jaringan kerja serta pelaksanaan kegiatan kelembagaan kelompok tani. Ketiga indikator tersebut akan dibahas pada sub-bab selanjutnya.
7.1.1 Tingkat Kelengkapan
Fasilitas Kelompok Tani Sauyunan
Kelengkapan fasilitas merupakan komponen penting yang dapat mendukung suatu kelembagaan kelompok tani berjalan dengan baik. Tingkat
kelengkapan fasilitas yang dilihat dalam penelitian ini yaitu tingkat ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki anggota dalam membantu kebutuhan dari
anggota kelompoknya. Dalam hal ini yang dapat mendorong pengembangan usaha pertanian anggota dan peningkatan tingkat pendapatannya.
Fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dimaksud seperti ketersediaan input pertanian dalam kelembagaan anggota kelompok berupa benih tanaman
keras, padi, jagung yang merupakan tanaman yang dianjurkan kelembagaan kelompok untuk dibudidayakan petani anggota; ketersediaan sumberdaya
finansial yang dapat mendorong pengembangan usaha bagi petani anggota berupa dana segar; ketersediaan alat mesin pertanian yang dapat diakses petani anggota;
serta fasilitas berupa pelatihan dan penyuluhan teknologi pertanian yang efisien dan tepat guna bagi petani anggota.
30
42,50 27,50
Keragaan kelembagaan kelompok tani rendah
Keragaan kelembagaan kelompok tani sedang
Keragaan kelembagaan kelompok tani tinggi
Gambar 18. Penilaian Keragaan dari Kelembagaan Kelompok Tani
Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 dalam persen
Sumber: Hasil Olah Kuesioner, Anggota Kelompok Tani Sauyunann, Desa
Iwul, 2010
Tingkat kelengkapan yang dirasakan petani anggota sampai saat ini masih tergolong rendah. Sebanyak 52,50 persen anggota merasa perlu untuk
adanya penambahan fasilitas yang dimiliki kelembangan Kelompok Tani Sauyunan. Selain itu ternyata 25 persen petani anggota merasa bahwa fasilitas
yang dimiliki kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan sudah cukup memadai, sedangkan 22,50 persen lainnya menyatakan fasilitas di kelembagaan Kelompok
Tani Sauyunan sudah sangat memadai. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 19.
Perbedaan pendapat dari tiap petani anggota, salah satunya disebabkan karena kurangnya akses mereka terhadap fasilitas yang ada di kelembagaan
kelompok tani. Seperti akses pada sumberdaya finansial modal segar, tidak semua anggota dapat meminjam kepada kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan.
Karena jumlah dananya yang masih minim, sehingga hanya bagi petani yang memiliki kegiatan produksi dan konsumsi yang dianggap baik oleh penggurus saja
yang dapat akses pada modal. Hal ini dimaksudkan agar modal pinjaman yang diberikan kepada anggota dapat terus bergulir.
Fasilitas kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam penyediaan Alsintan bagi petani anggota sampai saat ini masih dirasa sangat kurang memadai
bagi petani anggota. Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan sampai saat ini hanya memiliki satu handtracktor yang merupakan bantuan dari pemerintah
52,50 25
22,50
Gambar 6.2 Tingkat Kelengkapan Fasilitas Kelompok Tani Sauyunan
Tingkat kelengkapan fasilitas kurang memadai
Tingkat kelengkapan fasilitas cukup memadai
Tingkat kelengkapan fasilitas sangat memadai
Gambar 19. Penilaian Tingkat Kelengkapan Fasilitas dari Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul,
2010 dalam persen
Sumber: Hasil Olah Kuesioner, Anggota Kelompok Tani
Sauyunann, Desa Iwul, 2010
melalui program Bantuan Uang Muka Alsintan BUMA. Program ini hanya memberikan 50 persen bantuan biaya pembeliaan alsintan yang dibutuhkan
kelembagaan kelompok tani, sedangkan sisanya dapat ditanggulangi kelompok melalui iuran kelompok atau anggaran yang dimiliki kelompok. Pembayaran sisa
dari pembelian handtracktor sesuai dengan kesepakatan bersama berasal dari hasil penyewaan handtractor tersebut baik oleh petani anggota maupun petani bukan
anggota. Alternatif ini diambil karena bila iuran kelompok akan sangat memberatkan bagi petani anggota lain yang nanti sama sekali tidak akses pada
alsintan tersebut. Tarif penyewaan yang dikenakan untuk petani anggota berbeda dengan
tarif yang dikenakan untuk petani non anggota. Bagi petani anggota untuk lahan sawah satu Ha dikenakan biaya Rp600.000 per satu Ha lahan garapan sedangkan
untuk lahan darat Rp1.000.000 per satu Ha lahan garapan. Bagi petani non anggota untuk lahan sawah dikenakan biaya Rp1.000.000 per satu Ha lahan
garapan, sedangkan untuk lahan darat dikenakan biaya Rp1.500.000 per satu Ha lahan garapan.
Sampai Januari 2011 tercatat hanya 2,5 persen dari seluruh jumlah petani anggota saja yang pernah memanfaatkan handtracktor ini. Kendala biaya menjadi
alasan petani anggota untuk tidak memanfaatkan alsintan tersebut. Seperti pernyataan bapak Snp sebagai berikut:
“Ada quick sebenarnya sangat membantu kami dalam menggarap lahan. Tetapi harga sewanya terlalu tinggi, belum lagi biaya
tambahan untuk menyewa operatornya. Kalau dihitung-hitung sepertinya tidak akan balik modal untuk kami yang hanya nanem
singkong mah.”
1 2
Untuk fasilitas kelembagaan kelompok tani dalam hal penyediaan pelatihan dan penyuluhan pertanian, sudah dirasa memadai bagi petani anggota.
Hanya sebaiknya pelatihan dan penyuluhan yang diberikan harus sesuai dengan kearifan lokal masyarakat sekitar. Sehingga setelah pelatihan dan penyuluhan
yang diberikan petani dapat menerapkannya langsung pada lahan garapannya. Begitu pun untuk fasilitas kelembagaan kelompok tani dalam penyediaan input
pertanian, telah dirasa cukup memadai bagi petani anggota.
2
Hasil wawancara dengan bapak Snp petani anggota, tanggal 25 November 2010
7.1.2 Jaringan Kerja Kelompok Tani Sauyunan