kegiatan pembinaan bagi petani. Ketiga indikator tersebut akan dibahas pada sub- bab selanjutnya.
5.1.1 Peningkatan Luas Lahan Garapan
Desa Iwul dilihat dari protensi sumberdaya alamnya, sebenarnya terdapat potensi ekonomi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan. Selain potensi di
bidang pertanian dan perikanan, potensi sumberdaya manusia dalam mengelola pertanian dalam lingkungan alam yang cukup sulit selama ini menjadi bukti
keseriusan dan keuletan masyarakat dalam upaya mensiasati potensi di lingkungannya. Pengguasaan tanah atau lahan pertanian menjadi faktor yang
cukup menentukan dalam usaha tani, karena terkait perhitungan skala usaha. Meskipun lebih dari setengah wilayah di Desa Iwul merupakan lahan
pertanian, namun pada kenyataannya 87,5 persen berupa lahan guntai, yakni lahan bukan milik warga desa atau dimiliki penduduk di luar desa. Hampir seluruh
penduduk di Desa Iwul memiliki lahan pertanian, namun tergolong sempit yaitu di bawah 0,5 ha yang bersatu dengan tempat tinggal mereka pekarangan. Hanya
sebanyak 12,5 persen dari penduduk di Desa Iwul yang memili lahan pertanian diatas 0,5 ha. Hal inilah yang menyebabkan banyak petani di Desa Iwul yang
47,50 37,50
15 pengorganisasian kegiatan
produksi rendah pengorganisasian kegiatan
produksi sedang pengorganisasian kegiatan
produksi tinggi
Gambar 3. Penilaian Pengorganisasian Kegiatan Produksi dari
Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 dalam persen
Sumber: Hasil Olah Kuesioner, Anggota Kelompok Tani Sauyunann, Desa
Iwul, 2010
memanfaatkan lahan milik PT. Telaga kahuripan yang belum terpakai yaitu sebesar 150 ha, yang terkonsentrasi di wilayah RW 05 dan RW 06.
Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dibentuk salah satunya atas dasar keinginan petani untuk mendapatkan legitimasi dalam penggarapan di lahan milik
PT. Telaga Kahuripan. Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa peran kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam meningkatkan jumlah luasan
garapan bagi petani anggota sudah optimal, yaitu sebesar 57,50 persen petani anggota tanpa lahan meningkat jumlah luasan lahan garapannya. Petani non
anggota pun sebanyak 53,32 persen meningkat jumlah luasan garapannya. Hal ini tidak berarti mengindikasikan peran kelembagaan Kelompok Tani yang kurang
optimal. Presentase peningkatan jumlah luasan garapan pertanian antara petani anggota dan non anggota yang hampir sama disebabkan karena perbedaan dalam
status lahan yang digarap. Pada petani non anggota garapan pertanian yang meningkat seluruhnya disebabkan karena adanya pemilik lahan guntai untuk
mempercayakan lahannya dirawat oleh beberapa petani yang ada di sana. Sedangkan pada petani anggota kelembagaan kelompok tani, lahan yang
digunakan adalah lahan milik PT. Telaga Kahuripan. Luas garapannya pun diserahkan pada petani yang akan menggarap sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing. Rata-rata petani anggota menggarap antara 1000 m
2
hingga 35.000 m
2
. Gambar 4. Sebaran Responden Menurut Peningkatan Jumlah Luasan Lahan
Garapan, Desa Iwul, 2010 dalam persen
42,50 57,50
46,67 53,33
10 20
30 40
50 60
70
1 Tidak ada peningkatan luasan garapan
2 Adanya peningkatan luasan garapan
anggota non anggota
. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, juga terdapat 42,50 persen
anggota kelembagaan kelompok tani yang ternyata tidak meningkat jumlah luasan garapannya. Hal ini disebabkan karena pada awalnya petani-petani tersebut,
sebelum masuknya PT. Telaga Kahuripan sudah memiliki lahan pertanian sendiri. Setelah masuknya PT. Telaga Kahuripan seluruh lahan pertanian milik mereka di
jual kepada pihak perusahaan dan hanya menyisakan lahan pekarangan rumah mereka yang sempit. Setelah dibentuknya Kelembagaan Kelompok Tani
Sauyunan maka petani-petani tersebut tetap dapat menggarap lahan yang dahulu mereka miliki, hanya status kepemilikannya saja yang berganti.
5.1.2 Bantuan Modal Usahatani