90,966,573 57,659,490
76,106,485 202,382,750
291,263,974 52,966,500
390,090,320 302,489,011
238,027,947 449,484,104
40,914,778 98,253,496
118,403,785 109,834,054
594,331,157 73,719,632
80,229,073 45,510,740
69,621,485 184,069,000
263,258,855 44,429,000
326,507,811 274,727,271
209,424,122 419,212,207
37,727,278 89,249,396
100,992,535 100,838,214
70.19 81.57
40.57 64.31
65.19 39.55
65.36 87.66
41.70 28.83
52.40 57.09
69.82 53.03
60.40 83.89
JUMLAH 466
7,840,000,000 4,926,152,224 3,375,333,015
2,913,847,776 62.83
4.4 Evaluasi Penguatan Kelembagaan dalam Pemberdayaan IKM
Pelaksanaan kegiatan pelatihan yang dilaksanakanan oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan ini tidak menseleksi kompetensi IKM yang dibutuhkan
untuk setiap pelatihan sehingga tergantung pengiriman peserta dari KabupatenKota. Keterbatasan alat praktek menjadi salah satu tujuan pelatihan
kurang oftimal. Disamping Silabus pelatihan yang tidak terencana , serta monitoring dan evaluasi pasca pelatihan tidak terlaksana secara menyeluruh.
Namun untuk wilayah terdekat yakni Kota Pekanbaru Evaluasi dan Monitoring dapat dilaksanakan.
Untuk mengoptimalkan fungsi Workshop Pelatihan dan Pengembangan sebagai sarana pelatihan dan pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah, maka
sejak tahun 2002 telah diambil kebijaksanaan untuk menerapkan pola inkubator bisnis dan teknologi. Dengan penerapan inkubator bisnis dan teknologi tersebut,
maka sepuluh Workshop yang ada dapat diberdayakan. Pada tahap awal penerapan inkubator bisnis dan tekonologi ini Workshop
Pelatihan dan Pengembangan Perindag tidak melakukan seleksi secara umum namun mencari IKM yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Kemudian
diberikan kesempatan kepada IKM tersebut untuk mengoperasionalkan sarana dan prasarana yang ada pada Workshop tersebut. Sedangkan biaya operasional
pengelolaan Workshop tersebut ditanggung olah IKM. Dengan demikian, Workshop Pelatihan dan Pengembangan telah dapat menghemat pembiayaan rutin
dari Workshop tersebut.Bagi IKM telah terjadi penghematan investasi yang seharusnya dikeluarkan untuk fasilitas usahanya. Proses pengeraman usaha ini
berlangsung dalam tahapan yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan jenis usahanya.
Secara umum tujuan inkubator ini adalah menciptakan pengusaha Industri Kecil dan Menengah yang mandiri dan berkelanjutan setelah keluar dari
inkubator ini. Dan UPT Pelatihan dan Pengembangan Perindag telah menetapkan bahwa pengelola diberi kesempatan mengelola Workshop dalam jangka waktu
tertentu yakni antara 3 sampai 5 tahun, agar memberikan kesempatan kepada IKM yang lain untuk memanfaatkan fasilitas pemerintah ini. Untuk melakukan
pendampingan terhadap pengelola workshop maka UPT menunjuk satu orang
penyuluh untuk ditempatkan pada setiap workshop Pendampingan yang dapat dilakukan hanya sebatas peningkatan manajemen pengelolaan dan pemasaran
serta motivasi usaha. Disamping itu pendampingan juga membantu pengelola workshop untuk
mencari peluang pendanaan baik melalui perbankan, kemitraan usaha besar dan kecil maupun kepada BUMN melalui program pemberdayaan masyarakatnya.
Untuk mengukur tingkat kemandirian usaka IKM tersebut, maka UPT Pelatihan dan Pengembangan Perindag menerima laporan setiap bulannya dari
tenaga pendampingan tersebut. Dari hasil laporan bulanan akan dapat diketahui tingkat kemandirian usaha yang dikelola tersebut sehingga program apa yang
harus ditunjang oleh UPT Pelatihan dan Pengembangan akan dapat diidentifikasikan dengan baik. Ada beberapa tahapan untuk menilai kemandirian
usaha workshop yakni : 1. Tahap Penyesuaian dan pengenalan sistim Inkubator.
2. Tahap peningkatan dan penguatan kapasitas usaha. 3. Tahap pemantapan dan penguasaan pasar.
4. Tahap kemandirian usaha. 5. Tahap persiapan untuk keluar dari UPT Pelatihan dan Pengembangan .
Dari penerapan Inkubator Bisnis dan Teknologi ini sampai tahun 2008 telah dapat dihasilkan IKM yang mandiri dan tidak lagi menggunakan fasilitas
Workshop UPT Pelatihan dan Pengembangan Perindag sebanyak 5 lima unit usaha.
Disamping pemberdayaan IKM melalui inkubator bisnis dan teknologi tersebut ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari Workshop UPT Pelatihan
dan Pengembangan Perindag yaitu : 1. Fasilitas usaha yang selama ini tidak dimanfaatkan secara rutin dapat
dijalankan secara baik. 2. Pelatihan dan magang bagi IKM dan siswa SMK dapat berjalan beriring
tanpa pembiayaan yang cukup besar. 3. Penghematan biaya operasional UPT dapat ditekan seminimal mungkin.