7.1.2 Jaringan Kerja Kelompok Tani Sauyunan
Jaringan kerja adalah penampilan dari kerjasama yang terjalin antara kelompok tani dengan pihak luar yang dapat membantu keberlangsungan
kelompok dan kepentingan anggota. Hal ini dapat dilihat melalui kerjasama dengan lembaga penyediaan saprotan, lembaga penyediaan modal, lembaga
pengolahan hasil produksi, lembaga pemasaran, lembaga penyediaan informasi teknologi, dan lembaga penyediaan informasi pasar.
Ketersediaan jaringan kerja juga melihat bagaimana hubungan yang terjalin antara kelembagaan kelompok tani dengan lembaga pendukung lainnya.
Hubungan yang terjalin dapat sekedar pada bantuan saja ataukah sudah merupakan mitra kerja yang telah berkolaborasi untuk mecapai tujuan bersama.
Ketersediaan jaringan kerja kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dengan lembaga penunjang dirasakan petani anggota masih belum optimal.
Dimana 55 persen anggota menyatakan bahwa jaringan kerja kelembagaan kelompok tani dengan lembaga penunjang lain belum terjalin dengan baik.
Sedangkan 20 persen dan 25 persen anggota lainnya menyatakan bahwa jaringan kerja sudah cukup terjalin dengan baik dan jaringan kerja telah terjalin dengan
sangat baik. Jaringan kerja yang telah dimiliki oleh Kelompok Tani Sauyunan yaitu
kerjasama dengan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan sebagai lembaga penyediaan saprotan dan lembaga penyediaan informasi teknologi, selain itu
Kelompok Tani Sauyunan juga rutin berkonsultasi tentang usahatani mereka dengan Penyuluh Pertanian Lapang Kecamatan Parung. Kelompok Tani Sauyunan
juga telah menjalin kerjasama dengan Koperasi Yayasan Darul Mutaqin dalam penyediaan modal bagi usahatani anggota, penyalur pemasaran komoditas
pertanian mereka. Kelompok Tani Sauyunan selama ini menyalurkan komoditas pertaniannya selain kepada Koperasi Yayasan Darul Mutaqin juga kepada
pedagang-pedagang pengumpul di daerah Parung atau menyalurkan langsung ke pabrik tapioka yang ada di daerah Kedung Halang, Bogor.
7.1.3 Kegiatan Kelompok Tani Sauyunan
Kegiatan kelompok adalah penampilan kelompok tani dalam menjalankan rencana kerja kelompok yang telah disusun secara musyawarah dengan anggota
kelompok. Kegiatan kelompok dilihat melalui tiga hal yaitu frekuensi pelaksanaan pertemuan rutin kelompok, frekuensi pelatihan atau penyuluhan yang diberikan
kepada kelompok dan pelaksanaan rencana kerja yang telah disusun kelompok. Kelompok Tani Sauyunan rutin melakukan pertemuan kelompok setiap
bulannya. Pertemuan kelompok ini biasanya diawali dengan kegiatan arisan kelompok dahulu, setelah itu baru dilanjutkan dengan rapat yang membicarakan
rencana kerja kelompok. Pendampingan PPL selama ini telah rutin dilakukan, namun sudah tiga bulan terakhir November 2010 – Januari 2011 tidak ada
pendampingan dari pihak PPL Kecamatan Parung. Hal ini diakui oleh pihak PPL Kecamatan Parung, akibat kurangnya tenaga PPL dan banyaknya desa atau
kelompok tani yang harus ditanganinya. Kegiatan pembinaan yang pernah diberikan kepada Kelompok Tani Sauyunan yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan
dan Kehutanan.
55 20
25
Gambar 6.1 Presentase tingkat kelengkapan fasilitas Kelompok Tani Sauyunan
Jaringan kerja belum terjalin dengan baik
Jaringan kerja sudah cukup terjalin dengan baik
Jaringan kerja telah terjalin dengan sangat baik
Gambar 20. Penilaian Jaringan Kerja dari Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 dalam
persen
Sumber: Hasil Olah Kuesioner, Anggota Kelompok Tani Sauyunann, Desa
Iwul, 2010
7.2 Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Produksi Usahatani Anggota
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam
mengorganisir kegiatan produksi usahatani anggota. Melalui perhitunngan korelasi Spearman, didapatkan nilai probability value sebesar 0,000 dengan
koefisien korelasi sebesar 0,605. Hasil ini menunjukkan nilai yang lebih kecil dari α yang ditetapkan, yaitu sebesar 0,05. Artinya, terdapat hubungan positif keragaan
kelembagaan kelompok tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam mengorganisir kegiatan produksi usahatani anggota. Semakin baik keragaan dari
kelembagaan kelompok tani, maka semakin baik perannya dalam mengorganisir kegiatan produksi usahatani anggotanya.
Hasil perhitungan korelasi Spearman tersebut, juga dapat terlihat distribusi sebarannya dalam Tabel 9. Tabulasi silang tersebut memperlihatkan bahwa
responden yang menyatakan keragaan dari kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan belum memadai, peran kelembagaan kelompok tani dalam
mengorganisir kegiatan produksi usahataninya dirasakan rendah pula sebesar 30 persen responden. Berbeda dengan 25 persen responden lainnya yang menyatakan
40
30 30
Gambar 6.3 Presentase Pelaksanaan Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok tidak berjalan
Kegiatan kelompok cukup berjalan
Kegiatan kelompok berjalan dengan baik
Sumber: Hasil Olah Kuesioner, Anggota Kelompok Tani Sauyunann, Desa Iwul,
2010
Gambar 21. Penilaian Pelaksanaan Kegiatan dari Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 dalam
persen
Sumber: Hasil Uji Crosstabulation, SPSS 16.0
bahwa keragaan dari kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan cukup memadai, sehingga peran kelembagaan kelompok tani dalam mengorganisir kegiatan
produksi usahataninya dirasakan sedang pula. Begitu juga yang dirasakan 12,5 persen responden yang menyatakan bahwa keragaan dari kelembagaan Kelompok
Tani Sauyunan tinggi, merasakan peran kelembagaan kelompok tani dalam mengorganisir kegiatan produksi usahataninya tinggi pula.
7.3 Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Distribusi Usahatani Anggota
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam
mengorganisir kegiatan distribusi usahatani anggota. Melalui perhitunngan korelasi Spearman, didapatkan nilai probability value sebesar 0,000 dengan
koefisien korelasi sebesar 0,652. Hasil ini menunjukkan nilai yang lebih kecil dari α yang ditetapkan, yaitu sebesar 0,05. Artinya, terdapat hubungan positif keragaan
kelembagaan kelompok tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam mengorganisir kegiatan distribusi usahatani anggota. Semakin baik keragaan dari
kelembagaan kelompok tani, maka semakin baik perannya dalam mengorganisir kegiatan distribusi usahatani anggotanya.
Hasil perhitungan korelasi Spearman tersebut, juga dapat terlihat distribusi sebarannya dalam Tabel 10. Tabulasi silang tersebut memperlihatkan bahwa
Pengorganisasian Kegiatan Produksi Total
Rendah sedang
tinggi Keragaan Kelompok
Tani Rendah
30 10
2,5 42,5
Sedang 5
25 30
Tinggi 2,5
12,5 12,5
27,5 Total
37,5 47,5
15 100
Tabel 9. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Produksi Usahatani Anggota dalam
persen
Sumber: Hasil Uji Crosstabulation, SPSS 16.0
responden yang menyatakan keragaan dari kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan belum memadai, peran kelembagaan kelompok tani dalam
mengorganisir kegiatan distribusi usahataninya dirasakan rendah pula sebesar 37,5 persen responden. Berbeda dengan 7,5 persen responden lainnya yang
menyatakan bahwa keragaan dari kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan cukup memadai, sehingga peran kelembagaan kelompok tani dalam mengorganisir
kegiatan distribusi usahataninya dirasakan sedang pula. Begitu juga yang dirasakan 22,5 persen responden yang menyatakan bahwa keragaan dari
kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan tinggi, merasakan peran kelembagaan kelompok tani dalam mengorganisir kegiatan distribusi usahataninya tinggi pula.
7
.4 Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi Produktif Usahatani Anggota
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara keragaan kelembagaan kelompok tani dengan peran kelembagaan kelompok tani dalam
mendorong mengorganisir kegiatan konsumsi produktif usahatani anggota. Melalui perhitunngan korelasi Spearman, didapatkan nilai probability value
sebesar 0,000 dengan koefisien korelasi sebesar 0,631. Hasil ini menunjukkan nilai yang lebih kecil dari
α yang ditetapkan, yaitu sebesar 0,05. Artinya, terdapat hubungan positif keragaan kelembagaan kelompok tani dengan peran
kelembagaan kelompok tani dalam mendorong mengorganisir kegiatan konsumsi
Pengorganisasian Kegiatan Distribusi Total
rendah sedang
tinggi Keragaan Kelompok Tani
Rendah 37,5
5 42,5
Sedang 20
7,5 2,5
30 Tinggi
5 22,5
27,5 Total
62,5 12,5
25 100
Tabel 10. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Distribusi Usahatani Anggota dalam
persen
Sumber: Hasil Uji Crosstabulation, SPSS 16.0
produktif usahatani anggota. Semakin baik keragaan dari kelembagaan kelompok tani, maka semakin baik perannya dalam mendorong mengorganisir kegiatan
konsumsi produktif usahatani anggotanya. Hasil perhitungan korelasi Spearman tersebut, juga dapat terlihat distribusi
sebarannya dalam Tabel 11. Tabulasi silang tersebut memperlihatkan bahwa responden yang menyatakan keragaan dari kelembagaan Kelompok Tani
Sauyunan belum memadai, peran kelembagaan kelompok tani dalam mendorong mengorganisir kegiatan konsumsi produktif usahatani anggotanya dirasakan
rendah pula sebesar 40 persen responden. Berbeda dengan 5 persen responden lainnya yang menyatakan bahwa keragaan dari kelembagaan Kelompok Tani
Sauyunan cukup memadai, sehingga peran kelembagaan kelompok tani dalam mendorong mengorganisir kegiatan konsumsi produktif usahatani anggotanya
dirasakan sedang pula. Begitu juga yang dirasakan 7,5 persen responden yang menyatakan bahwa keragaan dari kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan tinggi,
merasakan peran kelembagaan kelompok tani dalam mendorong mengorganisir kegiatan konsumsi produktif usahatani anggotanya tinggi pula.
Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi Produktif
Total rendah
sedang tinggi
Keragaan Kelompok Tani Rendah
40 2,5
42,5 Sedang
15 5
10 30
tinggi 2,5
17,5 7,5
27,5 Total
57,5 22,5
20 100
Tabel 11. Hubungan Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani dengan Pengorganisasian Kegiatan Konsumsi Produktif Usahatani Anggota
dalam persen
BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan